Selain Counter-Strike, Point Blank mungkin juga bisa dibilang jadi salah satu game yang membuka jalan perkembangan ekosistem esports di Indonesia. Game tersebut rilis di Indonesia pada bulan Juni 2009. Setelah rilis, gameplay tembak-menembak bertempo cepat yang disajikan Point Blank ternyata cocok dengan selera gamers Indonesia yang membuatnya jadi banyak diminati.
Point Blank pun berhasil berkembang pesat pada zamannya, berbarengan dengan masa keemasan warnet. Turnamen-turnamen hadir mulai dari tingkat komunitas yang diadakan di warnet-warnet sampai berevolusi ke tingkat nasional yang hadir lewat kompetisi bernama Point Blank National Championship (PBNC).
Seiring berjalannya waktu, perjalanan Point Blank pun mulai menghadapi pasang surut kehidupan. Perpindahan publisher adalah pasang surut pertama yang harus dihadap game dengan usia hampir 11 tahun tersebut.
Berawal dari Gemscool, lalu pindah ke Garena Indonesia pada tahun 2015, sampai akhirnya kembali ke pangkuan sang pencipta yaitu Zepetto pada tahun 2019. Setelah kejadian pindah-pindah publisher selesai, Point Blank segera menghadapi persaingan yang ketat dengan game mobile dan berbagai game shooter baru yang lebih modern di tahun tersebut.
Ditambah lagi pandemi COVID-19 menyerang di tahun 2020 kemarin. Dengan segala tantangan yang dihadapi tersebut, bagaimana kabar game Point Blank kini? Apa saja rencananya di tahun 2021? Simak hasil wawancara saya dengan Abdul Harris Fitra selaku Marketing Manager dari Zepetto.
Pandemi Jadi Tantangan Terbesar Point Blank di Tahun 2020
Apabila kita lihat pada skala yang lebih luas, pandemi sebenarnya tidak terlalu memberi dampak negatif kepada industri game. Ekosistem gaming yang alaminya bersifat digital adalah salah satu alasannya. Tapi kita tidak bisa berkata seperti demikian apabila kita melihat dalam skala yang lebih kecil. Posisi Point Blank yang merupakan game PC dan metode pengembangan komunitas yang dilakukan jadi salah satu alasannya.
Seperti yang saya tuliskan di awal, Point Blank berkembang bersama warnet pada zamannya. Sampai saat ini warnet juga masih jadi salah satu ladang Zepetto untuk membangun komunitas Point Blank. Namun keadaan pandemi membuat Zepetto harus putar otak agar komunitas tetap terawat dan bisa terus berkembang meski cuma dengan cara online saja.
“Jujur kondisi pandemi menjadi tantangan yang cukup berat bagi Zepetto untuk mengembangkan komunitas Point Blank. Tantangannya jadi berat karena kenyataan Point Blank adalah game PC dan kebanyakan pemainnya adalah anak warnet. Pandemi mungkin tidak terlalu masalah bagi game mobile, karena pemainnya bisa main dari mana saja. Tapi bagi kami, pandemi menjadi masalah karena operasional warnet cenderung dibatasi selama masa pandemi. Kami sempat dengar cerita user yang katanya ingin main Point Blank di warnet tapi enggak bisa karena warnetnya tutup selama masa pandemi. Kami juga sempat mendengar cerita lain yang katanya lebih suka main ke warnet walau sebenarnya bisa main di rumah. Jadi memang warnet adalah salah satu faktor penting bagi perkembangan komunitas PB, yang sayangnya terpaksa tersendat selama 2020 kemarin.” Harris menceritakan keadaan komunitas Point Blank selama masa pandemi.
Karena hal tersebut, program Grebeg Warnet yang sempat jadi salah satu strategi Zepetto dalam usaha mendekatkan diri dengan komunitas pun tentu akan sulit untuk dilanjutkan (warnetnya saja tutup, apa yang mau digrebeg?).
Harris pun melanjutkan ceritanya. “Untuk itu sebagai gantinya kami mencoba rutin terus mengadakan event secara online, Clan War salah satunya. Sejauh ini Clan War cukup efektif menjaga antusiasme komunitas. Selain itu kami juga coba memberi variasi di dalam in-game, misalnya tanding adu pisau. Kami juga buat turnamen untuk mode tersebut dan ternyata antusiasmenya masih ada.”
Strategi tersebut ternyata berbuah cukup manis karena berhasil menarik minat para pemainnya. “Peserta Clan War cukup banyak. Saya tidak ingat angka pastinya, tapi kurang lebihnya ada ribuan tim mendaftar untuk event Clan War. Jadi memang harus putar otak lebih jauh supaya komunitas Point Blank ini tetap terawat selama masa pandemi sih.” Lanjut Harris menceritakan antusiasme pemain terhadap Clan War.
Masalah Cheater dan Engine Game Point Blank yang Ketinggalan Zaman
Selain pandemi, cheater adalah masalah lain yang dihadapi oleh Point Blank. Apalagi reputasi game Point Blank juga terbilang cukup buruk dalam mengadapi cheater, sampai-sampai oknum seperti Pekalongan Cheat bisa menjadi terkenal gara-gara PB.
Lalu bagaimana Zepetto menghadapi hal tersebut? Satu hal yang dipastikan oleh Harris adalah komitmen Zepetto untuk terus menanggulangi masalah cheater. “Kami punya tim khusus untuk mengantisipasi hal tersebut (cheat). Kami juga memperbaiki engine game secara berkala untuk menutup celah-celah yang ditemukan oleh sang cheater agar game Point Blank tetap nyaman dimainkan oleh komunitas.”
Namun demikian hal tersebut bukan dilakukan dengan tanpa tantangan. Ibarat penjahat yang selalu satu langkah lebih jauh dibandingkan sang penegak hukum, tim Zepetto pun harus kerja ekstra keras apabila ingin dapat mengurangi (kalau tidak bisa dihilangkan) kasus cheater. “Komitmen tersebut bukan hal yang mudah karena kami harus ‘balapan’ dengan si cheater. Maksudnya balapan begini: misal kami sedang memperbaiki bagian A, eh ternyata si cheater menemukan celah di sisi B. Hal tersebut tentu adalah proses yang menguras energi bagi tim kami. Namun demi menjaga kenyamanan pemain Point Blank, tim Zepetto tetap komitmen untuk terus memberantas para cheater.” Tutur Harris.
Selanjutnya adalah soal update game Point Blank. Sejak rilis tahun 2009 lalu, perkembangan grafis game Point Blank sih… Gitu-gitu aja. Zepetto sempat merilis Point Blank Evolution di tahun 2018 yang memungkinkan pemain bermain di monitor yang punya refresh rate di atas 60 Hz dan mengkustomisasi pengaturan grafis. Namun update tersebut tidak banyak mengubah grafis Point Blank yang “jadul”.
Memang kami juga menyadari bahwa PB punya grafis yang cenderung jadul. Beberapa user juga memberi feedback soal keinginan mereka menikmati Point Blank dengan grafis yang lebih modern. Semua komentar tersebut kami dengarkan. Kami sudah menampung beberapa feedback, membahasnya, dan menyampainya ke tim research and development di Zepetto. Karena itu pembaruan grafis juga menjadi salah satu hal yang juga direncanakan oleh Zepetto. Para Troopers tinggal tunggu saja infomasi lebih lanjutnya.” Harris menanggapi pertanyaan dari saya.
Esports Point Blank di Tahun 2021
Saya sempat menuliskan soal roadmap esports Point Blank pada tahun 2021 di artikel rekap berita esports pekan kedua Januari 2021 kemarin. Secara garis besarnya Zepetto punya 4 pertandingan yang bermuara pada PBNC 2021. Pertandingan tersebut adalah PB Day and Night, PB Rising Star, PB Ladies League, dan PB Star League.
Dari rangkaian tersebut, yang jadi tanda tanya adalah ke mana pertandingan Point Blank Junior League? Kenapa pertandingan khusus Ladies masih diselenggarakan? Akankah pertandingan internasional hadir di tahun 2021?
Soal PBJL, Harris mengatakan bahwa tim Zepetto masih menggodok dan berkordinasi secara internal terlebih dahulu. “Memang kami belum menginformasikannya lewat pengumuman official. Tapi nanti akan ada informasi lebih lanjut terkait hal tersebut.” Terkait turnamen khusus perempuan, Harris lalu menceritakan bagaimana komunitas Ladies Troopers yang ternyata memang masih aktif hingga sekarang.
“Dari apa yang saya perhatikan, komunitas ladies di Point Blank memang cukup unik. Secara garis besar pemain perempuan kalah jumlah dibanding pemain laki-laki. Tapi dari segi kompetitif, jumlah peserta yang antusias ternyata masih cukup banyak sampai sekarang. Secara skill permainan, para Ladies Troopers juga punya kemampuan yang bersaing antara satu dengan yang lain. Lalu kalau ditanya berapa jumlah peminatnya, saya sedikit lupa apakah pesertanya 256 atau 512 tim pada turnamen Ladies tahun lalu. Pokoknya kurang dan lebihnya adalah sekitar ratusan tim Point Blank perempuan turut bertanding di turnamen Ladies tahun lalu.” Harris melanjutkan ceritanya.
Terakhir soal turnamen internasional. Tahun 2020 lalu PBWC terpaksa dibatalkan karena kondisi pandemi COVID-19 sehingga digantikan dengan turnamen se-Asia Tenggara. Bagaimana dengan tahun ini? Harris cuma bisa mengatakan bahwa memang ada kesempatan untuk mengadakan PBIC atau PBWC di tahun 2021, tapi kesempatan tersebut sangat kecil karena kondisi pandemi yang tak kunjung membaik.
“Tim kami juga sadar bahwa komunitas sangat menginginkan kehadiran event offline. Tapi apa mau dikata, event offline sulit dilaksanakan selama kondisi pandemi masih belum membaik. Tentunya kami akan terus memantau kondisi dan mungkin akan menyelenggarakan helatan besar apabila pandemi sudah lebih reda. Turnamen tingkat Asia Tenggara juga masih menjadi sebuah kemungkinan yang belum bisa dipastikan.”
Sumber Gambar Utama: YouTube Zepetto PB Indonesia.