Di tengah industri game yang terus tumbuh, GameGroove Capital muncul untuk membantu startup game yang masih ada di tahap awal. Setiap tahunnya, mereka akan menyediakan US$6 juta (sekitar Rp84,3 miliar) untuk mendanai 20 proyek yang berbeda. Itu berarti, setiap proyek akan mendapatkan pendanaan sekitar US$300 ribu (sekitar Rp4,2 miliar). Selain menyediakan pendanaan, setiap startup yang mendapatkan investasi juga akan masuk dalam “program akselerasi”, memungkinkan mereka untuk bekerja sama dengan GameGroove dan Blackwood Games. Dana US$300 ribu mungkin terdengar kecil untuk pengembangan game AAA. Namun, dalam situs resminya, Blackwood mengatakan bahwa mereka juga bekerja sama dengan publisher besar untuk menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk mengembangkan game AAA.
GameGroove Capital didirikan oleh Alexander Zoll, mantan CEO dari Kiev studio milik Crytek. Markas utama GameGroove memang ada di Amerika Serikat. Meskipun begitu, mereka juga memiliki kantor di Kiev, Ukraina dengan tujuan untuk mengembangkan startup yang berasal dari kawasan CIS (Commonwealth Independent States). Zoll keluar dari Crytek untuk mendirikan Blackwood Games pada Februari 2019. Ke depan, Blackwood akan membantu startup yang menjadi rekan dari GameGroove untuk mengembangkan produk mereka, baik berupa game atau teknologi yang bisa digunakan dalam industri game.
Tim Blackwood Games terdiri dari anggota kunci dari tim yang membuat Warface. Mereka juga pernah mengembangkan franchise ternama seperti Farcry dan Crysis. Tidak hanya itu, mereka juga paham tentang teknologi pembuatan game. CryEngine buatan Crytek pernah dianggap sebagai salah satu game engine paling powerful yang ada di pasar. Engine itu digunakan untuk mengembangkan Crysis 3, salah satu game “berat” yang dianggap bisa digunakan sebagai tolok ukur untuk menguji kemampuan sebuah PC gaming.
GameGroove Capital bukan satu-satunya perusahaan yang tertarik untuk menanamkan investasi di startup game. Minggu lalu, Hiro Capital mengumumkan bahwa mereka akan menyiapkan €100 juta (sekitar Rp1,6 triliun) untuk ditanamkan ke startup game yang membutuhkan pendanaan Seri A dan B agar mereka dapat mengembangkan diri. Co-founders Hiro Capital, Ian Livingstone dan Luke Alvarez menjelaskan, alasan mereka mendirikan perusahaan tersebut adalah untuk memudahkan startup game mendapatkan pendanaan Seri A dan B karena biasanya, perusahaan venture capital enggan untuk berinvestasi di startup game.
Di Indonesia, industri game dan esports memang menjadi salah satu industri yang dilirik oleh pemerintah untuk dikembangkan. Pemerintah percaya, jika industri game dan esports berkembang dengan baik, industri tersebut bisa menyerap tenaga kerja Indonesia, terutama tenaga kerja yang memang ingin berkecimpung di dunia kreatif.