Dark
Light

MEF: Penggunaan Mobile Banking Capai 80% di Indonesia, Isu Kepercayaan Menjadi Masalah Terbesar

1 min read
February 6, 2015

Ilustrasi Penggunaan Mobile Banking / Shutterstock

Indonesia mendapat sorotan karena jumlah nasabah bank di negeri ini setelah berpuluh-puluh tahun hanya mencapai 70 juta. Angka tersebut hanya sekitar seperempat dari total penduduk di tanah air. Jumlah penduduk yang belum menjadi nasabah bank (biasa disebut unbanked) masih mendominasi. Salah satu hal yang digalakkan oleh Bank Indonesia adalah kehadiran branchless banking dan mobile banking untuk mengakomodasi tren dan kebiasaan di masyarakat modern.

Menurut laporan MEF, 80% responden di Indonesia menyatakan sudah menggunakan sarana mobile banking. Di tahun 2013, angkanya hanya mencapai 58%. Biasanya mereka menggunakan mobile banking untuk mengecek saldo dan mentransfer dana ke pihak lain.

Meskipun belum setinggi di negara-negara Afrika, terima kasih terhadap popularitas dan kesuksesan M-PESA, angka ini lebih baik ketimbang dari angka rata-rata global dan capaian berbagai negara Asia lainnya. Sebagai negara mobile-first, segala hal yang berbau mobile mudah diadopsi oleh masyarakat. Meskipun demikian, bukan berarti solusi ini tanpa ada kekhawatiran.

Seperti disebutkan di laporan tersebut, penghalang terbesar penggunaan mobile banking untuk transaksi finansial adalah masalah kepercayaan. 32% pengguna mobile di Indonesia menyebutkan hal ini sebagai masalah utama yang membuatnya khawatir menggunakan solusi ini. Hal yang sama juga dialami oleh layanan e-commerce dan mobile wallet. Ini berarti berarti isu kepercayaan menjadi hal klasik yang harus dipecahkan bersama oleh semua layanan yang berbasis elektronik dan online.

mef_mobile_banking

Meskipun perkembangannya dianggap bagus, bukan berarti mobile banking adalah satu-satu solusinya dalam mengatasi masalah unbanked dan underbanked di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Berbeda dengan istilah unbanked, underbanked digunakan untuk golongan orang yang sudah ter-expose kegiatan finansial tapi memilih tidak melakukannya dengan institusi perbankan.

Lembaga konsultan Empathic Marketing menganggap mobile banking hanya efektif di perkotaan ketika masyarakatnya terbiasa menggunakan bank sebagai sarana kegiatan finansial, dengan layanan mobile banking mempermudah prosesnya. Masyarakat pedesaan, menurut mereka, sejak awal memang tidak terbiasa bergantung pada bank untuk mengambil uang tunai, mengirim uang, atau meminjam dana utang. Empathic Marketing mengajak praktisi di bidang ini untuk mengenal lebih dekat seperti apa kebiasaan masyarakat pedesaan dan bagaimana institusi finansial, terutama perbankan, memberikan solusi untuk kebutuhan mereka.

Previous Story

Laris Manis, 100 Ribu Unit Meizu Blue Charm Ludes Dalam 1 Menit

Next Story

Tak Lama Lagi Kicauan Twitter Dapat Ditemukan di Mesin Pencari Google

Latest from Blog

Don't Miss

Niko Partners: Pertumbuhan Industri Game Indonesia di 2023 Melambat

Game menjadi salah satu industri yang justru tumbuh selama pandemi
Bekerja di OPPO

Seperti Ini Pengalaman Bekerja Sebagai Trainer di OPPO Indonesia

Deni Suwasta sudah bekerja selama delapan tahun di OPPO Indonesia,