Dark
Light

Proses Pengembangan Game Remasters untuk PSVR2

4 mins read
February 2, 2023
PSVR2 akan dirilis di akhir Februari 2023. | Sumber: IGN

Sony akan meluncurkan PlayStation Virtual Reality (PSVR) 2 pada 22 Februari 2023 mendatang. Mereka berjanji, dalam waktu satu bulan sejak PSVR2 diluncurkan, ia akan memiliki 37 games.

Sayangnya, dari puluhan game tersebut, hanya ada dua game yang merupakan game baru dan eksklusif untuk PSVR2. Kedua game itu adalah Horizon: Call of the Mountain dan The Dark Pictures: Switchback. Kebanyakan game untuk PSVR2 merupakan remaster dari game yang sudah bisa dimainkan di PSVR1, seperti After the Fall, Moss, Moss: Book II, Pistol Whip, Smoke: Rekindled, dan Tetris Effect: Connected.

Memang, merilis versi remaster dari game lama untuk konsol baru bukanlah hal aneh. Biasanya, developer akan memoles game lama mereka dengan memanfaatkan fitur eksklusif yang ada pada konsol terbaru. Namun, bagi pemilik PlayStation 5, mereka tidak harus membeli versi remaster dari game lama karena konsol buatan Sony itu dilengkapi dengan fitur backward compatibility. Lain halnya dengan PSVR2.

Jika Anda ingin memainkan game lawas di PSVR2, Anda harus membeli versi remaster-nya. Pasalnya, PSVR2 tidak bisa digunakan untuk memainkan game-game PSVR1. Ketiadaan fitur backward compatibility di PSVR2 berarti, para developer harus membuat ulang game mereka demi memastikan game tersebut memang bisa dimainkan di PSVR2. Kabar baiknya, PSVR2 merupakan salah satu platform AR/VR yang menarik perhatian para developer game.

Apa yang Dilakukan oleh Developer?

Josh Stiksma, Design Director dari seri Moss, mengungkap bahwa dia justru senang karena PSVR2 sangat berbeda dari pendahulunya. Dia mengakui, ada banyak perubahan teknis yang Polyarc harus pertimbangkan saat mereka membuat Moss untuk PSVR2.

“Perubahan paling signifikan adalah PSVR2 menggunakan dua controllers dengan fitur hand-tracking, dan bukannya satu DualShock controller,” katanya pada GamesIndustry. “Hal itu berarti, kami harus mengubah metode input pada game.”

Kebanyakan game yang dibuat untuk PSVR1 memanfaatkan light bar pada controller DualShock PS4. Namun, controller DualSense untuk PS5 tidak memiliki light bar. Alhasil, para developer harus mereka ulang metode input dalam game mereka. Menariknya, tidak semua developer menganggap mekanisme PSVR2 yang sangat berbeda dari VR1 sebagai masalah.

Salah satunya, Vertigo Games. Mereka tidak hanya berencana untuk membuat ulang After the Fall agar sesuai dengan spesifikasi PSVR2, mereka juga ingin melengkapi game tersebut dengan fitur cross-platform play. Dengan begitu, para pemilik PSVR2 akan bisa bermain bersama pemilik VR1.

Sementara itu, CEO dan Creative Director 17-Bit, Jake Kazdal mengatakan, fakta bahwa mekanisme PSVR2 sangat berbeda dengan PSVR1 justru merupakan kesempatan bagi 17-Bit untuk menyempurnakan game buatan mereka, Song in the Smoke. Kazdal mengaku, tim 17-Bit justru merasa kesulitan untuk menyesuaikan dengan keterbatasan pada VR1, khususnya terkait penggunaan PlayStation Move wands untuk menggerakkan karakter.

Senada dengan Kazdal, Mark MacDonald, Producer Enhance mengungkap bahwa dia justru merasa senang karena VR2 tidak dilengkapi dengan fitur backward compatibility. “Ketiadaan fitur itu menjadi ‘alasan’ bagi kami untuk membuat ulang game kami untuk PS5,” jelasnya. “Kami sangat senang karena hal-hal ‘remeh’ seperti resolusi dan framerate punya dampak besar pada game seperti Tetris Effect: Connected dan Rez Infinite. Pada dua game tersebut, sinkronisasi antara suara dan visual akan sangat mempengaruhi pengalaman bermain.”

Tidak Sekadar Porting

Sebenarnya, spesifikasi dari PSVR2 bisa disandingkan dengan headset VR premium untuk PC. Hal itu berarti, Polyarc dan developer lain sebenarnya sudah punya pengalaman dalam melakukan porting game PSVR1 ke platform lain.

Saat Polyarc membuat porting dari Moss ke platform VR lain, mereka juga sudah harus menyesuaikan sejumlah aspek dari game mereka. Menariknya, kebanyakan developer mengaku bahwa mereka tidak akan melakukan porting setengah hati. Mereka ingin memastikan bahwa mereka bisa memanfaatkan berbagai fitur yang ada di VR2 dalam game mereka.

Quest juga punya spesifikasi tinggi. | Sumber: CNET

“Kami memang pernah membuat game kami dengan Unreal engine sehingga ia bisa dimainkan di PC high-end, menggunakan Quest. Ketika itu, kami harus mempertimbangkan beragam kemungkinan spesifikasi dari PC yang digunakan pengguna,” kata Kazdal. “Tapi, PSVR2 hanya memiliki satu spesifikasi. Jadi, kami bisa membuat game yang memang sesuai dengan kemampuan headset tersebut.”

PSVR2 juga punya beberapa fitur menarik. Salah satu fitur yang hanya dapat ditemukan di VR2 adalah eye-tracking. Dengan fitur ini, VR2 akan melakukan render pada bagian yang memang sedang dilihat oleh para pemain. Keberadaan fitur ini memungkinkan Polyarc untuk menambahkan dynamic shadows di Moss.

Selain fitur eye-tracking, dua fitur lain pada PSVR2 yang bisa developer manfaatkan adalah haptics yang lebih baik dan adaptive triggers. Cloudhead Games, developer dari Pistol Whip mengaku, mereka tertarik untuk memanfaatkan kedua fitur tersebut dalam game mereka.

Pistol Whip akan memanfaatkan fitur haptics dan adaptive trigger pada PSVR2. | Sumber: Steam

Game Director, Cloudhead Games, Tyler McCulloch bercerita, berkat fitur haptics yang lebih baik pada PSVR2, gamers akan dapat merasakan getaran yang lebih kuat saat mereka berhasil menembak target di Pistol Whip. “Sementara fitur adaptive triggers menawarkan tingkat trigger resistance yang berbeda saat magasin peluru dalam keadaan penuh atau kosong. Sehingga, getaran pada game ketika pemain menembak akan terasa lebih realistis,” kata McCulloch.

Harga dari Game Remaster

Mengingat kebanyakan game untuk PSVR2 merupakan versi remaster, ada kemungkinan, para gamers akan enggan untuk membeli game tersebut. Apalagi, jika mereka sudah membeli game itu untuk PSVR1.

Namun, Polyarc mengatakan bahwa mereka akan menjual Moss dan Moss Book II dengan harga penuh. Sementara Enhance menawarkan diskon untuk Rez Infinite dan Tetris Efffect: Connected bagi gamers yang telah membeli salah satu atau kedua game itu di PS4.

“Kami harus mendesain kembali game kami demi pengalaman bermain yang optimal di PSVR2. Untuk itu, ada banyak hal yang harus kami pertimbangkan, mulai dari haptic feedback, grafik yang lebih baik, field of view, fitur eye-tracking, sampai pengaturan controller. Semua hal ini akan mengubah pengalaman bermain, menjadikannya lebih baik dan lebih realistis,” kata Publishing Director, Polyarc, Lincoln Davis.

“Kami hanyalah perusahaan kecil. Dan kami ingin bisa terus membuat game seperti ini. Jadi, kami tidak bisa memberikan game secara cuma-cuma.”

MacDonald menambahkan, “Kami menghabiskan banyak waktu untuk mengembangkan versi baru dari dua game kami. Dan waktu adalah uang. Selain itu, kami juga harus melakukan pengujian pada game. Jadi pada akhirnya, kami menghabiskan waktu dan sumber daya yang lebih banyak dari yang banyak orang kira.”

Song in the Smoke. | Sumber: Steam

Namun, tidak semua developer memutuskan untuk menjual versi remaster dari game mereka. Beberapa developer memutuskan untuk menawarkan versi remaster dari game mereka secara gratis pada orang-orang yang telah membeli game mereka untuk PSVR1. Beberapa developer yang mengambil langkah ini antara lain Cloudhead Games, Vertigo Games, dan 17-Bit.

Sumber header: IGN

Program IGSI
Previous Story

Berikut 3 Nama Startup yang Berhasil Lolos Tahap Alpha dari Program IGSI

Next Story

OpenAI Hadirkan Tools untuk Deteksi Tulisan Dibuat oleh AI

Latest from Blog

Don't Miss

Kamera-Mirrorless-Flagship-Sony-A1-II-Diperkenalkan,-Ini-Fitur-Unggulannya

Kamera Mirrorless Flagship Sony A1 II Diperkenalkan, Ini Fitur Unggulannya

Sony telah mengumumkan kamera mirrorless flagship terbarunya, Sony A1 II,

Realme 13 Pro Series 5G Segera Hadir di Indonesia, Usung Dual Sony Lenses

Realme kembali ingin mencuri perhatian anak muda dengan menghadirkan gebrakan