Dark
Light

Pendapatan Unity Naik Tapi Masih Merugi, Nintendo Fokus Investasi ke Developer Internal daripada Akuisisi

2 mins read
February 7, 2022
President Nintendo mengungkap bahwa mereka lebih memprioritaskan developer internal daripada akuisisi developer pihak ketiga.

Unity merilis laporan keuangan mereka untuk Q4 2021 pada minggu lalu. Kabar baiknya, pendapatan perusahaan naik. Sayangnya, mereka masih merugi. Sementara itu, kepada para investor, Nintendo mengungkap bahwa mereka akan memprioritaskan investasi ke developer game internal mereka daripada mengakuisisi developer baru. Pada minggu lalu, CEO Microsoft juga mengungkap tentang rencana mereka terkait metaverse. Terakhir, semakin banyak perusahaan non-gaming, seperti Pepsi dan SoundCloud menunjukkan ketertarikan dengan metaverse atau NFT.

Pemasukan Naik 44%, Unity Tetap Merugi

Unity baru saja merilis laporan keuangan mereka untuk Q4 2021. Dalam kuartal yang berakhir pada 31 Desember 2021, Unity mendapatkan pemasukan sebesar US$315 juta (sekitar Rp4,5 triliun), naik 43% dari pemasukan pada Q4 2020. Ketika itu, pemasukan Unity hanya mencapai US$220 juta (sekitar Rp3,2 triliun). Pada Q4 2021, divisi Operate Solutions memberikan kontribusi paling besar pada total pemasukan Unity. Segmen tersebut menghasilkan US$194,6 juta (sekitar Rp2,8 triliun) pada Q4 2021, naik 45% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020.

Sementara itu, divisi Create Solutions — yang membawahi game engine Unity — menyumbangkan US$99,9 juta (sekitar Rp1,4 triliun) pada pemasukan Unity. Jika dibandingkan dengan tahun 2020, pemasukan divisi Create Solutions naik 49%. Terakhir, Unity mendapatkan US$21,3 juta (sekitar Rp307 miliar) dari Strategic Partnerships and Other. Angka ini naik sebesar 12% dari tahun 2020. Sayangnya, seperti yang disebutkan oleh GamesIndustry, Unity masih mengalami kerugian yang cukup besar. Pada Q4 2021, total kerugian yang dialami oleh Unity mencapai US$144,8 juta (sekitar Rp2,1 triliun).

CEO Microsoft Bahas Pentingnya Kemampuan Membuat Game Dalam Mengembangkan Metaverse

Minggu lalu, CEO Microsoft, Satya Nadella melakukan wawancara dengan Financial Times. Salah satu topik yang dibahas dalam wawancara tersebut adalah metaverse. Nadella mengatakan, pada dasarnya, metaverse tidak jauh berbeda dengan pengembangan game.

“Di masa depan, saya dan Anda akan duduk di ruang konferensi virtual, avatar atau hologram kita di hadapan kita. Dan sebenarnya, teknologi ini telah digunakan sejak lama, yaitu di dunia gaming,” kata Nadella, dikutip dari Ars Technica. Lebih lanjut dia menjelaskan, pendekatan Microsoft dalam membuat metaverse adalah dengan mendemokratisasi alat untuk mengembangkan game.  Dengan begitu, siapa pun yang tertarik untuk membangun sesuatu dan berkontribusi ke metaverse akan dapat melakukan hal itu.

Metaverse memungkinkan orang-orang untuk bertemu di ruang virtual.

Lebih lanjut, Nadella menjelaskan, kemampuan Microsoft untuk membuat game akan memudahkan mereka dalam membangun metaverse. Karena, ketika seseorang tengah bermain game atau melakukan konferensi virtual, teknologi yang digunakan sama, meski konteksnya berbeda.

Metaverse Tengah Hype, Banyak Perusahaan Cari Veteran di Dunia Game

Sepanjang pandemi, gamers menghabiskan semakin banyak waktunya untuk bermain game. Kebiasaan ini terus berlanjut bahkan setelah pandemi COVID-19 mulai teratasi. Kabar baiknya, kebiasaan tersebut bisa membantu industri advertising pulih, menurut laporan Dentsu. Dengan semakin ramainya pembicaraan tentang NFT dan metaverse, semakin banyak pula perusahaan non-gaming yang tertarik untuk mempekerjakan veteran di dunia game demi bisa mengikuti hype train tersebut.

Salah satu contohnya adalah PepsiCo, yang sedang mencari analis untuk memasarkan merek minuman bersoda mereka, Mountain Dew, ke para gamers. Sementara Major League Soccer kini tengah mencari kandidat untuk mengisi posisi Vice President, yang bertugas untuk membantu mereka membuat NFT dan produk marketing terkait metaverse lainnya.

Selain itu, SoundCloud juga sedang membuka lowongan pekerjaan untuk senior manager di bidang gaming dan pengembangan bisnis metaverse. Sementara Crocs tengah mencari agensi iklan baru dan sedang mencari orang yang tepat untuk mengisi posisi Director of Global Paid Media, yang bertugas untuk merancang strategi perusahaan terkait metaverse, menurut laporan Business Insider.

Daripada Akuisisi, Nintendo Prioritaskan Investasi ke Developer Internal

Microsoft berencana untuk membeli Activision Blizzard, sementara Sony tengah membeli Bungie. Hal ini membuat investor Nintendo bertanya-tanya apakah mereka juga akan melakukan hal yang sama. Presiden Nintendo, Shuntaro Furukawa menjawab, Nintendo membuka diri akan kesempatan untuk mengakuisisi developer game baru. Namun, prioritas Nintendo saat ini adalah developer game yang memang sudah ada di bawah naungan mereka. Pasalnya, Furukawa menjelaskan, perusahaan Jepang itu ingin memastikan bahwa game-game buatan developer internal mereka tetap punya “Nintendo DNA”.

Nintendo ingin mempertahankan “Nintendo DNA” dalam game-game buatan developer internal mereka.

Tahun lalu, Nintendo mengumumkan rencana mereka untuk menanamkan investasi sebesar JPY100 miliar (sekitar Rp12,5 triliun) ke developer-developer internal mereka. Tahun ini, mereka akan meneruskan strategi tersebut. Walau demikian, Nintendo tetap terbuka untuk melakukan akuisisi.

Hanya saja, Furukawa menekankan, Nintendo hanya akan melakukan akuisisi jika hal itu memang benar-benar diperlukan. IGN memperkirakan, Nintendo baru akan tertarik mengakuisisi developer game baru jika developer itu memang memiliki pengalaman atau teknologi yang tidak dimiliki oleh Nintendo.

Previous Story

Alter Ego Resmi Umumkan Formasi Pemain di MPL ID Season 9

Next Story

Kualifikasi Terbuka Kejurnas Esports: Cara, Syarat Daftar dan Jadwal Seleksi

Latest from Blog

Don't Miss

Microsoft 365 Kenalkan Fitur Agen Otonom Terbaru

Di tengah pengembangan fitur AI di berbagai lini, Microsoft secara

Microsoft 365 Copilot Rilis Update Terbaru, Tawarkan Sistem AI yang Lebih Terintegrasi

Keseriusan Microsoft untuk mengembangkan sistem AI Copilot terus dibuktikan lewat