Dari tahun ke tahun, tren di industri game terus berubah. Terkadang, muncul genre baru yang mendadak populer. Kali lain, perusahaan-perusahaan game harus mengadopsi model bisnis baru. Seiring dengan perubahan di industri game, perilaku para gamers pun berubah. Belum lama ini, Newzoo merilis laporan tentang perilaku para gamers.
Untuk membuat laporan tersebut, Newzoo mengadakan survei pada 74,2 ribu responden. Puluhan ribu responden itu tersebar di 36 negara, termasuk Indonesia. Para responden juga berasal dari generasi yang berbeda-beda, mulai dari Baby Boomers yang lahir di periode 1946-1956 sampai Gen Alpha, yang lahir di periode 2010 ke atas.
Berikut ulasan lengkap tentang laporan perilaku para gamers dari Newzoo.
Gamers Berasal dari Berbagai Generasi
Berdasarkan survei Newzoo, 79% dari pengguna internet merupakan game enthusiasts. Newzoo mendefinisikan game enthusiasts sebagai konsumen yang berinteraksi dengan game, baik dengan bermain game, menonton konten gaming, atau kegiatan sosial. Tentu saja, kebanyakan game enthusiasts merupakan gamers. Dari semua pengguna internet, 76% merupakan gamers. Sementara itu, 54% netizen menonton konten gaming.
Survei dari Newzoo juga menunjukkan, di setiap generasi, selalu ada orang-orang yang suka bermain game. Walau memang, persentase gamers di setiap generasi beragam. Seperti yang bisa Anda lihat pada tabel di bawah, semakin muda sebuah generasi, semakin banyak pula gamers dan game enthusiasts dari generasi tersebut. Tren ini muncul karena Gen Z dan Gen Alpha terlahir sebagai digital natives. Sehingga, mereka lebih terbiasa dengan game sebagai media hiburan.
Sebanyak 76% dari total pengguna internet merupakan gamers. Dari semua gamers tersebut, sebanyak 60% merupakan mobile gamers, sementara jumlah PC gamers mencapai 33%, dan pemain konsol 32%. Dalam 12 bulan terakhir, sebanyak 54% netizens menonton konten gaming dan sebanyak 27% menonton konten esports. Audiens esports sendiri terbagi ke dalam dua kategori: esports enthusiasts (49%) dan occasional esports viewers (51%).
Ada beberapa alasan mengapa seseorang suka menonton esports. Menurut Newzoo, salah satu alasan paling populer adalah karena para penonton ingin mencari inspirasti tentang hal-hal yang bisa dilakukan dalam game. Alasan lain mengapa konten esports digemari adalah karena para penonton ingin melihat gameplay hebat dari para pemain profesional.
Perilaku Gamers Berdasar Platform Gaming yang Digunakan
Secara garis besar, platform gaming terbagi menjadi tiga: mobile, konsol, dan PC. Dari semua gamers yang disurvei oleh Newzoo, sebanyak 52% mengaku bahwa mereka hanya bermain di satu platform. Sementara 32% responden menggunakan 2 platforms dan 15% sisanya bermain di tiga platform alias tri-platform gamers. Melihat persentase gamers yang menggunakan lebih dari satu platform mencapai 48%, kemungkinan besar, hal ini akan mendorong publisher untuk meluncurkan lebih banyak game di berbagai platform.
Mobile merupakan platform gaming paling populer. Sebanyak 79% gamers bermain menggunakan smartphone atau tablet. Sementara jumlah pemain PC mencapai 43% dan konsol 41%. Alasan mengapa mobile menjadi platform yang paling banyak digunakan adalah karena mobile gaming memang memiliki barrier to entry yang lebih rendah. Contohnya, dari segi harga. Jika dibandingkan dengan konsol atau PC gaming, smartphone punya harga yang lebih terjangkau.
Menariknya, perilaku gamers yang hanya menggunakan satu platform dan gamers yang bermain di tiga platform berbeda. Sebanyak 85% tri-platform gamers tidak keberatan untuk mengeluarkan uang demi game. Tak hanya itu, mereka juga biasanya menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain game.
Rata-rata, tri-platform gamers menghabiskan waktu 11 jam 18 menit untuk bermain game setiap minggu. Sebagai perbandingan, gamers yang hanya bermain di 1 platform hanya menghabiskan waktu sekitar 4 jam per minggu untuk bermain, dan gamers yang menggunakan 2 platform menghabiskan sekitar 8 jam 24 menit per minggu.
Persentase gamers yang memiliki tiga platforms memang tidak terlalu banyak. Meskipun begitu, mereka bisa menaikkan pemasukan dan tingkat engagement dari sebuah game. Karena itu, ke depan, tampaknya publisher akan merilis lebih banyak game yang bisa dimainkan di lebih dari satu platform, lengkap dengan fitur cross-progression. Sehingga, pemain bisa melanjutkan permainan mereka di platform apapun yang mereka inginkan. Contoh game yang sukses berkat strategi cross-platform antara lain Fortnite dan ROBLOX.
Kebiasaan Spending Para Gamers
Jumlah gamers mencapai 76% dari total pengguna internet. Sementara jumlah gamers yang menghabiskan uang dalam game, alias payers, mencapai 43% dari total netizens. Hal itu berarti, tingkat konversi dari gamers menjadi payers mencapai 57%. Dari tiga platform gaming, konsol menjadi platform dengan tingkat konversi play-to-pay paling tinggi. Tingkat konversi di konsol mencapai 66%. Sementara itu, tingkat konversi di PC mencapai 55% dan mobile 45%.
Alasan mengapa konsol memiliki tingkat konversi play-to-pay paling tinggi adalah karena banyak game konsol yang masih menggunakan model bisnis premium. Jadi, pemain harus membeli game terlebih dulu sebelum mereka bisa memainkannya. Menariknya, gamers konsol juga memiliki tingkat spending paling besar, jika dibandingkan dengan gamers PC dan mobile.
Kebanyakan gamers memang bermain menggunakan mobile. Namun, mobile justru menjadi platform dengan tingkat konversi play-to-pay paling rendah. Tren ini muncul karena kebanyakan mobile game menggunakan model bisnis free-to-play. Artinya, in-game purchase biasanya merupakan sumber pemasukan utama bagi game gratis.
Dari semua gamers yang disurvei oleh Newzoo, sebanyak 87% membeli items dalam game. Namun, jenis items yang mereka beli berbeda-beda. Sebanyak 29% memilih untuk membeli mata uang dalam game, 25% membeli expansion atau content packs, dan 25% membeli gears untuk karakter.
Ada berbagai alasan mengapa gamers rela untuk menghabiskan uang dalam game. Salah satu alasan utama yang mendorong gamers untuk mengeluarkan uang adalah karena adanya diskon atau penawaran menarik lainnya. Selain itu, gamers juga rela untuk menghabiskan uang untuk mendapatkan konten ekstra atau konten eksklusif. Gamers juga tidak keberatan untuk membeli item dalam game demi bisa melakukan kustomisasi pada karakter mereka di game.
Sumber header: Pexels