25 December 2019

by Yudi Anggi

N0tail Membalas Pernyataan Doublelift tentang Mechanical Skill di Dota 2 dan LoL

N0tail tentu saja membela Dota 2.

Beberapa hari lalu, Yiliang "Doublelift" Peng memberikan pernyataan di sesi livestream-nya, "Dota 2 memiliki lebih banyak hal untuk dipelajari dibandingkan League of Legends. Tetapi dalam hal mechanical skill, tidak demikian. Tidak mungkin dalam bermain Dota 2 membutuhkan mechanical skill yang lebih baik dibandingkan bermain League of Legends. Karena turnspeed yang lambat, tidak banyak skillshot, tidak banyak dash ability, terlalu banyak click stun. Jadi Dota 2 tidak memerlukan mechanical skill yang menonjol."

Sumber: Twitch Doublelift

Mechanical skill yang dimaksud di sini adalah, kemampuan untuk melakukan klik mouse dan menekan tombol komputer di waktu tepat seperti yang otak Anda inginkan. Mechanical skill yang tinggi berarti Anda bisa mengeksekusi lebih banyak atau lebih sulit aksi, dan membuat kesalahan yang lebih sedikit.

Tidak berselang lama setelah pernyataan Doublelift menjadi perbincangan di kedua komunitas Dota 2 dan League of Legends, Johan "N0tail" Sundstein membalas pernyataan Doublelift melalui akun Twitter miliknya. Ia membahas mengenai pertandingan profesional League of Legends yang berkesan membosankan, karena hanya terjadi sedikit upaya kill sampai menit 30.

Sumber : Twitter N0tail

Lalu Jack "KBBQDota" Chen yang merupakan caster Dota 2 di Amerika Serikat membalas Tweet N0tail, "kuncinya adalah untuk tidak bosan saat semua orang berada di lane sampai mereka satu tim cukup kuat untuk menaklukkan monster neutral. Lalu mereka memenangkan satu peperangan tim dan akhirnya pertandingan selesai."

Sumber : Twitter N0tail

Menurut saya, isi pernyataan dari kedua pihak Doublelift dan N0tail memang tidak ada salahnya. Pasalnya, League of Legends memiliki lebih banyak skillshot dan dash ability ketimbang Dota 2 sehingga untuk bermain League of Legends membutuhkan mechanical skill yang lebih mumpuni. Tetapi pertandingan profesional di League of Legends memang jarang terjadi aksi bahkan sampai menit 30. Seringnya, kedua tim bermain aman dan melakukan farming atau hanya mendapatkan objektif yang memiliki resiko rendah saja. Tidak memiliki sistem buyback seperti di Dota 2 juga membuat pertandingan League of Legends memiliki lebih sedikit kemungkinan berbaliknya keadaan permainan. Sehingga bisa terjadi seperti apa yang dikatakan KBBQDota, butuh 1 peperangan tim saja untuk memenangkan pertandingan.

League of Legends lebih membutuhkan micro skill seperti kemampuan mechanical skill setiap pemainnya, sedangkan Dota 2 lebih membutuhkan macro skill yaitu pergerakan dan pengambilan keputusan satu tim secara keseluruhan. Dua game yang mirip tetapi berbeda.

Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda setuju?