Dark
Light

Seberapa Pentingkah Investor Untuk Startup?

2 mins read
March 20, 2010

Pertanyaan ini termasuk salah satu pertanyaan yang cukup sering saya pertanyakan ketika saya memulai sebuah startup yang bernama DailySocial.net, terutama ketika mulai banyak cost yang harus saya keluarkan. Sampai saat ini memang belum terlalu banyak cost yang dibutuhkan, namun untuk pengembangan lebih lanjut tentu dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Rupanya, banyak juga startup yang masih bingung apakah mereka membutuhkan investor atau tidak. Pertanyaan yang sama juga sering saya dapatkan dari netpreneur yang saya temui, tentu membuat saya jadi makin penasaran.

Investor, sebuah organisasi keuangan yang menyediakan dana untuk diinvestasikan ke perusahaan-perusahaan. Tentunya ada kompensasi, entah itu berupa saham kepemilikan, profit sharing, atau yang biasanya dilakukan adalah mengembalikan jumlah uang yang diinvestasikan (plus bunga) dalam jangka waktu tertentu. Rata-rata, investor memberikan sejumlah uang dengan harapan dikembalikan 10x lipat dalam jangka waktu 4 tahun. Jadi misalkan anda mendapat investasi sejumlah USD $100.000, maka anda harus cerdik memanfaatkan uang tersebut untuk membangun produk anda dan memonetisasi hingga anda mampu mengembalikan uang sebesar USD $1.000.000 dalam jangka waktu 4 tahun.

Ada juga investor yang menggunakan model bisnis yang berbeda, yaitu dengan “membeli” saham kepemilikan di perusahaan anda. Jadi, dengan uang investasi dengan jumlah tertentu ditukar dengan kepemilikan saham di perusahaan yang diinvestasikan. Biasanya sih, melihat kasus di luar negeri, biasanya uang yang diberikan ke startup cukup untuk biaya operasional seluruh perusahaan selama 3 tahun ditukar dengan 5-10% kepemilikan saham startup tersebut.

Oke, itu sedikit pengantar saja mengenai beberapa tipe investasi. Nah, sekarang mari kita coba menjawab pertanyaan utama : apakah startup anda membutuhkan investor? Sebenarnya pertanyaannya bisa dikembalikan lagi ke pemilik startup : Seberapa besar anda ingin startup anda berkembang? Dan berapa banyak modal yang anda miliki?


Kalau memang anda memiliki modal dan business plan yang cukup kuat, maka setidaknya untuk beberapa tahun pertama anda bisa berjalan mulus tanpa perlu investor. Namun ketika ditengah jalan anda ingin mengembangkan lebih lanjut dan tidak cukup modal, maka investor bisa jadi solusi yang tepat. Namun kalau dari awal anda kurang modal namun memiliki ide dan konsep yang kuat, uang dari hasil investasi juga merupakan keputusan yang tepat.

Dalam beberapa kasus startup, dana investasi kebanyakan dibutuhkan untuk operasional awal dalam membangun prototype dan penyempurnaan produk. Untuk dana operasional awal seperti ini biasanya tidak dalam jumlah banyak, biasa disebut “seed money“. Setidaknya cukup untuk 1-3 tahun operasional mulai dari membayar karyawan, biaya internet, hosting sampai jika harus menyewa ruang kantor.

Uang seed money ini digunakan biasanya hanya sampai penyelesaian produk hingga siap untuk digunakan. Setelah itu biasanya startup akan menghimpun basis massa pengguna sebelum layanan siap dimonetisasi. Setelah menyusun business plan yang cocok dengan karakteristik layanan, biasanya startup akan mulai menjaring investor yang lebih besar untuk investasi round A (first round) – investasi besar pertama dengan nilai hingga jutaan dollar.  Setelah itu barulah proses pengembangan layanan dimulai dan juga memantapkan jalur revenue untuk startup. Dari sinilah akan terus melaju hingga (biasanya) sampai fourth round, lalu mencapai IPO (go public).

Pada esensinya, investasi memang dibutuhkan oleh startup, terutama jika kekurangan modal untuk pengembangan. Namun ingat, investasi itu bukan tambahan harta, melainkan tanggung jawab. Entah itu berupa hutang yang harus dikembalikan, atau ditukar dengan saham. Ketika anda melepas saham, tentu berarti kontrol perusahaan tidak lagi sepenuhnya di tangan anda. Dan terkadang, terlalu banyak otak yang berfikir bisa merepotkan untuk anda. Ingat, sangat penting bagi para startup untuk pintar memilih investor yang menginvestasikan uangnya ke startup. Chemistry juga harus mulus, cocok dan wajar saja jika anda menolak investor jika anda merasa visi dan misi investor untuk startup anda kurang baik atau tidak cocok dengan visi-misi anda sebagai founder.

Nah, untuk anda yang sedang mencari investasi untuk startup anda, coba saja daftarkan startup anda ke Echelon 2010 Singapore. Di event ini (jika lolos) anda akan melakukan presentasi di hadapan investor asal Asia, paparkan mengenai konsep startup anda dan seberapa tinggi signifikansi fungsional layanan anda.

Kalau memang ada business plan tentu bisa lebih baik, namun tidak wajib. Kalau boleh mengutip petuah dari Google, “Build something that people use, and the money will come“. Daftarkan segera startup anda.

So far sudah ada 6 startup asal Indonesia yang mendaftar, when’s yours?

Rama Mamuaya

Founder, CEO, Writer, Admin, Designer, Coder, Webmaster, Sales, Business Development and Head Janitor of DailySocial.net.

Contact me : [email protected]

8 Comments

  1. Great discussion, Rama. Menurut saya justru kalau banyak startup tidak butuh funding, berarti ada something wrong di iklimnya. Entrepreneurship harusnya muncul di semua level, termasuk kalangan modal lemah. Harapannya (angan-angannya), modal hanya perlu ide. Kalau ide cukup bagus, funding akan datang sendiri.

    Satu lagi mengenai angel investment. CMIIW, startup Indonesia yang dapat seed money lewat Echelon 2010 harus incorporated di Singapore ya? Angels dan ventures dapat tax break di Singapore dan saya rasa mereka punya keharusan untuk invest ke perusahaan lokal. It's not a bad idea karena iklim di Singapore sangat menunjang entrepreneurship. Tapi sayang iklim seperti itu (entrepreneurship dan easy funding) belum ada di Indonesia sendiri.

    Inkubator Telkom Indigo, misalnya saya baca modelnya adalah revenue sharing (http://zepbees.wordpress.com/2007/10/25/indigo-…). Padahal untuk perusahaan basis internet, fokus ke revenue di awal belum tentu strategi bisnis yang bagus. Selain itu, gerak bisnis di internet harus cepat sekali dan tidak mustahil business model bisa berubah beberapa kali sebelum perusahaan menjadi profitable.

  2. Andre, a very nice insight soal kebutuhan modal di semua kalangan. Setuju banget soal iklim yang sekarang belum kondusif di Indonesia, but no one can change that besides us right? 🙂

    Untuk Telkom Indigo, gw ngeliat banyak yang aneh sih. Itu program CSR, tapi berorientasi bisnis. Lalu soal eksekusi programnya sendiri gw liat masih belum maksimal. Buktinya pemenangnya belum keliatan taring sampe sekarang (kebetulan gw kenal founder Evolitera, pemenang Indigo kemaren).

  3. Halo teman:
    Saya ingin mengucapkan selamat kepada anda pada pencalonan di The BOBs, blog
    saya: <a href=http://mundoporlibre.com> La Vuelta al Mundo de Asun y Ricardo
    juga telah dicalonkan sebagai weblog terbaik dalam bahasa Spanyol.
    Anda memiliki blog yang sangat menarik, saya telah memilih.
    Jika Anda ingin melihat saya dalam bahasa mereka, di halaman pertama Google
    saya sendiri penerjemah otomatis.
    Terima kasih banyak dan semoga berhasil.

  4. Nggak tau pasti sih, tapi mereka semua udah pernah ditulis di DailySocial. Kata orang Echelonnya sih gitu 🙂

  5. Menurut gue, pertanyaannya adalah Seberapa Pentingnya Investasi Untuk Start Up. Karena, Investor (individu/perusahaan yang suka kasih duit ke entrepreneur), as you suggest, comes with many models. Even founder (s) can be Investor to his own start up baby. Jadi ya investor in technical term, hanya media/driver untuk financing vehicle aja.

    Next question: Apakah anda seorang Entrepreneur?

    Yang membedakan 'entrepreneur', dengan UKM mentality sebenernya kan adanya eksistensi profit & growth. Orang yang punya/ngejalanin bisnis, hanya bisa disebut entrepreneur, kalau punya objektif ingin tumbuh dan mendapat laba, apapun parameternya.

    Untuk tumbuh, butuh biaya (baca: uang). Entah itu untuk overhead, day-to-day operations dengan skala baru, research, prototyping, recruitment, training, etc etc. Tinggal yang esensial adalah, tumbuhnya ingin seperti dan menjadi apa. Bigger? Better? That's the entrepreneurial phase, where you need to answer; either you need investment or not, the size of the fund needed, equity or debt (dan funding vehicle apa saja yang ada ~ investor, bank loan, what kind of people you’d let to invest on your venture etc), and how you pay those liabilities in the future.

    Business planning memang, anehnya, kontroversial. Ada yg bilang butuh, ada yang bilang ngga. Ngga penting sebenernya untuk diperdebatkan, cuma ini logika aja; Kalau ga ada business plan (business plan yang bener itu kuantitatif), how you measure that your start up udah punya profit dan sudah tumbuh (atau belum)? If you have other ways to explain that to yourself as an entrepreneur with confidence tanpa business plan, then i suggest you go for it.

    IMO, komentar gue tetap relevan, meski jika artikel lo untuk publikasi (atau men-support) event Echelon dan atau startup lokal. When you guys apply and those ‘investors’ interview you, do you have the answer? What’s your answer will be if they ask, “Why you need an investment? Do you even need an investment?”

    Kalau bisnis lo ga ada tujuan tumbuh dan profit, kenapa butuh investment?

    If i'm wrong, please educate.

  6. Komennya keren abis neh.

    Gw setuju banget, sebenarnya investor itu ada berdasarkan kebutuhan dari entrepreneur itu sendiri. Terkadang dia punya kapabilitas untuk mengembangkan bisnis dan juga killer idea yang layak dijalankan. Pilihannya tinggal dua, mau cari investor dari awal atau kembangkan dulu (sambil berdarah-darah) lalu setelah value yang diobtain udah tinggi baru deh cari investor.

    Soal business plan, gw pikir itu mutlak ada. Sooner or later, sebuah startup harus mendatangkan uang kalau ingin terus hidup. Twitter dan Facebook yang udah segitu gedenya juga tetep cari celah dimana mereka bisa monetize their service.

    Thanks Rob, an awesome insight! 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

FormSpring : User Generated dan Anonimitas

Next Story

Animoto Membuka API Mereka, Tertarik?

Latest from Blog

Don't Miss

Royalti di NFT

Analisis Galaxy Digital: Total Royalti yang Dibayarkan ke Kreator NFT Tembus $1,8 Miliar

Bagi banyak kreator, keberadaan sistem royalti merupakan salah satu alasan
Playground Web3 platform

Playground Hadirkan Platform untuk Menemukan Proyek dan Game Web3 Terpercaya

Meski kerap menjadi topik pembicaraan dalam setahun terakhir, tren Web3