10 March 2023

by Glenn Kaonang

Bagaimana Marketplace NFT Blur Berhasil Mengusik Dominasi OpenSea

Dalam kurun waktu kurang dari enam bulan, Blur sudah berhasil menyalip OpenSea dalam hal volume perdagangan

Pasar NFT tengah mengalami pergeseran. OpenSea, marketplace yang selama ini selalu mendominasi dalam hal volume perdagangan, harus rela bertekuk lutut di hadapan kompetitor yang relatif masih baru. Lawan anyar tersebut adalah Blur, yang dalam 30 hari terakhir saja berhasil mencatatkan volume perdagangan sebesar $1,69 miliar.

Sebagai perbandingan, total volume perdagangan OpenSea dalam 30 hari terakhir hanya berada di angka $334 juta. Singkat cerita, OpenSea bukan lagi marketplace NFT dengan pangsa pasar terbesar jika dilihat dari volume perdagangannya, dan selisihnya dengan Blur pun cukup jauh jika melihat data yang terkumpul di platform analitik Dune.

Dalam laporan komprehensifnya mengenai pasar NFT di sepanjang bulan Februari 2023, DappRadar mengatakan bahwa untuk pertama kalinya sejak kolapsnya Terra-Luna tahun lalu, total volume perdagangan NFT kembali menembus angka $2 miliar. Dari volume sebesar itu, $1,3 miliar sendiri berasal dari Blur, dan ini pun juga bukan karena upaya manipulasi pasar macam wash trading.

Lalu bagaimana Blur bisa dengan cepat membalik keadaan dan merebut takhta OpenSea? Apa yang menjadi rahasia kesuksesan Blur? Mari kita bahas.

Apa itu Blur?

Marketplace NFT Blur mulai resmi beroperasi pada 19 Oktober 2022. Selama dua minggu pertamanya, Blur membagi-bagikan hadiah token $BLUR gratis guna menarik perhatian komunitas NFT untuk menggunakan platformnya.

Pada 14 Februari 2023 lalu, para pengguna Blur akhirnya bisa mengklaim token $BLUR yang dijanjikan selama ini. Secara total, ada 360 juta token $BLUR yang didistribusikan via airdrop, atau setara 12% dari suplai total yang direncanakan. Di hari pertamanya, nilai token $BLUR sempat menyentuh angka $5. Saat artikel ini ditulis, nilainya berada di kisaran $0,55.

Blur tentu bukan marketplace NFT pertama yang menawarkan iming-iming token gratis kepada para penggunanya. Sebelumnya, LooksRare dan X2Y2 lebih dulu menerapkan strategi serupa, yang sayangnya berujung pada melonjaknya aktivitas wash trading di kedua platform tersebut.

Di ranah NFT, wash trading umumnya merujuk pada transaksi jual-beli NFT yang dilakukan oleh satu orang yang sama, sering kali dengan nilai transaksi yang cukup fantastis. Tujuannya biasanya adalah untuk memanipulasi volume perdagangan, atau dalam konteks ini, untuk mengeksploitasi program hadiah token dari suatu marketplace.

Yang terjadi di Blur agak berbeda. Data dari Dune memang menunjukkan adanya aktivitas wash trading di Blur, tapi persentase jumlah dan volumenya masih jauh di bawah LooksRare maupun X2Y2. Ketimbang wash trading, yang menjadi penggerak utama aktivitas perdagangan di Blur adalah aksi sejumlah kecil trader NFT profesional.

Surganya para flipper

Sejak awal meluncur, Blur memang memosisikan dirinya sebagai surga bagi para pemburu cuan alias flipper. Mulai dari fitur agregasi sampai fitur analitik portofolio, semuanya Blur hadirkan untuk memenuhi kebutuhan para trader profesional. Namun daya tarik yang paling utama tentu saja adalah tidak adanya tarif platform yang harus pengguna bayar setiap kali mereka bertransaksi di Blur.

Ini jelas berbeda dengan pendekatan yang diambil OpenSea, yang pada dasarnya ingin merambah sebanyak mungkin kalangan konsumen ketimbang hanya berfokus pada demografi tertentu saja. Blur di sisi lain hadir untuk memfasilitasi para trader, yang prioritas utamanya adalah mencari keuntungan dari aset-aset NFT yang diperdagangkan.

Sederhananya, kalau Anda ingin membeli NFT di Blur dengan alasan Anda suka dengan karya seninya, maka Anda salah tempat. Hal ini dibuktikan oleh koleksi NFT generative art terbaru dari proyek Art Blocks, Metropolis, yang tetap laris diperdagangkan di Blur meski gambar dari tiap-tiap NFT-nya tidak bisa dimuat akibat gangguan jaringan.

Kedengarannya mungkin cukup aneh; bagaimana bisa suatu marketplace yang lebih niche seperti Blur mengalahkan platform yang kerap disebut sebagai Amazon-nya NFT? Kalau melihat laporan DappRadar tadi, jumlah pengguna Blur memang jauh lebih kecil dibanding OpenSea. Selama bulan Februari, ada lebih dari 300.000 orang yang bertransaksi di OpenSea, sementara Blur hanya memfasilitasi sekitar 96 ribu pengguna saja.

Namun meski kalah jumlah massa, para pengguna Blur rupanya memiliki daya beli yang jauh lebih besar. Well, tidak semua memang, melainkan hanya segelintir 'sultan' saja.

Sejumlah pengamat sempat menunjukkan dominasi para sultan ini di Blur. Pada bulan Februari, seorang pengamat menunjukkan bahwa 50% dari total volume perdagangan Blur berasal dari tidak sampai 300 wallet.

Lalu pada tanggal 21 Februari, sebanyak 4.000 ETH sempat bersirkulasi pada 8 wallet saja di Blur. Sebagai konteks, pada hari paling sepinya, OpenSea membukukan total transaksi senilai kurang lebih 5.000 ETH.

Seorang sultan NFT kondang yang dikenal dengan nama Machi bahkan sempat menjual lebih dari 1.000 NFT senilai $18 juta di Blur dalam kurun waktu 48 jam saja, sebelum akhirnya membeli seabrek NFT lagi dengan nilai setara $13,9 juta. NFT yang ia perdagangkan tentu bukan sembarangan, melainkan yang berasal dari koleksi elit macam Bored Ape Yacht Club, Mutant Ape Yacht Club, Azuki, dan Otherdeed.

Selain untuk mencari cuan, aktivitas jual-beli tersebut mereka lakukan untuk memanen alias farming token $BLUR. Saat token $BLUR resmi diluncurkan pertengahan Februari lalu, Machi tercatat sebagai salah satu penerima terbesar dengan nyaris 1,85 juta $BLUR yang ia klaim.

Blur "Season 2"

Blur tentu tidak ingin momen kemenangan atas OpenSea ini berakhir prematur. Untuk itu, mereka telah menyiapkan rencana yang lebih matang, khususnya dalam hal pendistribusian token $BLUR sebagai hadiah bagi para penggunanya.

Blur saat ini tengah memulai fase "Season 2", dan di fase ini mereka akan membagi-bagikan sebanyak 300 juta token $BLUR. Dibandingkan sebelumnya, mekanisme pendistribusiannya kali ini bakal agak berbeda berkat adanya sistem "loyalty score" yang diberlakukan buat masing-masing pengguna.

Sesuai namanya, loyalty score ditentukan oleh loyalitas pengguna terhadap Blur. Dengan kata lain, untuk bisa mendapatkan skor 100%, pengguna harus melakukan transaksi jual-beli NFT di Blur sepenuhnya dan tidak mampir ke marketplace-marketplace lain. Dipadukan dengan jumlah NFT yang diperdagangkan, loyalty score ini akan menentukan seberapa banyak hadiah token BLUR yang akan pengguna terima nantinya.

Sebagai pemimpin selama bertahun-tahun, OpenSea layak untuk panik ketika posisinya tiba-tiba digusur oleh pemain baru. Kepanikan ini ditunjukkan lewat keputusan mereka menghapuskan tarif platform untuk sementara waktu, sekaligus menjadikan pembayaran royalti sebagai fitur opsional — yang pada akhirnya bisa dibilang mengakhiri drama seputar royalti NFT yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Blur sendiri menerapkan sistem yang cukup unik terkait pembayaran royalti. Para pengguna memang tidak wajib membayar tarif royalti ketika bertransaksi di Blur, akan tetapi mereka akan diberi insentif ekstra berupa kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak hadiah token $BLUR apabila bersedia membayar.

Penutup

Kalau melihat jumlah pengguna OpenSea yang masih lebih besar daripada Blur, tentu tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa Blur belum sepenuhnya berhasil merebut pangsa pasar sang juara bertahan.

Blur pada dasarnya hanya berhasil menggaet para flipper yang selama ini banyak berlabuh di OpenSea. Para pemburu cuan ini tentu tidak merepresentasikan pengguna mainstream secara keseluruhan, akan tetapi kebetulan niche kecil ini punya pengaruh yang sangat besar terhadap pergerakan pasar NFT secara menyeluruh, sehingga pada akhirnya Blur pun berhasil menyalip OpenSea dari segi volume perdagangan.