Niko Partners: Kondisi Industri Game dan Esports di Asia dan MENA

Asia dan MENA merupakan dua kawasan paling signifikan untuk kawasan esports

Asia merupakan salah satu kawasan paling penting di industri game. Tidak heran, mengingat Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan memiliki industri game yang matang dengan penghasilan yang sangat besar. Menariknya, belakangan,  industri game di Middle East and North Africa (MENA) juga mulai berkembang. Bersamaan dengan itu, industri esports di MENA pun mulai tumbuh.

Pasar Esports di Asia dan MENA

Di industri esports, Asia dan Middle East and North Africa (MENA) kini menjadi kawasan dengan pemasukan terbesar. Karena itu, kedua kawasan tersebut juga dianggap punya dampak besar pada pertumbuhan industri esports di masa depan. Di tingkat global, total pemasukan industri esports mencapai US$1,3 miliar. Asia dan MENA menyumbangkan lebih dari 56% dari keseluruhan pemasukan tersebut.

Di kawasan Asia dan MENA, Tiongkok masih menjadi negara dengan industri esports paling besar. Pada 2022, industri esports di Tiongkok dapat menghasilkan US$445 juta atau sekitar 34,2% untuk total pasar esports global. Sementara jumlah fans esports di Tiongkok mencapai 400,2 juta orang. Namun, jika dibandingkan dengan tahun 2021, jumlah penonton esports di Tiongkok pada tahun lalu justru mengalami penurunan sebesar 7,8%.

Keadaan industri esports di Asia dan MENA pada 2022. | Sumber: Niko Partners

Untungnya, viewership dari 10 negara Asia lainnya justru mengalami kenaikan, yaitu sebesar 17,4%. Di 2021, jumlah penonton esports di negara-negara Asia-10 mencapai 264 juta orang. Angka ini naik menjadi 309,9 juta di 2022. Negara-negara yang masuk dalam kategori Asia-10 antara lain: Filipina, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Taipei, Thailand, dan Vietnam.

Di 2022, total pemasukan industri esports di Asia dan MENA mencapai US$735,6 juta. Negara-negara MENA memberikan kontribusi sebesar US$48,9 juta. Sementara India berkontribusi sebesar US$22,3 juta, SEA-6 US$75,4 juta, dan Asia Timur US$143,96 juta.

Di kalangan fans esports Asia dan MENA, beberapa game esports yang paling digemari antara lain VALORANT, Dota 2, dan League of Legends. Tahun lalu, skena esports dari Apex Legends juga mengalami pertumbuhan yang signifikan, khususnya di Jepang.

Apex Legends populer di Jepang. | Sumber: Twitter

Sementara itu, untuk mobile esports, beberapa game yang populer adalah PUBG Mobile -- yang juga dikenal dengan nama Peacekeeper Elite di Tiongkok dan BGMI di India -- League of Legends: Wild Rift, dan Mobile Legends: Bang Bang.

Menurut Niko Partners, salah satu faktor yang akan mempengaruhi industri esports di 2023 adalah regulasi dari pemerintah. Faktor lainnya adalah minat dari para penonton. Selain itu, perubahan sikap investor di bidang esports juga akan mempengaruhi pertumbuhan industri esports di tahun ini.

Pasar Game di MENA dan Asia

Selain membuat laporan tentang industri esports di Asia dan MENA, Niko Partners juga membuat laporan tentang keadaan industri game di MENA, khususnya di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir.

Berdasarkan laporan tersebut, diketahui bahwa pada 2022, total pemasukan industri game di MENA-3 mencapai US$1,8 miliar. Angka itu diperkirakan akan naik menjadi US$2,8 miliar pada 2026. Hal itu berarti, sepanjang 5 tahun, tingkat pertumbuhan per tahun (CAGR) dari industri game di MENA-3 mencapai 10%. Ada tiga faktor yang akan mendorong pertumbuhan industri game di kawasan MENA-3: mobile gaming, esports, dan investasi untuk pelaku industri gaming.

Dari segi jumlah gamers, pada 2022, jumlah gamers di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir mencapai 67,4 juta orang. Di 2026, jumlah gamers di ketiga negara itu diduga akan naik, menjadi 87,3 juta orang. Tingkat CAGR dari jumlah gamers di kawasan MENA-3 pada periode 2022-2026 adalah 6%. Seiring dengan bertambahnya jumlah gamers, besar Average Revenue Per User (ARPU) di MENA-3 juga diperkirakan akan naik.

Industri game di kawasan MENA-3. | Sumber: Niko Partners

Dari ketiga negara di MENA-3, Arab Saudi memberikan kontribusi paling besar di total pemasukan game, dengan kontribusi sebesar 58,7%. Sementara itu, Uni Emirat Arab menyumbangkan 30,7% dari total pemasukan industri game dan Mesir 10,6%.

Mesir memberikan kontribusi paling besar dari segi jumlah gamers. Sebanyak 58,2% dari total gamers di MENA-3 berasal dari Mesir. Sementara 31,1% berasal dari Arab Saudi dan 10,7% dari Uni Emirat Arab. Kebanyakan gamers di negara-negara MENA-3 juga masih cukup muda. Sebanyak 76% dari total gamers di kawasan MENA-3 berumur di bawah 35 tahun.

Sebagian besar dari gamers di MENA-3, sebanyak 73% dari total gamers, juga ikut aktif dalam skena esports. Kegiatan yang dilakukan oleh para fans esports beragam, mulai dari menonton konten esports, bermain game esports, sampai ikut dalam kompetisi amatir atau profesional.

Di Asia-10, total pemasukan industri game pada 2022 mencapai US$35,9 miliar. Sementara jumlah gamers di kawasan tersebut mencapai 788,7 juta orang. Satu hal yang menarik, jumlah pemasukan industri game di Asia pada tahun lalu lebih rendah dari perkiraan Niko Partners.

Salah satu alasan mengapa pemasukan industri game di Asia-10 pada tahun lalu lebih rendah dari dugaan adalah karena beberapa negara memutuskan untuk memperketat regulasi terkait industri game. Alasan lainnya adalah karena keadaan ekonomi makro global yang kurang kondusif. Selain itu, beberapa segmen dari industri gaming juga menghasilkan pemasukan yang lebih rendah dari perkiraan. Contohnya, blockchain gaming, cloud gaming, dan metaverse.

Sumber header: Pexels