Esports dewasa ini telah tumbuh menjadi begitu besar. Dari yang tadinya hanya berupa pertandingan-pertandingan di arcade center, kini sudah menjadi sebuah industri bernilai ratusan juta dolar. Bila dulu gamer identik dengan kultur nerd yang kurang pergaulan, sekarang atlet-atlet esports diidolakan dan dipuja bagai rockstar. Beberapa tahun lalu mungkin perkembangan ini tak terbayangkan, tapi mau tak mau kita harus menerima bahwa zaman sudah berubah.
Bersama dengan tumbuhnya esports sebagai sebuah industri, ekosistem ini pun memunculkan beragam lapangan kerja potensial. Ketika masyarakat Generation Z (kelahiran setelah tahun 1995) sampai di usia produktif, esports bisa jadi bidang pilihan untuk mencari nafkah. Tidak harus jago main game bahkan, karena industri esports tak hanya butuh atlet, namun juga butuh peran-peran lain untuk mendukung kelangsungan hidupnya.
Apa saja pilihan karier industri esports selain menjadi atlet? Inilah beberapa di antaranya.
Shoutcaster
Sebuah pertandingan sepak bola tentu akan kurang seru bila tidak ada komentator yang memandu penonton. Malah kadang-kadang, cara komentator itu menyajikan pertandingan merupakan hiburan tersendiri yang dapat membuat orang-orang berminat menonton. Begitu pula dengan esports, sebuah turnamen akan menjadi lebih heboh dengan panduan dari satu atau beberapa komentator. Komentator esports ini disebut dengan istilah Shoutcaster (atau Caster saja).
Tujuan utama Shoutcaster adalah membuat pertandingan terasa menarik untuk diikuti. Oleh karena itu, Shoutcaster harus punya pemahaman mendalam akan game yang ia siarkan, sehingga mampu menciptakan konteks atau cerita berdasarkan aksi yang dilakukan atlet-atlet di layar. Seorang Shoutcaster veteran dunia fighting game, James Chen, pernah berkata bahwa Shoutcaster sebaiknya fokus pada “mengapa sesuatu terjadi”, daripada sekadar memberi tahu menonton “apa yang sedang terjadi”.
Analyst
Bila Shoutcaster berperan menghibur penonton seiring pertandingan berjalan, Analyst adalah mereka yang mengisi waktu ketika pertandingan sedang rehat. Ketika tampil di depan kamera (atau mikrofon), para Analyst akan melakukan hal yang sama seperti judul pekerjaannya, yaitu menganalisis pertandingan. Menjelaskan kepada penonton tentang strategi yang dilakukan para pemain, serta memprediksi langkah dan hasil selanjutnya, diskusi-diskusi semacam ini dapat menjaga supaya penonton tidak bosan saat menunggu pertandingan berikutnya.
Analyst perlu menguasai strategi permainan secara cukup mendalam dan harus tahu fakta/data seputar game yang ia bawakan. Semakin banyak fakta dan data dalam genggaman, semakin luas topik pembicaraan yang bisa ia sajikan. Selera humor yang baik juga bisa menjadi bumbu tambahan.
Content Creator
Jurnalis, fotografer, videografer, streamer, dan sebagainya, semua ini masuk dalam satu kategori yang sama yaitu Content Creator. Isi dari konten yang diciptakan bisa beraneka ragam. Mulai dari berita (seperti situs yang sedang Anda baca ini), replay pertandingan, dokumentasi, hingga meme. Seorang Content Creator juga bisa independen ataupun bergabung dengan perusahaan. Banyak tim esports yang memiliki divisi atau anggota khusus bidang penciptaan konten, contohnya EJ Gaming yang merupakan Content Creator untuk tim EVOS.
Mungkin tips terpenting bagi seorang Content Creator adalah bahwa Anda harus selalu jadi diri sendiri. Setiap orang punya karakter berbeda-beda, dan karakter itu akan menentukan seperti apa wujud konten yang kita ciptakan. Dengan menonjolkan karakter itulah kita akan bisa menciptakan konten dengan keunikan tersendiri.
Event Organizer
Sebuah turnamen tentu tidak bisa terselenggara bila tidak ada Organizer yang menjadi panitianya. Dan Organizer ini pun umumnya tidak hanya terdiri dari satu orang, melainkan merupakan tim. Semakin besar ajang yang digelar, tentu akan semakin besar juga timnya, dari yang mengatur susunan acara, mendesain tata panggung, logistik, dokumentasi, dan lain-lain.
Event Organizer acara esports harus tahu apa saja standar yang diperlukan agar kompetisi dapat berjalan lancar. Contohnya seperti standar konektivitas internet, fasilitas streaming dan shoutcasting, hingga penataan layar agar dapat dinikmati penonton dengan nyaman. Penyelenggaraan turnamen esports sering kali menyangkut uang dalam jumlah banyak, jadi Event Organizer punya tanggung jawab yang besar.
Esports Manager
Istilah Esports Manager sebetulnya agak ambigu, namun konteks penggunaannya di sini adalah posisi dalam perusahaan developer game yang bertugas mengatur segala hal seputar esports dalam game milik mereka. Contohnya seperti Luis Andre di Moonton, Katsuhiro Harada di Bandai Namco, atau Cary Lambert di Ubisoft.
Posisi ini memiliki beberapa sebutan lain, misalnya Director of Esports Operations, atau Esports Supervisor. Tapi pada intinya sama. Tugas Esports Manager adalah menangani program-program perusahaan game seputar esports, merancang strategi untuk meraih metrik tertentu, serta menjalin relasi dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan ekosistem esports suatu game.
Event Administrator/Referee
Hasil dari pertandingan esports umumnya sudah terlihat cukup gamblang dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Dalam kondisi seperti ini, pertandingan esports tidak butuh seorang wasit (Referee). Akan tetapi ada juga beberapa game yang cukup kompleks dan sering ada kejadian tak terduga. Di kasus-kasus seperti ini, wasit haruslah seseorang yang profesional dan paham game tersebut luar dalam.
Beberapa game yang menggunakan wasit dalam pertandingannya misalnya Magic The Gathering Arena, Counter-Strike: Global Offensive, Pokemon, dan lain sebagainya. Wasit bertugas memastikan bahwa tidak ada pemain yang melanggar peraturan, mengambil keputusan ketika ada kejadian yang tak dijelaskan di peraturan, pada intinya secara umum memastikan agar pertandingan berjalan lancar dan adil.
Esports Physician
Esports Physician adalah profesi dokter yang khusus menangani kesehatan para atlet esports. Meski tidak melibatkan aktivitas fisik yang sangat berat, atlet-atlet esports sesungguhnya juga rawan terkena cedera. Dengan jadwal latihan yang padat (bisa mencapai 10 jam per hari) serta kebutuhan traveling yang cukup banyak, kesehatan menjadi salah satu faktor penting yang mulai mendapat banyak perhatian.
Riset di British Journal of Medicine telah menunjukkan bahwa tim-tim esports butuh perawatan khusus untuk mencegah cedera, serta protokol perawatan cedera yang baik, sama halnya dengan atlet olahraga konvensional. Beberapa masalah yang lazim mendera atlet esports adalah kesehatan mata, sakit punggung dan leher akibat postur duduk yang buruk, cedera otot, gangguan tidur, hingga masalah kesehatan mental. Ini adalah bidang penting yang bisa jadi pilihan para calon dokter di masa depan.
Community Manager
Community Manager bertugas menjalin interaksi dengan para penggemar, membagikan informasi seputar perusahaan yang ia wakili, serta mempromosikan brand lewat media sosial. Penggemar sebuah game belum tentu juga menyukai esports dari game tersebut. Karena itu perusahaan game sering kali memiliki jalur komunikasi dan akun media sosial tersendiri untuk menyampaikan informasi esports.
Karena Community Manager akan berhubungan dengan banyak orang, kemampuan komunikasi menjadi modal utama dalam pekerjaan ini. Selain itu, bukan rahasia lagi bahwa warganet cukup sering berperilaku “aneh-aneh”, jadi Community Manager butuh kesabaran yang tinggi. Pemahaman tentang metrik-metrik media sosial juga penting untuk dimiliki.
Official Cosplayer
Cosplay yang dilakukan dengan kualitas tinggi punya potensi untuk menjadi pekerjaan, apalagi bila cosplay itu berhubungan dengan game tertentu. Perusahaan-perusahaan game sudah lazim menyewa cosplayer untuk memerankan karakter game mereka dan berpartisipasi dalam kampanye iklan. Bahkan ada juga tim esports yang memiliki anggota khusus dengan peran sebagai cosplayer resmi.
Cosplay profesional pada dasarnya adalah pekerjaan modeling. Keahlian-keahlian modeling seperti kemampuan berpose di depan kamera dan kemampuan berekspresi perlu dimiliki. Sebagian cosplayer lebih suka membuat kostum sendiri daripada membeli dari orang lain, jadi untuk kasus tersebut tentu keahlian membuat kostum juga penting. Dan yang pasti, cosplayer itu harus mau berpenampilan menarik serta menjiwai karakter yang ia perankan.
Team Owner
Tidak ingin jadi pekerja? Bagaimana kalau jadi pengusaha saja? Bila Anda orang yang visioner dan tahu cara menjalankan bisnis, membentuk sebuah tim esports sendiri bisa jadi jalan hidup yang menjanjikan. Posisi Owner ini bisa datang dari berbagai latar belakang. Bisa saja Owner adalah investor yang memiliki modal untuk mendanai pembentukan tim esports baru. Bisa juga berupa perusahaan atau brand yang membeli franchise esports.
Tak jarang juga seorang Team Owner sebenarnya adalah atlet anggota tim itu sendiri, yang membesarkan tim dari nol hingga jadi sebuah bisnis. Dengan demikian walau sang atlet pensiun, ia tetap bisa berkontribusi dan mendapatkan keuntungan dari tim atau organisasi esports yang telah didirikannya. Clement “Puppey” Ivanov dari Team Secret adalah contoh Owner yang sekaligus juga bermain aktif sebagai atlet dalam timnya.
–
Itulah 10 profesi yang ada di industri esports selain atlet. Sebetulnya masih sangat banyak profesi lain di dalam industri ini, seperti Host, Interviewer, Coach, hingga Software Engineer. Maklum, dengan cakupan industri begitu luas, roda gigi yang berputar di dalamnya pun sangat banyak dan kompleks bahkan mungkin tanpa kita sadari.
Dengan memahami bahwa peluang karier di industri esports ada sangat besar, kita berharap para orang tua dan pemuda dapat memiliki pemikiran yang lebih terbuka terhadap esports. Bahwasanya esports isinya bukan bermain saja, tapi juga merupakan lapangan pekerjaan baru yang masih segar. Dengan masuknya talenta-talenta baru ke lapangan pekerjaan ini, kita dapat membuat ekosistem esports Indonesia tumbuh lebih berkualitas lagi, dan hal itu akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita.