Razer memang memiliki sejumlah perangkat dengan seri Hammerhead mulai dari yang menggunakan kabel, Razer Hammerhead Duo dengan berbagai variannya, ataupun yang nirkabel, Hammerhead True Wireless (TWS).
Untuk yang nirkabel, Hammerhead juga punya beberapa varian yang diposisikan sebagai berikut:
Jadi, sama dengan berbagai perangkat Razer lainnya, akhiran “X” memang diberikan untuk seri terbawah dengan harga paling terjangkau.
Kali ini, saya kedatangan Razer Hammerhead True Wireless X untuk direview. Sebelum kita masuk ke ulasannya, ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan terlebih dulu.
Pertama, Razer Indonesia yang meminjamkan produk ini ke saya untuk direview. Namun demikian, hal ini tidak akan memengaruhi penilaian saya — setidaknya saya berharap seperti itu… Kedua, seperti yang selalu saya katakan di setiap review gaming peripheral, penilaiannya akan selalu subjektif — tergantung siapakah reviewernya. Pasalnya, pengalaman, bentuk atau ukuran bagian tubuh, dan ekspektasi setiap orang itu berbeda-beda.
Untuk audio peripheral seperti kali ini, kepekaan sang pengguna ataupun reviewer atas suara itu berbeda-beda. Perangkat yang biasa digunakan sehari-hari juga kemungkinan besar berbeda setiap orang. Kedua pertimbangan tadi akan saya gunakan saat membahas lebih detail di masing-masing bagian.
Pada review kali ini, saya menggunakan ponsel saya, Redmi Note 9 Pro, untuk mencobanya. Pasalnya, bagi saya, produk TWS memang lebih cocok buat ponsel ketimbang PC (laptop ataupun desktop). Razer sendiri juga memasukkan Hammerhead di kategori Mobile, bukan PC atau Console, di website resmi mereka. Perangkat audio yang masuk di kategori PC di website resmi mereka misalnya adalah seri Razer Barracuda, Blackshark, ataupun Kraken.
Oh iya, Razer Hammerhead TWS X ini dibanderol dengan harga Rp1,2 juta.
Jadi, tanpa basa-basi lagi, inilah review Razer Hammerhead Truewireless X.
Desain dan Kenyamanan
Jika berbicara soal tampilan, saya kira perangkat besutan Razer tak perlu lagi diperdebatkan — meski memang selera setiap orang juga bisa sangat berbeda-beda. Namun saya pribadi selalu menyukai penampilan yang diusung di setiap produk Razer — apapun itu bentuk ataupun serinya. Tak terkecuali tampilan dari Hammerhead TWS X yang satu ini.
Produk ini memiliki tampilan yang elegan di semua aspek. Earbuds-nya terlihat keren dan tidak norak dengan lampu berlogo Razer. Case-nya juga dibalut dengan lapisan dof yang membuatnya sangat nyaman digenggam. Dari tampilannya, saat Anda membawanya bepergian, orang-orang di sekitar Anda harusnya tahu bahwa produk ini bukan produk murahan.
Saya kira faktor tampilan ini jadi krusial karena TWS memang umumnya dibawa ke mana-mana. Jadi, Anda tidak mau mengenakan produk yang desainnya memalukan atau terlalu norak.
Sayangnya, TWS X ini belum menggunakan desain in-ear seperti yang ditawarkan oleh Hammerhead TWS Pro. Karena desainnya seperti itu, saya tidak bisa berlama-lama menggunakan TWS ini. Mungkin karena memang saya lebih terbiasa menggunakan headset dengan desain over ear (yang menutup semua bagian, termasuk daun telinga), telinga saya sakit saat cukup lama menggunakan TWS X. 1,5 jam adalah durasi terlama saya betah menggunakannya. Sebagai perbandingan, saya bisa menggunakan headset HyperX CloudX Flight (yang biasa saya gunakan sehari-hari) bahkan sampai 6 jam lebih.
Untuk urusan kenyamanan, TWS X memang jadinya sedikit disayangkan karena saya tahu ada banyak produk alternatif yang sudah menawarkan desain in-ear meski dibanderol dengan kisaran harga yang sama.
Kualitas Suara
Jika desainnya sudah sesuai dengan ekpektasi saya sebelumnya, kualitas audio yang ditawarkannya justru di atas ekspektasi saya. Meski memang kedengarannya hiperbolis, namun suara yang ditawarkan oleh Hammerhead TWS X bahkan bisa mendekati CloudX Flight saya — terlepas dari ukurannya yang jauh lebih mungil.
Hammerhead yang satu ini dapat menghantarkan suara bass yang tebal dengan detail-detail suara yang masih terdengar dengan jelas. Saya sangat suka dengan warna suara semacam itu. Saya mencobanya dengan memutar sejumlah lagu di YouTube. Sebelum Anda mencibir, saya memang punya alasan sendiri kenapa menggunakan YouTube meski memang tidak bisa menawarkan kualitas audio dengan resolusi tertinggi seperti file looseless.
Hasil mixing audio di berbagai video di YouTube itu memang berbeda-beda. Ada yang memang kualitas suaranya jeleknya minta ampun tapi ada yang sangat berguna (setidaknya bagi saya) untuk menguji kualitas perangkat audio. Salah satu yang sering saya gunakan adalah video bass cover dari Valter Kabas. Saya juga memutar lagu dari berbagai channel seperti milik James Adam, Denny Caknan, Scary Pockets, ataupun yang lainnya untuk mencoba berbagai kualitas mixing audio.
Selain itu, saya realistis saja. Lebih banyak pengguna yang menggunakan YouTube untuk berbagai kebutuhan ketimbang menggunakan file looseless baik di video ataupun audio.
Saat saya mendengarkan lagu, berhubung kebetulan juga saya bermain beberapa alat musik, saya mencoba mencari suara-suara alat musik yang spesifik dan mendengarkannya dengan seksama. Misalnya, saya mencari suara drum di satu lagu dan saya harus bisa membayangkan apa saja yang diketuk dari suara yang saya dengar. Jika saya tidak bisa menemukan suara-suara instrumen tertentu lewat sebuah perangkat audio, bagi saya, produk tersebut tidak layak dipuji.
Dengan TWS X ini, seperti yang saya tuliskan sebelumnya, suara yang saya dengarkan sungguh layak diacungi jempol karena ia mampu menyuguhkan detail yang kaya dan bass yang empuk.
Performa
Sayangnya, jika TWS X ini memiliki kualitas audio yang layak dibanggakan, saya tidak bisa mengatakan hal yang sama untuk urusan performa.
Pertama, jika berbicara soal urusan performa, saya mengalami delay audio saat menggunakan TWS ini untuk bermain game. Saya bahkan sudah mengaktifkan mode Game Mode-nya yang diklaim dapat mempersingkat latency. Saya mencoba beberapa game di Android dan memang ada beberapa game yang delay-nya terobati dengan mengaktifkan Game Mode. Namun, ada juga game–game lainnya yang tetap delay suaranya meski sudah menggunakan Game Mode. Lucunya, memang tidak semua game yang saya coba mengalami delay audionya. Meski begitu, jika kebetulan game yang delay audionya adalah game yang sedang asyik Anda mainkan, Anda harus merelakan untuk tidak menggunakan TWS ini.
Hal ini sungguh sangat disayangkan karena Razer adalah brand yang identik dengan gaming. Meski saya tidak mengalami delay saat mendengarkan lagu ataupun menonton video, tetap saja ekspektasi orang ketika membeli produk Razer adalah kebutuhan gaming.
Selain soal gaming yang kurang memuaskan, saya juga mengalami kendala saat menggunakan produk ini untuk meeting menggunakan Zoom. Namun, berbeda kendala dengan gaming, saya tidak merasakan delay namun audionya kerap terdengar patah-patah di beberapa kesempatan.
Untuk kasus ini, saya tidak tahu apakah memang kendalanya ada di Zoom nya atau bukan karena saya tidak pernah merasakan audionya patah-patah saat telepon menggunakan Whatsapp ataupun jaringan seluler. Namun saya juga tidak pernah mengalami audio yang patah-patah di Zoom saat menggunakan headset lainnya.
Meski begitu, sebagai catatan, Redmi Note 9 Pro memang hanya dibekali dengan Bluetooth 5.0. Sedangkan Hammerhead TWS X ini sudah menggunakan Bluetooth 5.2. Jadi, mungkin Anda perlu menggunakan ponsel yang sudah mendukung Bluetooth 5.2 untuk memaksimalkan TWS ini.
Aplikasi dan Daya Tahan Baterai
Di bagian terakhir, saya ingin membahas soal aplikasi yang disertakan. Berhubung saya menggunakan Razer Basilisk V2 setiap hari sebagai mouse kesayangan, saya sudah tidak asing dengan Razer Synapse. Namun saya terkejut dengan aplikasi Razer Audio untuk Android yang bisa digunakan untuk menemani TWS X ini.
Aplikasinya sangat berguna karena selain dapat menunjukkan sisa kapasitas baterai, ada beberapa setting seperti Equalizer dan Gesture remapping yang bisa Anda ganti-ganti sesuai selera dan kebutuhan. Sayangnya, starting up aplikasinya cukup lama setiap kali Anda membukanya.
Sedangkan untuk daya tahan baterainya, TWS X ini diklaim mampu bertahan selama 24 jam (6 jam untuk earbuds + 18 jam untuk casenya) dengan lampu menyala dan 28 jam (7+21) tanpa lampu. Saat saya mencobanya sendiri, daya tahan baterainya memang mampu bertahan dengan durasi yang mendekati klaim Razer tadi.
Penutup
Razer Hammerhead True Wireless X ini sebenarnya memang sangat layak diacungi jempol untuk urusan kualitas audio yang ditawarkan. Tampilannya pun elegan dan tidak memalukan. Ia juga dilengkapi dengan aplikasi yang cukup baik untuk mengatur banyak konfigurasi. Sayangnya, produk ini juga memiliki kekurangan yang juga layak jadi catatan.
Kekurangan terbesarnya, bagi saya, adalah soal kenyamanannya yang tidak maksimal. Andaikan Razer juga sudah menggunakan desain in-ear di TWS X ini, saya kira produk ini akan jauh lebih menggoda untuk lebih banyak orang. Di sisi lain, soal urusan performa, sayangnya memang kebanyakan ponsel juga masih menggunakan Bluetooth 5.0. Jadi, Anda mungkin harus rela jika salah satu game yang Anda mainkan ternyata masih delay audionya dengan TWS X ini.
Lalu, untuk siapakah Hammerhead TWS X ini ditujukan? Menurut saya, jika Anda lebih suka mendengarkan musik dan mencari TWS dengan kualitas audio jauh di atas rata-rata namun tidak bermasalah dengan desain earbuds, TWS X ini cukup layak untuk dijadikan salah satu pertimbangan untuk Anda bawa pulang.