Hybrid Day: Berbagi Berbagai Pengalaman Esports di Tingkat Internasional

Ariyanto "Lakuci" Sonny, Brando Oloan, dan Annisa Apriliana berbagi seputar pengalaman esports secara Internasional

Kehebatan Indonesia di kancah esports Internasional sebenarnya tidak bisa dipandang remeh. Pada masanya, nama Indonesia sempat muncul di berbagai kompetisi Internasional DotA ataupun Counter Strike. Zaman sekarang, tradisi prestasi tersebut pun masih terus berusaha dipertahankan.

Namun untuk bisa bertanding dan menjadi juara di kancah esports internasional tentu tidak semudah itu. Dalam Hybrid Day yang diadakan di Binus Square pada 11 April 2019 kemarin, kita berbincang-bincang dan berbagi pengalaman tentang ajang esports internasional serta pengalamannya.

Siapa saja narasumber yang mengisi bincang-bincang yang bertemakan “International Esports Experience” kali ini? Mari kita berkenalan terlebih dahulu.

Ariyanto “Lakuci” Sony - Mantan Pemain DotA Profesional

Dokumentasi Hybrid - Ajie Zata

Kalau Anda mengikuti napak tilas kancah esports Dota Indonesia sejak dahulu kala, nama ini harusnya tidak asing lagi di telinga Anda. Sosok ini sudah mencapai tingkat legenda di kancah esports Indonesia, karena prestasi yang berhasil ia torehkan saat masih berkarir sebagai pemain Defense of the Ancient (DotA) profesional.

Saat bermain untuk tim XCN beberapa tahun silam, kemampuan Lakuci dan kawan-kawan diakui oleh komunitas esports DotA Internasional. Sampai-sampai Lakuci dan kawan-kawan sempat diakuisisi oleh salah satu organisasi esports terkenal asal Eropa, Fnatic. Terakhir kali bermain pada tahun 2008 lalu, kini Lakuci sudah tidak lagi aktif menjadi atlet esports.

Brando Oloan - BOOM.ID Dota 2 Team Manager

Sumber: Twitter @dotasltv

Setelah Mobile Legends menjadi sangat populer di Indonesia, kini hanya segelintir organisasi esports saja yang masih fokus pada divisi Dota 2. BOOM.ID merupakan salah satunya, yang masih sangat fokus untuk mendapatkan hasil yang terbaik di kancah Dota 2 internasional. Sampai saat ini, BOOM.ID masih bisa dibilang sebagai salah satu tim Dota 2 terkuat di Indonesia.

Tak terkalahkan di kancah lokal, mereka sudah hampir 3 kali berturut-turut mewakili Indonesia di kancah internasional bertanding dalam gelaran Minor. Kesuksesan divisi Dota BOOM.ID terjadi salah satunya berkat asuhan tangan dingin Brando Oloan selaku manajer divisi Dota 2 BOOM.ID. Brando di sini bertugas memberikan berbagai saran kepada para pemain agar bisa bermain lebih maksimal, serta memastikan kebutuhan para pemain dipenuhi.

Annisa Apriliana Purwaningtyas - Marketing PR Mineski Event Team Indonesia

Sumber: Dokumentasi Pribadi Annisa Apriliana

Nama Mineski selama ini besar sebagai salah satu pelopor tim esports di Asia Tenggara. Berdiri sejak tahun 2004 sebagai sebuah tim esports, kini bisnis Mineski mencakup berbagai hal yang ada di ekosistem esports; termasuk: iCafe lewat branding Mineski Infinity, event organizer di bawah bendera Mineski Event Team (MET), media esports di bawah bendera mineski.net, bahkan esports peripheral yang membawa nama Mineski Gear.

Berbasis di Filipina, Mineski mengembangkan bisnisnya ke Indonesia lewat Mineski Infinity dan MET. Annisa Apriliana Purwaningtyas merupakan perwakilan MET yang menjabat sebagai Marketing PR. Dengan pengalaman hampir 3 tahun di bidang PR, Lia bertugas untuk mengurus berbagai hal seputar Public Relation seperti: media relationreputation management, serta mengatur strategi publikasi dari Mineski Event Team.

Bertanding di Luar Negeri? Bagaimana Rasanya?

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis

Sebagai gamers, ini mungkin jadi salah satu hal yang selalu diimpikan: bisa bertanding di luar negeri, bertemu komunitas esports internasional, dan berhadapan langsung dengan pemain-pemain yang sebelumnya mungkin adalah idola Anda. Beruntung Lakuci dan Brando bersama dengan BOOM.ID sudah bisa merasakan hal tersebut.

Pertanyaan pertama untuk membuka obrolan ini adalah, bagaimana rasanya bertanding di luar negeri?

Sebelum bicara soal rasanya bertanding di luar negeri, Lakuci sedikit curhat soal keadaan kompetisi DotA kala itu. Masalah utama ketika itu menurutnya adalah soal koneksi internet. Walau sudah ada kompetisi game, namun nyatanya kompetisi online ketika itu masih cukup sulit. Jadi jika ingin berlatih, Lakuci hanya bisa mengandalkan pertandingan LAN antar pemain di warnet tempat ia main.

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis

Karena tidak bisa bertemu pemain-pemain di cakupan wilayah yang lebih luas, Lakuci merasa senang sekali ketika mendapat kesempatan bertanding di kancah internasional. “Jadi dulu tuh kita malah seneng banget, excited. Jelang tanding, kita malah udah nggak sabar ingin unjuk gigi di hadapan pemain-pemain internasional, dan ingin mengalahkan mereka”. Cerita Lakuci kepada khalayak di Binus Square.

Sementara Brando, yang juga sempat menjadi pemain, menceritakan hal yang serupa dengan apa yang dikatakan Lakuci. Ketika ia masih aktif bermain Dota kompetitif, ia juga sama semangatnya ketika akan bertemu dengan pemain-pemain internasional.

Kini sebagai manajer BOOM.ID, satu hal yang dirasakan Brando adalah pemain yang kini mendapat fasilitas yang lengkap. “Wah, perasaannya sih yang pasti sekarang tuh kalau mau tanding pemain itu sangat nyaman. Fasilitasnya lengkap, jadi nggak perlu mikirin hal lain lagi”. Kata Brando menceritakan pengalamannya.

Lebih lanjut soal perasaan ketika bertanding, Brando juga menceritakan sedikit pengamatannya terhadap para pemain BOOM.ID. “Kalau akan bertanding, kita sih nggak pernah ada merasa grogi atau gimana. Jadi kalau udah di atas panggung, kita fokusnya ya main aja”. Lebih lanjut, Brando juga bercerita, menurut pengamatannya, lighting, suasana panggung serta acara, sebenarnya tidak banyak mengganggu para pemain.

Lokal vs Internasional, Apa Bedanya?

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis

Kalau dari tadi kita sudah melihat event internasional dari sudut pandang pemain, sekarang mari kita coba melihat sudut pandang dari penyelenggara event, yaitu Mineski. Kalau dari sudut pandang penyelenggara, maka pertanyaan yang muncul adalah, apa perbedaan persiapan event tingkat nasional dengan event tingkat internasional?

Lia, sapaan akrab Annisa, menjawab bahwa sebenarnya Mineski sudah punya standar dalam penyelenggaraan event. Jadi baik lokal atau internasional, ada beberapa standar tertentu yang tetap sama, tidak ada bedanya. “Tapi kalau event internasional, bisa jadi ada beberapa pemain yang tidak bisa bahasa inggris. Untuk keadaan khusus, tentunya butuh perlakuan khusus, yaitu dalam bentuk seorang translator yang bertugas membantu tim tersebut berkomunikasi.” Jawab Lia.

Bagi Anda yang mungkin ketinggalan dengan sepak terjang BOOM.ID, tim berlogo serigala ini sebenarnya sudah tidak terkalahkan di kancah lokal. Bahkan Brando saja sampai lupa kapan terakhir mereka kalah di kompetisi lokal, ketika ditanyakan oleh Yabes Elia, Senior Editor kami selaku Moderator acara Hybrid Day.

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis

Namun di kancah internasional, BOOM.ID masih banyak ketinggalan. Setelah dua kali Minor, BOOM.ID masih cukup kesulitan melawan tim dari regional lain. Jadi sebenarnya apa perbedaan bertanding melawan tim lokal dengan tim internasional?

Brando pun menjawab bahwa perbedaan melawan tim lokal dengan tim internasional ada pada pengertian atas META permainan. Ia mengatakan bahwa tim-tim Eropa memiliki pemahaman META yang lebih mendalam. “Tantangannya adalah, ketika kami coba terapkan ilmu tersebut untuk bertanding di SEA, hasilnya kami malah keteteran.”

“Sebab, memang sejauh pengamatan saya, permainan tim SEA dengan tim-tim barat itu berbeda. Jadi butuh penyesuaian tertentu ketika mau mencoba mengalahkan tim SEA dengan strategi barat.” Ujar Brando menjelaskan. Maka dari itu, demi meningkatkan jam terbang para pemain BOOM.ID, salah satu yang sedang diusahakan oleh Brando dan manajemen adalah memberi pemain akses untuk bermain di server China.

Berprestasi Secara Internasional, Apa Rahasianya?

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis

Lakuci pada tahun 2000-an berhasil berprestasi di kancah Dota internasional. Satu dekade berlalu, ternyata pemain-pemain Dota di Indonesia masih belum bisa mengulang masa kejayaan tersebut. Bertanding di tingkat Minor memang sebuah pencapaian bagi BOOM.ID. Namun mereka sendiri masih belum bisa mengulang masa kejayaan Lakuci, dengan memenangkan atau setidaknya masuk semi-final Minor.

Melihat keadaan ini, pertanyaan yang muncul adalah, apa rahasianya? Apa resep rahasia Lakuci bisa menang di kancah internasional? Menurut Lakuci, resep rahasianya ada 3 elemen, trust, respect, dan care. Ketiga elemen tersebut harus diterapkan di dalam keseharian tim agar mencapai sinergi tingkat tinggi, yang membuat strategi permainan bisa berjalan lancar.

Lakuci lalu melanjutkan ceritanya. Pada masanya, timnya menang bukan karena timnya yang terhebat. “Kita dulu menang bukan karena hebat, tapi karena kita kompak. Strategi mungkin bisa dibilang faktor kedua dari kemenangan tim kami ketika itu.” Lakuci menjelaskan. Ia juga mengingatkan kepada khalayak di Binus Square, bahwa perilaku toxic adalah sesuatu yang wajib dihindari.

“Jangan saling ledek, hal tersebut bisa memengaruhi performa tim, apalagi jika ada anggota tim yang biasa memendam emosi. Keluarkan kata-kata yang bersifat membangun, jangan menghina sesama anggota tim, dorong semua anggota tim agar sama-sama jadi jago. Kalau sudah sinergi, strategi apapun gampang diterapkannya.” Kata Lakuci sembari menasihati.

Membawa International Esports Experience ke Indonesia, Apa Mungkin?

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis

Kita sedari tadi sudah banyak membahas soal pertandingan dari sudut pandang pemain. Topik berikutnya yang menjadi pembahasan adalah, membawa international esports experience ke Indonesia, baik itu dari sudut pandang penyelenggara event ataupun sudut pandang manajemen tim.

Kalau Anda adalah penggemar esports garis keras, Anda mungkin sudah tahu bahwa sudah ada banyak sekali event esports di Indonesia. Dalam setahun, jumlahnya mungkin sudah bisa mencapai puluhan. Namun jumlah event tingkat internasional di Indonesia masih cukup minim, walau jumlahnya meningkat.

Beberapa event internasional yang saya ingat pernah diselenggarakan di Indonesia adalah GESC Dota 2 Indonesia Minor 2018, Asian Games Esports 2018, dan ESL Clash of Nations 2019. Menanggapi hal tersebut, pertanyaan yang muncul adalah, apa yang menjadi hambatan bagi penyelenggara event esports untuk menyelenggarakan event kelas internasional?

Menjawab hal ini, Annisa Apriliana dari Mineski Event Team menjelaskan bahwa kendala utamanya adalah dari persoalan sponsor. Walau nilai industri esports internasional diprediksi akan mencapai nilai sebesar US$1,1 miliar, namun dalam konteks Indonesia, jumlahnya mungkin hanya sebagian kecil dari prediksi tersebut.

Lia mengatakan salah satu hambatannya adalah karena kebanyakan brand lokal belum butuh exposure internasional. “Banyak brand dalam negeri yang mengedepankan exposure lokal terlebih dahulu. Jadi budget yang diberikan setidaknya budget tingkat nasional.” Tambah Lia.

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis

Lebih lanjut, Lia mencoba menjelaskan sambil memosisikan diri dari perspektif sponsor. Menurutnya, investasi event internasional itu sangat besar, jadi para sponsor tentunya akan berpikir berkali-kali untuk mendanainya. Dengan investasi yang besar, mereka tentu mengharapkan bisa mendapat timbal balik yang juga besar. Beberapa timbal balik tersebut seperti seberapa jauh event tersebut menjangkau para fans esports, baik lewat streaming ataupun datang langsung, yang akan melihat brand sponsor.

Lalu jika permasalahannya adalah soal menjangkau lebih banyak fans esports, apakah konten-konten bahasa inggris, seperti shoutcaster berbahasa inggris atau postingan media sosial dengan bahasa inggris, mungkin bisa menjadi solusi? Tanya Yabes Elia, melanjutkan topik pembahasan tadi sambil mencoba membahas solusinya.

Lia lalu mengatakan bahwa di era digital ini, postingan media sosial ibarat perpanjangan tangan dari event itu sendiri. “Apa yang terjadi di offline itu harus ada juga di online, supaya kita bisa menjangkau khalayak yang lebih banyak. Saya rasa, konten berbahasa inggris bisa jadi salah satu solusi untuk menjangkau khalayak internasional.” Ujar Lia.

Beralih ke sisi organisasi esports, arti menghadirkan international esports experience salah satunya bisa lewat menghadirkan pemain-pemain terbaik untuk mengisi roster sebuah tim. Walau beberapa tim sudah mulai mencoba, namun beberapa organisasi esports lainnya masih mengandalkan talenta lokal dalam usahanya mendapatkan prestasi gemilang di kancah internasional.

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis

BOOM.ID juga melakukan hal tersebut. Maka dari itu, pertanyaan yang muncul adalah, apakah mungkin untuk memasukkan pemain internasional atau mengambil roster dari luar negeri bagi sebuah manajemen esports di Indonesia? Brando, selaku manajer divisi Dota 2 BOOM.ID, mengatakan bahwa sebenarnya mungkin-mungkin saja melakukan hal tersebut.

“Namun kalau saya sendiri sebenarnya merasa talenta Indonesia masih banyak yang berpotensi. Terlebih, menggabungkan talenta internasional dengan para pemain lokal bisa jadi menciptakan masalah baru, yaitu masalah language barrier. Masalah tersebut bisa jadi membuat kerjasama tim jadi kurang mantap. Kalau saya punya anggaran sebesar itu untuk mendatangkan pemain dari luar negeri, mungkin saya lebih memilih mendatangkan coach untuk memberi insight dan pengetahuan kepada para pemain yang akan meningkatkan kemampuan para pemain lokal.” Kata Brando.

Membicarakan soal talenta esports di Indonesia, Lakuci pun kembali menambahkan. Menurutnya, Indonesia tidak pernah kehabisan talenta berbakat. Tetapi masalahnya menurut dia adalah pengelolaan pemain tersebut yang mungkin masih kurang maksimal. “Indonesia tidak pernah kekurangan gamers berbakat, tetapi saya rasa yang kita alami saat ini adalah krisis pengelolaan talenta berbakat tersebut." Lakuci menambahkan.


Sekian bincang-bincang kami membahas seputar International Esports Experience bersama dengan para narasumber, dalam gelaran Hybrid Day yang diselenggarakan di Binus Square. Hybrid Day akan hadir kembali di kampus atau sekolah lainnya di waktu yang akan datang.