Dark
Light

MDI Ventures Lirik Investasi di Bidang Sekuriti Siber dan IoT

2 mins read
January 9, 2017
MDI Ventures Lirik Investasi di Bidang Sekuriti Siber dan IoT / MDI Ventures

MDI Ventures, corporate venture capital dari Telkom, mengungkapan pihaknya sedang melirik investasi di perusahaan bidang sekuriti siber (cyber security) dan Internet of Things (IoT) pada tahun ini. Investasi tersebut merupakan bidang baru yang belum pernah dimasuki perusahaan sejak pertama kali luncurkan pada Februari 2016.

Fokus investasi perusahaan ini, sejalan dengan rencana kerja MDI Ventures yang ingin memfokuskan investasi di perusahaan digital terkemuka dan high-target dengan vertikal bisnis bergerak di pengadaan solusi untuk perusahaan, pemerintah, dan UKM, keamanan siber, internet mobile, dan IoT.

“Kami melirik perusahaan di bidang cyber security dan IoT. Untuk market Indonesia, kedua vertikal ini hampir sepenuhnya di-drive oleh demand dari sisi B2B (serta B2G). Oleh karena itu, butuh strategic investor yang bisa membantu startup untuk membangun bisnis dengan perusahaan besar (BUMN dan swasta) dan pemerintah,” terang CEO MDI Ventures Nicko Widjaja kepada DailySocial.

Tak hanya mengincar di dua sektor tersebut, perusahaan juga akan lebih agresif menghasilkan synergy value dari kolaborasi startup dengan Telkom, tidak hanya semata-mata agresif dari jumlah perusahaan yang akan diinvestasikan saja.

Menurut Nicko, hal itu akan diwujudkan dengan dua langkah. Pertama, untuk investasi langsung dari growth fund perusahaan, jumlah perusahaan baru yang akan mendapat dana investasi kurang lebih sama dengan tahun lalu. Namun dengan rata-rata nilai investasi yang lebih besar dan preferensi terhadap stage yang lebih matang.

Kedua, perusahaan juga akan lebih agresif di pendanaan tahap awal (seed) melalui follow on funding ke startup yang berpartisipasi di Indigo Accelerator.

Sebagai gambaran, ada 11 perusahaan yang mendapat kucuran dana segar dari MDI Ventures pada tahun lalu. Sembilan di antaranya adalah Geniee (Jepang), mClinica (Filipina), NComputing (Amerika Serikat), aCommerce (Thailand), Ematic (Singapura), RedDot Payment (Singapura), Adskom, Kata.ai, Goers (ketiganya dari Indonesia).

Sebelumnya, Nicko sempat mengungkapkan rencananya untuk berinvestasi di perusahaan “space tech” dari Amerika Serikat. Dari pemberitaan terakhir, nama perusahaan akan diungkapkan pada awal Desember tahun lalu.

“Kami akan menutup kesepakatan [investasi] dengan satu perusahaan space tech dari Amerika Serikat. Kami akan menjadi investor Indonesia pertama yang percaya bahwa era space tech akan datang ke sini. Perusahaan ini didirikan oleh mantan insinyur SpaceX,” katanya.

Pihaknya percaya dengan investasi ke sektor tersebut, sejalan dengan semakin banyaknya orang Indonesia yang sudah terhubung secara online sehingga kebutuhan coverage internet yang akan semakin luas dan cepat dalam beberapa tahun mendatang.

“Permintaan untuk terus terhubung dan cepat akan menjadi the biggest thing bersamaan dengan memasuki era digital. Di AS, pertumbuhan sektor ini telah berkembang lebih dari 40% per tahunnya.”

Tantangan VC di 2017

Menurut Nicko, pihaknya melihat iklim perekonomian tahun akan lebih membaik. Faktornya dari aspek pertumbuhan ekonomi makro naik menjadi 5,1% akibat impilkasi dari daya beli konsumen dan perusahaan yang meningkat.

Sementara dari sisi perilaku, konsumen dan bisnis di Indonesia sudah semakin terbuka dengan penggunaan teknologi. Di sisi lain, investor akan tetap berhati-hati untuk investasi perusahaan dengan business model yang mengandalkan “bakar uang” dengan unit economics yang buruk.

“Maka dari itu, tantangan untuk startup adalah mencari cara kreatif untuk tidak missing the boat dalam meraih peluang bisnis yang ada selagi dana fundraising yang ada masih terbatas.”

Dia menambahkan tantangan dan peluang untuk VC pada umumnya, terutama dengan fund yang sudah lama aktif, adalah permasalahan likuiditas. Dengan semakin agresifnya korporasi (baik asing maupun lokal) untuk ekspansi melalui akuisisi, investor harus semakin pro-aktif dalam menjalankan fungsi sebagai jembatan antara startup dan potential acquirers.

“Tanpa clear path to liquidity, sebuah VC akan semakin sulit untuk mencari LP untuk fundraising round selanjutnya,” pungkas Nicko.

Previous Story

Audio-Technica Luncurkan Dua Headphone Bluetooth Baru, DSR9BT dan DSR7BT

Next Story

Mengoptimalkan Sisi Penjualan

Latest from Blog

Don't Miss

Dampak AI Pada Transformasi Bisnis di Indonesia: TELKOM, BUMA, dan DANA Berbagi Pengalaman

Sadar akan potensi besar yang ada pada teknologi AI ini,
Telkom Metaverse MetaNesia

Telkom Luncurkan Platform Metaverse MetaNesia, Apa Saja Fitur-Fiturnya?

Di titik ini, kita tidak perlu kaget melihat ada banyak