Laporan yang dilansir Lembaga Indonesia Security Incidents Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) bekerja sama dengan perusahaan sekuriti dunia Anubis mencatat bahwa Indonesia miliki persentase yang cukup tinggi (26,27 persen) terkait dengan persebaran malware. Jumlah tersebut membawa Indonesia masuk dalam negara dengan jumlah komputer yang terinfeksi malware terbanyak dunia.
“Masyarakat Indonesia masih sangat tidak peduli dengan ancaman siber yang bisa menginfeksi perangkat mereka. Padahal intensitas serangan siber di Indonesia terus meningkat,” ujar Ketua ID-SIRTII Rudi Lumanto.
Setelah Indonesia, urutan kedua negara yang menampung banyak malware ialah India, disusul Vietnam, Thailand, dan Turki. Selain itu beberapa negara seperti Filipina, Pakistan, Iran, Irak, Arab Saudi, Nepal, Malaysia, Tiongkok, dan Yaman juga menjadi habitat subur persebaran malware.
ID-SIRTII mencatat ada 48,8 juta serangan siber di Indonesia per 2014. Dan serangan tertinggi terjadi di bulan Agustus, yaitu sebanyak 18 juta serangan. Dari total serangan siber tersebut serangan malware mendominasi. Sekitar 12 juta serangan malware meluncur, menyerang celah keamanan program, berupa record leakage, pengelabuan non-tech savvy user, serta domain leakage.
Di kuartal keempat tahun fiskal 2013 Microsoft juga menyimpulkan hal yang sama, tentang tingginya persebaran Malware di Indonesia. Kala itu Paksitan masih menduduki peringkat pertama, sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke dua dengan persentase infeksi 22,2 persen dari jumlah populasi komputer. Rilis yang diterbitkan Microsoft terkait dengan penetrasi persebaran malware bebarengan dengan kampanye terkait dengan pencegahan perangkat lunak bajakan.
Penggunaan perangkat lunak secara ilegal menjadi salah satu medium persebaran malware di dunia. Di Indonesia sendiri kesadaran tentang hal tersebut masih bisa dibilang sangat minim. Entah dengan alasan mahal ataupun sulit dijangkau, perangkat lunak legal sangat tidak populer jika dibandingkan dengan penggunaan perangkat lunak versi crack”.
Yang turut menjadi perhatian, serangan yang mengarah ke portal layanan pemerintahan juga terus meningkat. Banyak situs web berdomain .go.id menjadi target dari peretasan. ID-SIRTII mencatat terjadi sekurangnya 3.288 insiden peretasan situs pemerintah sepanjang 2014.
“Serangan siber yang melanda Indonesia semakin canggih dari waktu ke waktu. Pengguna komputer ditutut untuk terus melakukan pembaruan terhadap sistem keamanan, mengingat pola ancaman kian pintar dan tak terduga,” ujar Vice President Virtus Technology Indonesia Toto A. Atmojo.