Dark
Light

Produk VS Bisnis

2 mins read
June 26, 2010

Tahukah anda mengenai Karir.com? Situs lawas dimana anda bisa mencari lowongan pekerjaan dan mengapply secara online? Pendapat saya pribadi, situs ini basi dan cenderung tidak ada perubahan berarti. It’s a dead site to me. Namun secara mengejutkan, situs ini merupakan tambang emas di mata para investor. Setidaknya itu kesan yang saya dapat ketika berbincang dengan beberapa investor lokal, mengejutkan bukan?

Tidak hanya karir, situs seperti Indo.com, Indonetwork.co.id, merupakan situs-situs yang sepertinya masih cenderung konservatif, tidak web2.0. Namun jika merujuk pada laporan keuangannya, situs-situs tersebut merupakan potensi yang teramat besar bagi investor. Traffic tinggi, business plan jelas dan mereka sudah profitable sejak lama tanpa perlu eksposure pers, publikasi dan bahkan DailySocial yang notebene membahas mengenai perusahaan web.

Inilah perbedaan perspektif antara orang macam saya (dan mungkin anda) dan cara pandang para investor. Investor tidak peduli betapa cantiknya website anda yang full HTML5/CSS3 dengan AJAX interaktif nan cantik dengan logo glossy dan berkesan “Web2.0”. No, they don’t care. Mereka hanya peduli pada pondasi bisnis dari sebuah perusahaan, business model, business plan, revenue, profit, salesforce, monetization dan mungkin “next stage of investment” dan bahkan IPO. Those are the keywords.

Kebanyakan startup lokal yang saya lihat belakangan memang memiliki potensi yang cukup untuk menjadi besar. Mereka telah menemukan solusi dari sebuah masalah dimana layanan web mereka bisa menjadi sebuah layanan yang fungsional bagi user. Namun sayangnya, tidak semua startup memiliki business plan dan visi yang jelas mengenai bagaimana mereka akan mendatangkan uang. Hal ini penting jika startup anda mulai mencari-cari investor untuk mengembankan startup anda, lain hal jika anda masih menikmati kesendirian bootstrapping dan merasa masih mampu berjalan sendiri tanpa investor.

Dari sini tentu muncul dilema, focus on building a great product or focus on building a great business plan?

Membangun sebuah produk yang hebat, sebuah produk yang digunakan dan berguna untuk jutaan orang tentu merupakan impian semua founder startup, perasaan yang nikmat ketika founder menciptakan sebuah layanan yang memecahkan masalah jutaan orang. Namun sebagai sebuah entitas bisnis, tentu tidak lepas dari kendala finansial dimana harus ada dana yang menyokong operasional dan pengembangan perusahaan. Mungkin jika beruntung, anda bisa mendatangkan seed funding dari angel investor, atau dari salah satu anggota keluarga atau kerabat anda, namun tetap saja uang itu akan habis dan cepat atau lambat anda harus mendatangkan uang lagi.

Pilihan pertama untuk mendatangkan uang lagi tentu saja memonetize layanan anda, entah itu mulai merilis fitur berbayar atau untuk yang malas berfikir lama ya cukup lemparkan kode AdSense ke salah satu pojok situs anda.Hal ini mungkin bisa memberikan anda masukan uang, namun tidak signifikan untuk membantu mengembangkan bisnis anda, kecuali anda memiliki tim yang khusus melayani penjualan iklan di website anda, yang pastinya memakan biaya yang cukup besar pula.

Pilihan kedua bagi startup adalah mendatangkan investor untuk mendanai startup anda. Dan untuk hal ini anda harus keluar dengan business plan, mungkin anda tidak tahu harus mendatangkan uang darimana tapi setidaknya anda bisa mempropose beberapa metode yang masuk akal kepada calon investor anda. Biasanya ketika investor sudah masuk, mereka akan mendedikasikan satu orang untuk masuk ke Board pengambil keputusan dan membantu startup anda dari sisi bisnis.

Nah, dua pilihan yang logis, masuk akal dan strategis bagi sebuah startup. Sekarang mari kembali ke pertanyaan awal, kita harus fokus ke mana?

Jawaban paling diplomatis : there’s no correct way to do it.

Google memfokuskan diri dengan membangun produk yang benar-benar world-changing dan ground-breaking, memecahkan masalah ratusan juta orang di seluruh penjuru dunia. Ketika mereka masih menjadi startup mereka tidak ingin fokus membangun business plan, mereka fokus membangun produk yang luar biasa. Dan investor yang visioner melihat hal tersebut dan memutuskan untuk menginvestasikan uang mereka di perusahaan kecil bernama Google tanpa visi apapun untuk mendatangkan uang. Beberapa startup lain seperti YouTube, Twitter, Facebook mulai dengan konsep seperti ini dan mereka berhasil.

Perusahaan lain seperti Zynga, Skype,  Yelp, Groupon juga berhasil menjalan strategi yang kedua dimana sejak awal business plan yang mereka miliki sudah solid dan bisa dieksekusi dengan baik. Dengan metode ini investor akhirnya berduyun-duyun datang dan ingin mengambil sedikit porsi keuntungan ditukar dengan dana investasi untuk startups. Dan karena bargaining power untuk startup lebih tinggi, jadi mereka tinggal memilih mana investor yang cocok secara personal dan tentu valuasi yang pas.

So if they can do it, you guys can do it. Tiap startup punya jalan yang berbeda, nggak ada jalan yang sepenuhnya benar dan nggak ada jalan yang sepenuhnya salah.

Rama Mamuaya

Founder, CEO, Writer, Admin, Designer, Coder, Webmaster, Sales, Business Development and Head Janitor of DailySocial.net.

Contact me : [email protected]

17 Comments

  1. Salah satu contoh web yang saya juga ikut terlibat di dalamnya yang lebih mementingkan business plan dari pada produk mungkin ada pada web-nya greenmining.or.id. Pada awalnya web tersebut bertujuan untuk menunjukkan bahwa dunia tambang di Indonesia ini tidak selamanya merusak alam, mereka juga melakukan perbaikan alam setelah selesai penambangan. Tapi tidak serta merta itu, untuk menjalankan web tersebut yang tidak dijalankan oleh satu orang saja dan perlu dana menggaji pelaksananya dan untuk kebutuhan lain dan segala kegiatannya, akhirnya dipilih orang sebagai marketing dan mencari investor untuk mendanai web tersebut.
    Dari sini kalau menurut saya, untuk pilihan “lebih mementingkan produk” mungkin bisa diterapkan oleh para start up yang punya misi menjual produk baik fisik maupun digital, tapi pilihan “lebih mengutamakan business plan” bisa diterapkan oleh start up yang misinya lebih ke arah pelayanan (bukan menjual produk).
    Itu kalau menurut pendapat saya, yang mungkin saja bisa salah.

  2. Nice article, bro… 🙂
    Dan ada jg faktor2 non-teknis dan non-moneter yg berpengaruh terhadap keinginan investor untuk berinvestasi:
    1. 'asas kepercayaan'… Mungkin saja si investor tidak terlalu mengerti kapan/bagaimana uang akan kembali, tapi mereka percaya dengan kredibilitas dan kapabilitas si entrepreneur.
    2. 'cara menyampaikan'… Mungkin kita pny kemampuan teknis dan biz plan yg kuat, tapi bisa jadi ga mantap ketika kita menyampaikannya dgn tidak meyakinkan… 🙂

  3. Menurut saya building a great product harus selalu menjadi fokus entrepreneurs. Contoh startups di article ini, termasuk Karir.com, Skype, Zynga, Groupon, etc. menurut saya semuanya building a great product. Great product tidak selalu identik dengan great design. Bedanya beberapa dr mereka building a great product with superb business plan and excellent execution sedang yang lainnya hanya salah satu atau duanya saja.

  4. IMHO, semuanya harus mulai dengan business plan. Baru langkah berikutnya menuangkan business plan itu dalam bentuk produk. Kalo menganut filosofi “lean startup”, justru produk versi 1.0 itu kebanyakan tidak bagus. Ada quote dari Reid Hoffman seperti ini “If you're not embarrased about your site when you first launch, you've been spending too much time on it.”

    Mengenai design web site, sebenarnya banyak contohnya yang jelek tapi mendatangkan traffic, seperti: Craiglist, Reddit, dll. In the end, user yang menentukan apakah design web site efektif atau tidak. Dan ada banyak metode untuk mengetahui efektifitas design web site (A/B testing, dll.).

  5. kalo gw sih milih yang menyediakan produknya dulu kali ya..soalnya gak ada jaminan juga sih business plan bisa berhasil. Tapi kalo kita memeprkuat basis produk dulu, terkenal dulu, insya Allah banyak investor yang masuk lah..
    😀

  6. Saya lbh suka dgn fokus ke produk dulu. Produk yg hebat akan mendatangkan investor, bahkan jika memang hebat tidak perlu investor sudah bisa hidup sendiri

  7. Hi bro,
    Boleh cerita lebih detail nggak kira-kira bagian mana dari Karir.com yang menarik investor ? Ada hal-hal lain selain trafik tinggi, dan profitability ?

  8. Nice article… 🙂
    Terutama line terakhir, nggak ada jalan yang sepenuhnya salah.
    karena mungkin yg kita temukan adalah jalan yang belum tepat saat itu. mungkin akan tepat di masa mendatang jadi ga perlu cari jalan itu lagi hehe…

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Fitur Lokasi Kini Tersedia di Twitpic

Next Story

RapidShare Ubah Model Produk dan Harga

Latest from Blog

Don't Miss

Playground Web3 platform

Playground Hadirkan Platform untuk Menemukan Proyek dan Game Web3 Terpercaya

Meski kerap menjadi topik pembicaraan dalam setahun terakhir, tren Web3

Kiat Tepat Membangun “Growth” Bisnismu Melalui Pengembangan Produk

Banyak cara dilakukan untuk menarik dan meyakinkan orang agar membeli