Pasar NFT terus bertumbuh cukup pesat, terlepas dari melemahnya pasar crypto secara luas dalam beberapa bulan terakhir ini. Indikasinya dapat dilihat dari banyaknya marketplace NFT baru yang bermunculan. Hal ini pun tidak hanya terjadi di luar saja, tetapi juga di Indonesia. Salah satu yang terbaru adalah Kaching, marketplace NFT yang khusus dibuat untuk memfasilitasi perdagangan aset NFT pada game-game Web3.
Seperti yang kita tahu, game Web3 sederhananya dapat diartikan sebagai game yang mengemas utilisasi blockchain dan NFT. Aset-aset NFT dalam game Web3 tentu dapat diperdagangkan di antara para pemainnya, dan ini biasanya bisa dilakukan via marketplace bawaan masing-masing game. Namun tidak semua game Web3 hadir membawa marketplace NFT-nya sendiri, dan di sinilah platform seperti Kaching hadir mengisi kekosongan.
Versi beta Kaching diluncurkan pada 30 Agustus lalu dan sejauh ini telah mendukung beberapa judul game Web3 populer seperti Avarik Saga, Pixelmon, Treeverse, dan lain sebagainya. Selama fase awal ini, Kaching tidak akan memberlakukan tarif platform pada setiap transaksi NFT yang terjadi di platformnya (0% sampai 1 Januari 2023).
Meski diklaim sebagai yang pertama, konsep marketplace NFT khusus game Web3 yang dihadirkan Kaching sebenarnya bukanlah konsep yang benar-benar baru. Di luar sana, marketplace seperti TokenTrove juga hadir membawa peran yang serupa. Namun tentu saja, dengan posisi Kaching sebagai pemain lokal, akan ada prioritas ekstra terhadap game-game yang dipasarkan di Asia Tenggara. Hal ini juga yang mendorong Arcade2Bit, publisher game Web3 asal Singapura, untuk bekerja sama dengan Kaching.
Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, kenapa harus ada marketplace khusus untuk aset milik game-game NFT? Bagi Kaching, seperti yang dijelaskan melalui sebuah posting blog, salah satu misi mereka adalah membantu para pengembang game Web3 untuk lebih berfokus pada peningkatan kualitas. Harapannya adalah, dengan memercayakan aspek perdagangan asetnya ke platform seperti Kaching, para pengembang game Web3 dapat mengerahkan lebih banyak sumber dayanya ke pengerjaan konten game-nya itu sendiri.
Singkat cerita, Kaching ingin para developer game Web3 bisa lebih berfokus pada aspek fun-nya. Hal ini penting karena seperti yang sudah dialami oleh Axie Infinity, game Web3 akan sulit menjadi sustainable tanpa menawarkan keasyikan bermain yang memadai. Fokus di ekonomi game saja tidak cukup, sebab pengembang game Web3 juga harus bisa menghadirkan gameplay yang fun. Anggapan serupa juga diamini oleh cofounder Ethereum, Vitalik Buterin, yang mengatakan bahwa “game NFT yang sukses harus menyenangkan bahkan tanpa aspek monetisasi”.
Bicara soal fitur yang spesifik untuk konteks game Web3, Kaching punya beberapa, utamanya penggunaan token crypto masing-masing game dalam bertransaksi — tidak harus memakai token umum seperti ETH, BNB, maupun MATIC. Dalam roadmap-nya, Kaching juga sudah merencanakan fitur-fitur seperti game analytics, launchpad, auction, serta wacana untuk menjadi penerbit game Web3.
Sebagai informasi, Kaching merupakan bagian dari grup Bukalapak. Pada awalnya, Kaching dibentuk dengan tujuan untuk membantu Bukalapak mengekspansikan bisnisnya ke ranah game NFT. Tim Kaching sendiri dipimpin oleh Dody Kurniadi, sosok yang menjabat sebagai VP of Blockchain Business di Bukalapak.