Mayoritas Mobile Gamer Habiskan Waktu 1-10 Jam untuk Bermain Game

Tingkat kesadaran masyarakat akan esports masih rendah di beberapa negara

Tahun 2020 merupakan tahun penting bagi industri game dan esports. Karena pandemi memaksa orang-orang untuk tetap di rumah, banyak dari mereka yang mengisi waktu luangnya dengan bermain game. Menurut laporan YouGov, 4 dari 10 gamer mengaku, mereka menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bermain game sepanjang 2020 dari tahun lalu. Sementara itu, viewership turnamen esports melonjak naik, walau pandemi juga menyebabkan sejumlah pelaku industri esports gulung tikar.

 

Kondisi Industri Gaming Sepanjang 2020

Pada 2020, jumlah mobile gamer masih mengalahkan jumlah pemain PC dan konsol, berdasarkan studi yang YouGov lakukan di 24 negara. Hal ini tidak aneh, mengingat tingginya penetrasi smartphone di dunia. Di beberapa kawasan, seperti Asia Tenggara dan Asia Selatan, mobile game sangat mendominasi. Misalnya, di Indonesia, sekitar 77% orang merupakan gamer. Dari semua gamer itu, sebanyak 72% merupakan mobile gamer, 37% PC gamer, dan hanya 15% yang bermain di konsol. Satu hal yang harus diingat, seseorang bisa bermain game di lebih dari satu platform. Saya sendiri biasanya bermain di PC dan di smartphone.

Persentase dari platform yang dimainkan oleh para gamer di berbagai negara. | Sumber: YouGov

Dalam laporannya, YouGov juga membahas tentang durasi waktu yang dihabiskan oleh para mobile gamer untuk bermain game setiap minggu. Mereka membagi para gamer ke dalam empat kategori:

  • light gamer, pemain yang menghabiskan waktu kurang dari 1 jam setiap minggu
  • moderate gamer, pemain yang menghabiskan waktu sekitar 1-10 jam setiap minggu
  • heavy gamer, pemain yang menghabiskan waktu sekitar 10-25 jam setiap minggu
  • heavy+ gamer, pemain yang menghabiskan waktu lebih dari 25 jam setiap minggu

Di semua negara yang YouGov survei, lebih dari setengah mobile gamer merupakan moderate gamer. Di kebanyakan negara, jumlah heavy+ gamer kurang dari 10% dari populasi gamer. Faktanya, hanya ada tiga negara yang memiliki heavy+ gamer lebih dari 10%, yaitu Tiongkok (15%), Taiwan (15%), dan Filipina (12%). Di Indonesia, jumlah moderate gamers mencapai 63%, sementara light gamer 13%, heavy gamer 16%, dan heavy+ gamers 6%.

Jumlah persentase tipe gamer di Indonesia. | Sumber: YouGov

Setelah mobile, PC menjadi platform favorit kedua. Hampir di semua negara yang YouGov survei, jumlah pemain PC mengalahkan pemain konsol. Salah satu alasannya adalah karena game PC lebih bermacam-macam. Dengan genre yang lebih beragam, game PC bisa menyasar audiens yang lebih luas. Tak hanya itu, jika seorang gamer bisa mendapatkan PC dengan spesifikasi tinggi, mereka bisa memainkan game-game berat dengan grafik menawan seperti Red Dead Redemption II. Selain itu, PC juga menawarkan sejumlah game kompetitif seperti, Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive, dan League of Legends.

Namun, hal itu bukan berarti konsol tidak lagi menarik bagi para gamer. Di beberapa negara, jumlah pemain konsol cukup banyak. Salah satunya di Hong Kong. Di sana, sekitar 32% gamer menggunakan konsol untuk bermain game. Sementara di Spanyol, jumlah pemain konsol mencapai 29% dari total gamer, AS dan Inggris 28%, dan Australia 27%.

 

Popularitas Konten Video Game

Selain bermain game, banyak orang menghabiskan waktu untuk menonton konten tentang game sepanjang 2020 karena pandemi virus corona. Hanya saja, tidak semua gamer menonton konten game atau merupakan fans dari esports. Faktanya, banyak gamer yang tidak menonton konten tentang game atau turnamen esports. Sementara orang-orang yang menonton konten terkait game belum tentu senang menonton kompetisi esports.

Di Amerika Serikat, sekitar 74% warganya merupakan gamer, menurut studi YouGov. Namun, sekitar 47% dari mereka mengaku tidak menonton video terkait game ataupun esports. Hanya 25% gamer di AS yang menonton video terkait game. Uniknya, ada 2% orang yang senang menonton konten terkait game, tapi tidak suka bermain game.  Sementara itu, jumlah penonton esports di AS hanya mencapai 7% dari total gamer di negara tersebut.

Jumlah gamer, penonton konten gaming, dan fans esports di AS. | Sumber: YouGov

Konten game dan esports biasanya disiarkan di platform streaming game, seperti Twitch, YouTube Gaming, dan Facebook Gaming. Di dunia, Twitch masih menjadi platform streaming game nomor satu. Dan memang, Twitch sangat populer di negara-negara Barat, seperti AS dan Inggris. Namun, di sejumlah kawasan lain, seperti Asia Tenggara, Twitch justru kalah populer dari YouTube Gaming atau Facebook Gaming. Di Indonesia, platform streaming game yang paling populer adalah YouTube Gaming.

Berdasarkan survei YouGov, sekitar 72% gamer Indonesia tahu tentang YouTube Gaming dan 46% mengenal Facebook Gaming. Sebagai perbandingan, hanya 21% gamer yang tahu tentang Twitch. Di negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand, Twitch juga kalah populer. Sama seperti Indonesia, di kalangan gamer Thailand, YouTube Gaming merupakan platform streaming game nomor satu. Sekitar 68% gamer di Thailand mengenal YouTube Gaming. Sementara di Malaysia, platform streaming game paling populer adalah Facebook Gaming, yang keberadaannya diketahui oleh 64% gamer di sana.

Sementara dari tingkat engagement, YouTube Gaming berhasil menjadi platform streaming game nomor satu, mengalahkan Twitch. Negara-negara Asia Tenggara memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan tingkat interaksi di platform YouTube Gaming. Faktanya, empat negara dengan tingkat engagement paling tinggi untuk YouTube Gaming merupakan negara Asia Tenggara. Keempat negara itu adalah Vietnam, dengan tingkat engagement 64%, Indonesia 58%, Thailand 49%, dan Malaysia 48%.

 

Tingkat Kesadaran Masyarakat akan Esports

Esports kini telah menjadi industri bernilai ratusan juta dollar. Jumlah penonton esports juga terus naik dari tahun ke tahun. Meskipun begitu, di kawasan tertentu, masih banyak orang memiliki pengertian yang salah tentang esports atau bahkan tidak tahu akan competitive gaming sama sekali.

Timur Tengah merupakan salah satu kawasan yang masyarakatnya kurang familier dengan esports. Misalnya, di Arab Saudi, hanya 31% gamer tahu arti esports. Angka ini turun menjadi 26% di Uni Emirat Arab dan Irak. Sebaliknya, tingkat kesadaran gamer akan esports cukup tinggi di negara-negara di Asia Timur, seperti Tiongkok, Taiwan, dan Hong Kong. Di ketiga negara tersebut, setidaknya 70% gamer tahu apa itu esports.

Di Indonesia, tingkat kesadaran masyarakat akan esports cukup tinggi. Sekitar 57% gamer di Indonesia tahu apa itu esports. Negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura, juga cukup familier dengan competitive gaming. Di Thailand, tingkat kesadaran gamer akan esports mencapai 54%, Malaysia 52%, Filipina 48%, dan Singapura 46%.

Jumlah gamer yang familier dengan esports. | Sumber: YouGov

Tingkat interaksi fans esports biasanya berbanding lurus dengan tingkat kesadaran masyarakat. Semakin banyak gamer yang paham akan esports, semakin banyak pula orang-orang yang aktif berinteraksi di dunia esports. Hal ini terjadi di Tiongkok. Di negara Tirai Bambu tersebut, sebanyak 79% gamer sudah mengerti esports. Jadi, tidak heran jika tingkat engagement di sana mencapai 49%.

Hanya saja, tren ini tidak berlaku di semua negara. Ada beberapa negara yang memiliki tingkat awareness tinggi tapi tingkat engagement rendah. Contohnya adalah Denmark dan Swedia. Dua negara itu memiliki tingkat awareness tertinggi untuk kawasan Eropa -- Denmark memiliki tingkat awareness 67% dan Swedia 51% -- tapi, tingkat engagement fans esports di dua negara itu sangat rendah, hanya 10% di Denmark dan 8% di Swedia.

Di Indonesia, tingkat engagement fans esports cukup tinggi, mencapai 40%. Mengingat tingkat awareness di Indonesia adalah 57%, hal ini menjadi bukti bahwa fans esports di Indonesia sangat aktif berinteraksi dengan para pelaku esports.

Sumber: YouGovGambar header: Depositphotos.