Review Rexus Daxa M84 Pro: Paling Asyik Karena Minim Saingan

Apa saja kelebihannya yang membuat keyboard dengan 84 key ini layak untuk dibawa pulang?

Pasar keyboard mechanical di Indonesia memang mungkin masih sangat terbatas variannya jika dibanding dengan pasar Tiongkok. Pasalnya, kebanyakan mechanical keyboard yang tersedia di Indonesia adalah yang berukuran standar alias full-sized (104 keys) ataupun TKL (87 keys). Rexus pun nampaknya menangkap peluang tersebut dan memanfaatkannya dengan baik, termasuk dengan mengeluarkan keyboard yang satu ini.

Setelah sebelumnya cukup sukses dengan Rexus Daxa M71 Pro (dan Classic), Rexus kembali menjadi pusat perhatian dari komunitas keyboard mechanical di Indonesia dengan mengeluarkan varian 75%. Saya pun membeli satu unit Rexus Daxa M84 Pro dan telah menggunakannya selama beberapa hari.

Sebelum kita masuk ke reviewnya, mungkin saya perlu menceritakan pengalaman pribadi saya soal keyboard mechanical -- sebagai justifikasi review kali ini karena faktanya review gaming peripheral akan sangat subjektif tergantung pengalaman sang reviewer. Pertama, saya memang sudah kerap review gaming peripheral saat masih menulis di majalah cetak beberapa tahun silam. Saya sudah mencoba dan mengulas puluhan gaming peripheral kala itu, mulai dari mouse, keyboard, mousepad, ataupun gaming headset.

Rexus Daxa M84. Dokumentasi: Hybrid

Selain itu, belakangan saya juga sedikit kecanduan dan belanja impulsif sejumlah gaming peripheral. Saat ini, saya bahkan punya 7 mechanical keyboard yaitu SteelSeries Apex 7 (full-sized), Dareu EK840 (full-sized), Razer Blackwidow V3 (wiredfull-sized), GK61 (60%, 61 keys), GK64 (60%, 64 keys), GK73 (65%, 73 keys), Rexus Daxa M84 Pro (75%, 84 keys).

Itu tadi sedikit cerita tentang saya yang mungkin bisa jadi sedikit justifikasi dan pertimbangan Anda dalam membaca review Rexus Daxa M84 Pro kali ini.

 

Build Quality

Rexus Daxa M84 Pro sebenarnya tidak memiliki build quality yang terlalu istimewa alias biasa saja. Tidak seperti Dareu EK840 yang benar-benar solid, berbobot berat, dan sungguh bisa dibanggakan kualitas fisiknya di segala aspek -- mulai dari bodi bahkan sampai keycaps yang disertakannya.

Dokumentasi: Hybrid

Sebaliknya, M84 memiliki bodi yang biasa saja. Bottom case-nya tipis seperti yang disuguhkan Razer Blackwidow. Case dan plate yang digunakan pun tidak setebal yang ditawarkan GK61, GK64, ataupun GK73. Di bagian dalamnya, karena saya juga langsung membukanya, PCB nya pun tidak istimewa -- tidak tebal dan memiliki beberapa lapisan seperti yang saya temukan di GK61, GK64, ataupun GK73. Namun demikian, untuk beberapa bagian tadi, saya masih bisa memakluminya karena memang banderol harga M84 yang sangat terjangkau. M84 Pro dibanderol dengan harga Rp950 ribu -- bandingkan dengan Razer Blackwidow V3 yang sama-sama tipis case-nya tapi dibanderol dengan harga Rp2,2 juta.

Sayangnya, ada satu bagian yang tidak bisa saya toleransi dari M84 ini. Keycaps-nya sungguh jelek bukan main dan saya langsung buang ke tong sampah. Dari semua keyboard yang pernah saya pegang, keycaps M84 adalah yang paling tipis yang pernah saya temui. Jadi, pastikan saja Anda menyediakan dana tambahan untuk membeli keycaps yang lebih baik jika berniat membeli M84 Pro.

Di bawah keycaps yang berukuran panjang, Anda akan melihat stabilizer dengan lube yang sangat berlebihan. Meski memang jadi aneh dilihatnya namun setidaknya hal ini membuatnya terasa cukup stabil -- tidak seperti stabilizer dari Razer Blackwidow V3 yang jeleknya bukan main.

 

Switch dan Hotswap Socket

Jujur saja, tanpa fitur hotswap 3/5 pin, saya tidak akan membeli keyboard ini. Karena saya benar-benar merasa fitur hotswap harusnya sudah jadi standard buat mechanical keyboard keluaran 2021 atau yang lebih baru. Fitur hotswap akan membuat Anda terbebas dari switch yang bermasalah satu saat nanti tanpa harus membeli keyboard baru atau belajar dan membeli peralatan solder ataupun desoldering.

Dokumentasi: Hybrid

Apalagi saya sebelumnya bermasalah dengan salah satu switch yang stuck di SteelSeries Apex 7. Memang M84 ini sudah menggunakan switch Gateron yang mungkin relatif lebih awet ketimbang keluaran Outemu. Namun, tetap saja, switch dari Cherry MX yang biasanya ditemukan di keyboard-keyboard usianya lebih dari 5 tahun. Meski Cherry MX memang mungkin lebih baik dalam hal durabilitas, switch Gateron menawarkan feel yang lebih smooth untuk kelas linearnya. Saya punya 2 keyboard dengan Gateron Yellow serta 1 keyboard dengan Gateron Red dan saya sangat menyukai feel yang ditawarkan dari switch linear besutan Gateron -- meski memang masih kalah smooth dengan switch Durock L2 yang ada di keyboard saya satu lagi.

M84 memang menawarkan beberapa pilihan switch gateron seperti Red, Yellow, Brown, dan Blue. 4 opsi sebenarnya juga sudah cukup lengkap namun saya sebenarnya berharap mereka ada varian juga untuk switch yang kalah mainstream seperti Gateron Black. Meski demikian, karena M84 ini menyuguhkan fitur hotswap 3/5 pin, Anda tetap bisa mengganti switch dengan mudah layaknya mengganti keycaps.

Dokumentasi: Hybrid

Fitur hotswap 3/5 pin ini juga layak diacungi jempol karena beberapa keyboard hotswap lainnya, seperti Tecware Phantom Elite saya, hanya menawarkan hotswap 3 pin (atau plate mount). Dengan hotswap 5 pin (alias PCB mount), Anda bisa menggunakan switch yang kelasnya lebih tinggi seperti Durock, NovelKeys, Gateron Ink, Tealios, Tangerine, dan kawan-kawannya.

 

Layout dan Ukuran

Di bagian inilah Rexus M84 Pro menyuguhkan kelebihan utamanya. Pasalnya, seperti serinya, M84 ini menawarkan layout 75% dengan 84 tombol. Saya pribadi juga sangat menyukai layout 84 tombol ini karena ada beberapa alasan.

Pertama, layout 84 tombol ini bisa dibilang setara dengan TKL -- hanya selisih 3 tombol karena TKL punya 87 tombol -- namun dengan bodi yang lebih compact dan membuat layout-nya tampil lebih rapih. Di TKL, tombol arah dan bagian Ins, Home, dkk. jadi punya banyak ruang kosong. Namun di layout 84 tombol, ruang kosong tersebut dihilangkan sehingga membuatnya lebih enak dilihat -- setidaknya menurut saya.

Perbandingan ukuran antara GK61 dan M84.

Kedua, dibanding dengan keyboard 60% dengan 61 tombol, keyboard ini punya lebih banyak tombol yang mungkin akan sangat berguna bagi Anda. Tombol F2 misalnya akan sangat berguna jika Anda ingin merapihkan dan menamai ulang koleksi ehm... tugas kuliah yang biasanya namanya hanyalah 4 huruf konsonan diikuti 3 angka (IYKWIM). Keyboard dengan 61 tombol juga biasanya tidak memiliki arrow keys yang akan sangat berguna buat para penulis seperti saya.

Di layout 84 tombol, benar-benar bagian Numpad saja yang mungkin Anda rasakan hilang -- jika Anda sering berkutat dengan angka-angka dan Spreadsheet.

Ketiga, jika dibandingkan dengan GK64 (60% tapi 64 tombol), saya juga lebih suka M84 ini karena di sini ukuran Shift sebelah kiri masih standard (2.25u). Sedangkan di GK64 ukuran Shift jadi lebih kecil sehingga mungkin akan menyebabkan Anda pegal-pegal saat mengetik lama dan sudah terlalu biasa menggunakan keyboard full-sized ataupun TKL.

Dokumentasi: Hybrid

Jika berbicara soal ukuran keycaps, karena harus mengecilkan ruang, tetap ada beberapa tombol modifier kanan yang dikecilkan di layout 84 tombol seperti Shift kanan, Alt kanan, Ctrl kanan, dan Fn. Lucunya, meski saya sendiri tidak pernah menggunakan modifier kanan, saya tetap merasa ada yang berbeda dengan beberapa tombol yang ukurannya mengecil tadi. Saya lebih merasa cepat pegal dibanding saat menggunakan GK61 yang ukurannya benar-benar standard di semua tombol.

Ditambah lagi, berkat keycaps-nya yang amit-amit jeleknya, Anda berarti harus mencari set keycaps yang punya tombol non-standard seperti Alt 1u ataupun Shift 1.75u (untuk di kanan). Keycaps yang harganya lebih murah biasanya hanya menawarkan 104 tombol yang ukurannya standard. Sedangkan keycaps yang memberikan sampai 130 tombol misalnya dibanderol dengan harga yang lebih mahal.

Meski begitu, menurut saya, layout 84 tombol ini masih berada di tengah-tengah jika berbicara soal adaptasi dan kenyamanan penggunaan. Ia masih kalah nyaman dibanding dengan keyboard yang semua keycaps-nya standard (104, 87, dan 61) namun lebih nyaman dibanding dengan keyboard yang mengubah ukuran Shift kiri (seperti GK64).

Dokumentasi: Hybrid

Lucunya, menurut saya, jika Anda memang hanya butuh F2 ataupun F5 (yang bisa di-remap dengan software bawaannya), Rexus M71 sebenarnya mungkin lebih nyaman digunakan karena bagian utama keyboardnya memiliki ukuran yang full standard, termasuk modifier kanan dan kiri, namun juga menawarkan tombol arrow.

Seperti yang saya bilang tadi, layout inilah yang membuat Rexus M84 jadi sangat menggoda karena tidak banyak varian 84 tombol yang mudah Anda dapatkan di Indonesia, selain Keychron K2. Namun sayangnya Keychron tidak memiliki software bawaan yang akan merepotkan jika Anda ingin fitur remapping ataupun fungsi makro. Selain K2 tadi, VortexSeries juga sebenarnya punya layout 84 tombol yaitu VX8 namun barangnya sangat langka -- setidaknya saat artikel ini ditulis.

Selain pilihan-pilihan tadi, jika memang ingin mencari layout 84 tombol, Anda mungkin harus membeli sendiri dari Tiongkok seperti dari AliExpress (meski dengan resiko uang refund-nya tidak ada kejelasan seperti saya atau pengiriman gratis yang lamanya minta ampun). Opsi lain yang lebih baik juga ada, dengan menunggu beberapa importir eceran yang memasukkan barang dari luar namun biasanya jumlah yang bisa mereka bawa masuk memang tidak sedikit.

Dokumentasi: Hybrid

 

Software

Sekarang kita ke software. Sampai hari ini saya sudah mencoba beberapa software bawaan mulai dari Razer Synapse, Logitech G Hub, SteelSeries Engine, software dari Tecware, dari Rexus, VIA untuk QMK, ataupun software GK6X Plus Driver (yang biasanya digunakan untuk produk Skyloong, Geek Customized, atau Epomaker).

Menurut saya, software dari Rexus ada di tingkat yang sama dengan milik Tecware. Fungsinya memang tidak selengkap yang ditawarkan Razer Synapse ataupun GK6X Plus Driver (keduanya adalah yang terbaik bagi saya dalam hal kelengkapan fitur) namun sudah sangat cukup buat mayoritas gamer dan sangat mudah digunakan. Anda bisa remapping semua tombol yang ada di keyboard ini jadi tombol ataupun fungsi lainnya.

Dokumentasi: Hybrid

Membuat fungsi makro juga tidak seribet dengan menggunakan VIA untuk QMK karena Anda tinggal merekam tombol-tombolnya. Meski sayangnya, software-nya tidak mengizinkan fungsi remapping kombinasi tombol Fn seperti yang ada di Synapse (dengan menggunakan fungsi Hypershift) ataupun GK6X Plus Driver. Misalnya, FN+Shift jadi Num Lock atau jadi makro.

 

Fitur Tambahan

Terakhir kita akan membahas beberapa fitur tambahan yang dimiliki oleh M84 ini. Meski memiliki case dan plate yang cukup tipis, untungnya, Rexus memberikan frame di bagian atas yang membuat keyboard ini terasa lebih solid. Jika Anda mau, Anda juga bisa melepas frame atasnya untuk membuat keycaps-nya terlihat floating meski saya lebih suka menggunakannya dengan frame tadi karena selain lebih solid tampilannya pun jadi lebih rapih.

Dokumentasi: Hybrid

Keyboard ini juga dilengkapi dengan fungsi wireless dengan menggunakan Bluetooth. Saya pribadi jujur malas mencobanya namun jika saya harus memilih fungsi wirelss saya akan memilih koneksi 2.4GHz. Namun dengan koneksi Bluetooth, keyboard ini juga mudah jika ingin digunakan dengan ponsel Anda.

Fitur tambahan terakhir adalah magnetic feet yang akan membuat keyboard ini miring dan lebih nyaman digunakan -- berhubung saya memang kurang suka dengan keyboard yang rata. Magnetic feet-nya memang goyang-goyang jika dipasangkan namun ia menempel cukup kuat saat digunakan dan saya belum pernah mengalami copotnya feet tersebut meski sering menggeser keyboard.

 

Kesimpulan

Rexus Daxa M84 Pro ini memang sangat menarik untuk dimiliki karena menawarkan jumlah tombol yang cukup lengkap namun tak terlalu sempit, fitur hot-swap, dan software yang cukup lengkap dan intuitif. Sayangnya, build quality nya memang tak bisa dibanggakan meski tak bisa dibilang jelek juga -- kecuali keycaps-nya.

Dokumentasi: Hybrid

Dibanding dengan beberapa saingan yang sama-sama menawarkan layout 84 tombol seperti Keychron K2 ataupun VortexSeries VX8, M84 juga lebih menarik karena menawarkan software bawaan (dibanding Keychron) dan stoknya mudah didapat (dibanding VX84).

Meski begitu, menurut saya saingan terberat M84 Pro ini justru datang dari saudaranya sendiri, M71 Pro. M71 Pro menawarkan ukuran keycaps yang standard di area utama keyboard, sehingga Anda tak perlu pusing mencari keycaps ataupun lebih cepat pegal-pegal karena beradaptasi dengan layout yang sedikit berbeda. Saya sendiri juga sebenarnya tidak butuh tombol F rows semuanya (hanya F2 dan F5 -- buat Quick Save) namun lebih butuh arrow keys yang tersedia di M71. Saya yakin mayoritas kebanyakan pengguna juga mungkin tak butuh semua 12 tombol dari F rows.

Meski begitu, jika Anda benar-benar mencari keyboard setara TKL namun dengan layout dan bodi yang lebih ramping, Rexus Daxa M84 Pro ini sungguh layak buat dibawa pulang -- pastikan saja Anda beli keycaps baru...