Tahun lalu, hype akan Non-Fungible Token (NFT) mulai muncul. Walau NFT sering diidentikkan dengan gambar, foto, atau aset digital lainnya, NFT juga sebenarnya juga bisa digunakan dalam game. Menurut data dari NonFungible.com, total pemasukan game NFT pada 2021 mencapai US$5,17 miliar, naik 200 kali lipat dari US$82 juta pada 2020. Selain itu, para investor di industri game juga mengaku, mereka mendapatkan banyak proposal untuk membuat blockchain game dari studio game.
Untuk mengetahui tren game NFT dan game Play-to-Earn (P2E), Finder mengadakan survei di 26 negara di dunia. Berikut hasil laporan dari Finder.
Negara yang Memiliki Banyak Gamers NFT
Berdasarkan survei dari Finder, NFT gaming paling populer di India. Buktinya, sebanyak 34% responden di India mengatakan, mereka pernah memainkan game P2E. Selain itu, NFT gaming juga populer di Hong Kong. Jumlah responden yang pernah memainkan game NFT di negara itu mencapai 29%. Posisi ketiga diduduki oleh Uni Emirat Arab. Sebanyak 27% responden mengaku pernah memainkan NFT games. Sebaliknya, NFT gaming tidak populer di Swedia. Di negara Nordik itu, hanya 4% responden yang pernah memainkan game NFT, terendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain dalam survei Finder.
Di Prancis, hanya 6% responden yang mengatakan pernah memainkan game NFT. Meskipun begitu, sebanyak 9,5% responden mengungkapkan ketertarikan mereka untuk mencoba bermain game NFT. Diperkirakan, jumlah gamers NFT di Prancis naik 2,6 kali lipat, menjadi 15% pada akhir 2022. Hal ini menjadikan Prancis sebagai negara dengan pertumbuhan jumlah gamers NFT paling tinggi dari negara-negara lain. Selain Prancis, negara lain yang penduduknya mengaku tertarik untuk mencoba NFT gaming adalah Peru. Di sana, pertumbuhan jumlah NFT gamers diperkirakan akan naik menjadi 29%, dari 13%. Terakhir, jumlah gamers NFT juga diperkirakan akan naik pesat di Spanyol, dari 8% menjadi 17%.
Sayangnya, Finder hanya mengamati tren NFT gaming pada empat negara di Asia Tenggara, yaitu Filipina, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Dari empat negara tersebut, Filipina menjadi negara yang warganya menunjukkan minat paling tinggi akan NFT. Sebanyak 25% responden di Filipina mengaku pernah memainkan game NFT. Setelah Filipina, Vietnam -- dengan 23% responden mengaku sebagai NFT gamers -- merupakan negara Asia Tenggara lain yang terlihat tertarik dengan NFT gaming. Angka ini tidak jauh berbeda dengan jumlah NFT gamers di Singapura, yang mencapai 22,7%. Malaysia menjadi negara ASEAN dengan minat paling rendah akan NFT gaming. Di negara itu, hanya 19,4% responden yang mengatakan pernah memainkan game P2E.
Di kalangan negara-negara Asia Tenggara, Filipina juga menjadi negara yang memiliki potensi pertumbuhan paling besar. Sebanyak 14% responden mengaku, mereka tertarik untuk mencoba game NFT. Sementara di Vietnam, hanya 9,6% responden yang tertarik untuk memainkan game NFT. Di Singapura, angka ini hanya mencapai 8,6% dan di Malaysia 7,7%.
Gamers NFT dari Segi Gender dan Umur
Hal lain yang Finder temukan dari survei yang mereka adakan, laki-laki menunjukkan ketertarikan yang lebih besar akan NFT gaming daripada perempuan. Di 26 negara yang Finder survei, rata-rata, sebanyak 17% responden laki-laki mengaku pernah memainkan game NFT. Sebagai perbandingan, hanya 12% responden perempuan yang pernah memainkan game NFT.
Di Singapura, gamers NFT laki-laki jauh lebih banyak dari gamers NFT perempuan. Menurut Finder, sebanyak 32% responden laki-laki di Singapura merupakan pemilik cryptocurrency. Sementara itu, hanya 13% responden perempuan yang memiliki cryptocurrency. Menariknya, temuan Finder ini berbeda dengan hasil laporan Gemini, yang menyebutkan bahwa 40% pemilik crypto di Singapura adalah perempuan.
Hong Kong menjadi negara dengan jumlah gamers NFT laki-laki dan perempuan yang hampir seimbang. Dari survei Finder, diketahui bahwa 30,5% responden laki-laki di Hong Kong pernah memainkan game P2E. Di kalangan responden perempuan, angka ini hanya sedikit turun, menjadi 27,3%. Sementara itu, di India, jumlah gamers NFT di kalangan responden laki-laki mencapai 38,1% dan di responden perempuan 29,2%.
Dari segi umur, di tingkat global, kebanyakan gamers NFT atau P2E adalah gamers yang ada di rentang umur 18-34 tahun. Rata-rata, 18% responden di rentang umur tersebut mengaku, mereka pernah memainkan game P2E. India menjadi negara yang memiliki jumlah gamers NFT paling banyak di rentang umur ini, mencapai 42%. Sementara itu, di rentang umur 35-54 tahun, hanya 29,1% responden yang pernah mencoba game NFT. Angka ini sedikit turun, menjadi 26,9%, di kalangan responden yang berumur lebih dari 55 tahun.
Sama seperti tren di India, kebanyakan gamers NFT di Filipina juga ada di rentang umur 18-34 tahun. Sebanyak 27,6% responden di rentang umur itu mengatakan pernah mencoba game NFT. Sebagai perbandingan, di rentang umur 35-54, jumlah gamers NFT di Filipina hanya mencapai 24,1%. Dan pada responden berumur lebih dari 55 tahun, angka ini hanya mencapai 20,4%.
Di Singapura, kebanyakan pemain game NFT dan P2E juga generasi muda. Di rentang umur 18-34 tahun, ada 35,5% responden yang pernah mencoba game NFT. Sementara di rentang 35-54, angka itu turun menjadi 21%. Dan di kalangan responden yang berumur lebih dari 55 tahun, jumlah gamers NFT hnya mencapai 17,1%.
Menariknya, di Malaysia, tren yang muncul berbanding terbalik dengan tren di Singapura atau Filipina. Di Malaysia, kebanyakan responden yang pernah mencoba game NFT adalah mereka yang berumur di atas 55 tahun. Sebanyak 23% responden di atas umur 55 tahun mengatakan pernah memainkan game NFT. Sementara di kalangan responden berumur 35-54 tahun, angka itu turun menjadi 19,3%. Dan di responden berumur 18-34 tahun, angka itu kembali turun, menjadi 17,7%.
Sumber header: PYMNTS