Astralis Group berencana untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada 9 Desember 2019 di bursa saham Nasdaq Copenhagen. Mereka hendak menjual sahamnya senilai 8,95 kroner (sekitar Rp13,7 ribu) per lembar dan mengumpulkan 125 juta sampai 150 juta kroner (sekitar Rp192 miliar sampai Rp230 miliar). Menurut Per Hansen, ahli ekonomi investasi di Nordnet, kemungkinan, permintaan akan saham Astralis akan lebih tinggi dari jumlah saham yang mereka jual.
“Esports dan potensi industri ini dalam lima tahun ke depan tengah menjadi bahan pembicaraan hangat sekarang,” kata Hansen, seperti dikutip dari Bloomberg. Dia juga mengatakan, waktu IPO Astralis tepat karena saat ini, nilai bunga tengah rendah membuat para investor tertarik untuk menanamkan investasi di perusahaan baru.
Memang, nilai industri esports pada tahun ini diperkirakan telah menembus US$1 miliar. Pada 2022, industri esports diduga akan memiliki nilai US$1,8 miliar. Saat ini, sekitar 82 persen dari total nilai industri esports datang dari investasi merek endemik dan non-endemik. Memang, pada Q3 2019, semakin banyak perusahaan non-endemik yang tertarik untuk menanamkan investasi di esports. Alasannya karena penonton esports yang terus naik. Pada 2019, jumlah penonton esports di dunia diperkirakan mencapai 443 juta orang. Angka ini diduga akan naik menjadi 495 juta orang pada 2020.
CEO Astralis Group, Nikolaj Nyholm yakin bahwa IPO mereka akan sukses. Salah satu alasan mengapa dia begitu percaya diri adalah karena mereka telah memiliki investor yang siap membeli saham mereka. Dia berkata, para investor ini berasal dari berbagai negara, mulai dari Eropa sampai Asia. Para investor tersebut telah menyiapkan dana sekitar US$8 juta (sekitar Rp113 miliar).
“Kami pecaya, merek-merek paling bernilai dan paling dikenal dalam 10 tahun ke depan sekarang tengah membangun pondasi mereka,” kata Nyholm. Jika IPO Astralis Group sukses, maka ini akan menjadi tolok ukur bagi organisasi esports lain yang juga berencana untuk melakukan IPO. Nyholm, yang pernah bekerja sebagai venture capitalist, berkata bahwa dia mengerti mengapa sebagian investor enggan untuk menanamkan modal di industri esports, mengingat industri ini masih sangat baru dan belum memiliki rekam jejak yang jelas. “Dalam hal ini kami juga memiliki tanggung jawab untuk membantu mengedukasi pasar dengan memberikan informasi yang akurat terus menerus,” ujarnya.
Nyholm menjelaskan, salah satu alasan Astralis Group untuk melakukan IPO dan bukannya mengumpulkan dana investasi lagi adalah untuk menemukan investor baru. Selain itu, dengan melakukan IPO, Astralis akan bisa fokus pada rencana jangka panjang mereka. Uang yang mereka dapatkan dari IPO ini akan digunakan untuk memperkuat posisi Astralis di pasar esports dengan mengembangkan merek dan media mereka. Astralis Group membawahi tiga tim esports, yaitu Astralis yang dikenal sebagai salah satu tim Counter-Strike: Global Offensive terkuat di dunia, Origen yang bertanding di League of Legends European Championship (LEC), dan Future FC, tim terbaru Astralis Group yang bertanding dalam game FIFA.
Sumber header: Astralis Group via Bloomberg