Dark
Light

Grab Akuisisi Saham OVO dari Tokopedia dan Lippo, Kini Kuasai Sekitar 90% Kepemilikan

2 mins read
October 4, 2021
Saham grup OVO kini dikuasai oleh Grab Holdings / OVO
Saham grup OVO kini dikuasai oleh Grab Holdings / OVO

Bertujuan untuk memperkuat posisi dan bersaing dengan kompetitornya di layanan finansial, Grab Holdings Inc. meningkatkan kepemilikannya atas OVO menjadi sekitar 90% dengan mengakuisisi saham dari Tokopedia dan Lippo Group.

“Kami menyambut baik komitmen yang lebih besar dari Grab di OVO. Kami sedang bekerja dan melakukan konsultasi dengan regulator untuk menyelesaikan proses restrukturisasi kepemilikan, dan yakin ini akan memungkinkan kami untuk melayani kebutuhan layanan keuangan masyarakat Indonesia dengan lebih baik,” ujar perwakilan OVO.

Sebelum proses akuisisi ini, PT Visionet Internasional [OVO] merupakan bagian dari PT Bumi Cakrawala Perkasa (BCP – OVO Group). Adapun menurut laporan MomentumWorks, BCP per Mei 2019 sahamnya dimiliki Grab (GP Network Asia) dengan persentase 41%; Tokopedia (PT Digital Investindo Jaya) 38%; Lippo Group (PT Inti Anugrah Pratama) 10%; dan Tokyo Century Corporation 8%.

Sejauh ini OVO memang telah menjadi opsi pembayaran utama di Grab. Akuisisi ini tentu berpotensi memperdalam sinergi. Sebagai informasi, dalam OVO Group juga terdapat beberapa layanan finansial lain, baik dari proses akuisisi [Bareksa dan Taralite] dan kerja sama strategis seperti layanan insurtech yang didirikan bersama ZA Tech [anak perusahaan ZhongAn Online P&C Insurance].

Kompetisi aplikasi pembayaran

Di Indonesia, kompetisi layanan e-money cukup ketat. Gopay saat ini berpotensi untuk menjadi sistem pembayaran utama di holding GoTo — sebelumnya OVO menjadi opsi pembayaran utama di Tokopedia. Integrasi Gopay ke Tokopedia semakin mendalam, belum lama ini mereka mengusung layanan Gopaylater ke raksasa online marketplace tersebut.

Sementara Shopeepay dan SPayLater hadir sebagai pemain baru; dengan ekosistem pengguna Shopee yang besar, layanan ini tergolong sangat cepat melakukan penetrasi. Beberapa survei menempatkan sebagai top e-money saat ini di Indonesia. Salah satunya dari hasil studi Ipsos Indonesia pada akhir 2020; dengan menitikberatkan pada tingkat kepuasan responden, ShopeePay mendapatkan peringkat pertama dengan skor 82%. Angka itu jauh melebihi pemain lain seperti Ovo (77%), Gopay (71%), Dana (69%), dan LinkAja (67%).

Belum lagi saat berbicara pemain lain, seperti DANA yang kini fokus menjadi super e-wallet untuk berbagai kebutuhan finansial seperti transfer bank, pengelolaan rekening bank dll; LinkAja yang semakin mendalam penetrasinya ke pasar O2O; hingga pemain-pemain lain yang memiliki skala yang lebih kecil dengan fokus spesifik, misalnya AstraPay di ekosistem Astra Group dan MotionPay di MNC Group.

Mengakomodasi UMKM

Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra mengungkapkan, saat ini lebih dari 1 juta pelaku UMKM telah menjadi merchant OVO dan menerima pembayaran digital melalui QRIS.

“Selain berkomitmen untuk merangkul lebih banyak pelaku usaha, masuk ke ekosistem digital nasional, OVO terus berupaya menghadirkan kesempatan bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis mereka, melalui pendalaman literasi keuangan digital yang secara khusus menyasar para wirausahawan
Indonesia.”

Survei CORE Indonesia menunjukkan, saat pandemi 10% populasi merchant OVO berhasil mempertahankan pendapatan bulanan dan 5% pelaku UMKM mengalami peningkatan pendapatan bulanan. Saat ini OVO telah hadir di lebih dari 430 kota dan kabupaten.

Dalam survei tersebut juga terungkap, setelah bergabung dengan OVO, 71% pelaku UMKM melakukan pencatatan transaksi penjualan lebih teratur dan menerima transaksi pembayaran digital, 68% memiliki akses lebih luas terhadap layanan keuangan, dan 51% mengaku lebih memahami penggunaan teknologi untuk mempertahankan usaha.

Strategi serupa, dengan merekrut UMKM untuk menjadi tenant di ekosistem, juga menjadi standar layanan pembayaran lainnya saat ini. Seperti yang dilakukan LinkAja dengan menggandeng penjual di berbagai pasar tradisional. Namun sebenarnya dengan adanya QRIS, pemilik UMKM bisa menyuguhkan sistem pembayaran yang lebih umum. Pasalnya satu kode QR yang dipampang, bisa digunakan untuk menerima pembayaran dari berbagai jenis aplikasi e-money.

Pertajam integrasi layanan

Untuk memperluas jangkauan penggunaan, OVO juga terus memperluas kemitraan dengan mitra strategis. Dari daftar yang disampaikan, saat ini OVO diklaim sudah terintegrasi ke berbagai sistem seperti ditampilkan pada gambar di bawah ini.

Integrasi layanan OVO di merchant online dan offline / OVO
Integrasi layanan OVO di merchant online dan offline / OVO

Namun saat kami periksa, di Google Play, App Store, dan Netflix sampai saat ini (04/10) belum ada opsi pembayaran dengan OVO. Kemungkinan sedang tahap penjajakan atau proses integrasi layanan, dan akan hadir beberapa waktu mendatang. Jika proses tersebut selesai, OVO akan menemani fintech pembayaran lokal lain seperti Gopay, Shopeepay, DANA, dan DOKU yang sudah terlebih dulu menjadi opsi untuk pembayaran di lokapasar aplikasi.

“Sejak awal kehadirannya sendiri, OVO telah menerapkan strategi ekosistem terbuka, di mana kami memberikan keleluasaan bagi OVO untuk bisa bekerja sama atau berkolaborasi dengan lini industri mana pun yang berkaitan dengan layanan kami,” kata Head of Corporate Communications OVO Harumi Supit kepada DailySocial.id.

Application Information Will Show Up Here
Previous Story

PB ESI akan Gelar Liga Esports Nasional Setelah PON XX Papua, The International 10 Digelar Tanpa Penonton

Next Story

Pemasukan Honor of Kings Capai US$10 Miliar, Konami Buka Kontes untuk Developer Indie

Latest from Blog

Don't Miss

Tokopedia AR

Tokopedia Bawa Fitur Augmented Reality (AR) dan Hadirkan Pengalaman Makeup Virtual

Perusahaan e-commerce asli Indonesia, Tokopedia baru saja menghadirkan fitur Augmented

Lebih Parah dari Kasus Doni Salmanan, Inilah 7 Kasus Penipuan Terbesar di Industri Teknologi

Startup selalu berusaha mencari cara untuk mendisrupsi status quo menggunakan