Bermain game tak lagi menjadi hobi bagi segelintir orang. Menurut laporan Newzoo, ada 2,5 miliar gamer di dunia. Para gamer ini pun tak segan untuk mengeluarkan uang demi hobi mereka. Diperkirakan, nilai industri game akan mencapai US$152,1 miliar pada tahun ini. Selain gamer, game developer menjadi bagian penting dari industri game. Developer besar biasanya mencuri perhatian dengan game AAA. Namun, tidak sedikit juga startup yang membuat game indie sendiri. Startup yang bergerak di bidang game biasanya bisa mendapatkan seed funding dari angel investor. Sayangnya, mereka kesulitan untuk berkembang karena ketiadaan akses ke pendanaan lebih lanjut, yaitu Seri A dan B. Inilah yang mendorong Ian Livingstone dan Luke Alvarez untuk mendirikan perusahaan venture capital bernama Hiro Capital.
Hiro Capital akan menyediakan dana sebesar €100 juta (sekitar Rp1,6 triliun) untuk ditanamkan di startup yang bergerak di tiga bidang, yaitu game, esports, dan digital sports. Livingstone dan Alvarez memang sengaja memisahkan esports dan digital sports. Jika esports adalah pertandingan dari sebuah game, digital sports adalah olahraga tradisional yang dibawa masuk ke dunia digital menggunakan perangkat wearable, seperti fitness tracker. Alvarez juga menyebutkan, sekarang, semakin banyak olahraga tradisional yang dibuat menjadi seperti game. Misalnya, dengan aplikasi dan fitness tracker, Anda bisa melacak dan membagikan kegiatan olahraga Anda layaknya ketika Anda bermain game.
Alvarez mengatakan, Hiro Capital akan fokus untuk membantu startup yang berasal dari Inggris dan Eropa. Alasannya, karena kawasan itu dianggap sebagai kawasan yang “subur” bagi perusahaan game. Menurut riset Hiro Capital, Eropa menghasilkan 123 game PC dan konsol pada tahun lalu. Sebagai perbandingan, Amerika menghasilkan 78 game dan Asia 103 game. Meskipun begitu, tak tertutup kemungkinan, Hiro Capital akan mendanai startup dari kawasan di luar Inggris dan Eropa.
Hiro Capital akan fokus pada startup yang membutuhkan pendanaan Seri A dan Seri B. Kedua pendiri venture capital ini percaya, permodalan seri A dan B akan membantu para startup tumbuh lebih besar. “Kami merasa, ada kesenjangan permodalan di industri game,” kata Alvarez pada GameIndustry.biz, “Perusahaan game jarang mendapatkan kucuran dana setelah pendanaan tahap awal, khususnya di Eropa. Ada banyak wirausahawan yang memiliki banyak uang dan bersedia untuk berinvestasi sebagai angel investor, tapi opsi untuk mendapatkan pendanaan di kisaran €1 juta (sekitar Rp15,7 miliar) sampai €15 juta (sekitar Rp235 miliar) bagi perusahaan game terbatas.”
Livingstone menjelaskan, mereka membuat Hiro Capital karena melihat ada kesempatan di industri game, esports, dan digital sports. “Persepsi tentang industri game umumnya tidak bagus, sehingga perusahaan game biasanya terlewatkan oleh venture capital yang tidak mengerti indsutri ini dan tidak mencoba untuk mengerti. Jadi, ada banyak kesempatan yang tidak tersentuh — terutama soal kesenjangan permodalan. Startup game bisa mendapatkan pendanaan awal untuk memulai usahanya, tapi tidak ada permodalan yang mendukung mereka untuk berkembang setelah itu,” ujar Livingstone. Selain tiga bidang yang menjadi fokus mereka, Hiro Capital juga akan mendukung startup yang mengembangkan teknologi cloud, mobile, streaming, big data, kecerdasan buatan, wearable, AR dan VR untuk digunakan dalam bidang game, esports, dan digital sports.
Kedua pendiri Hiro Capital yakin dengan pengalaman mereka di industri game, mereka akan bisa mengidentifikasi startup menjanjikan yang memang pantas untuk mendapatkan pendanaan. “Banyak investor yang tidak tahu cara menilai sebuah game,” kata Livingstone. “Mereka tidak tahu apakah sebuah game itu bagus atau jelek, atau besarnya potensi sebuah game. Selain itu, persepsi negatif media akan game — industri game selalu dijadikan kambing hitam — membuat investor enggan untuk masuk ke industri ini. Kami ingin mengatasi masalah tersebut.”
Livingstone menjelaskan, Hiro Capital mencari startup yang memang telah membuat beberapa game serta memiliki properti intelektual dan teknologi sendiri. Selain kreatif dalam membuat game, startup yang hendak mendapatkan pendanaan dari Hiro Capital juga harus mengerti bisnis. “Semua perusahaan yang saya bantu sebagai angel investor memiliki kriteria ini, seperti Playdemic, Fusebox, dan Flavourworks. Mereka perlu tahu bisnis game, teknologi back-end, dan pentingnya data,” ujarnya. Dia mengungkap, kecil kemungkinan Hiro Capital akan mendukung developer yang hanya mengembangkan satu game. Yang mereka cari adalah studio yang terbukti tangguh dan memiliki pengalaman membuat lebih dari satu game serta memiliki potensi untuk melakukan IPO atau diakuisisi dengan harga tinggi jika mereka memang lebih memilih untuk diakuisisi perusahaan lain.
Saat ini, Hiro Capital memang belum mendapatkan total dari €100 juta yang hendak mereka investasikan. Namun, kedua pendiri mengatakan, proses pengumpulan dana berjalan sesuai rencana. Dalam waktu dua bulan ke depan, mereka berencana untuk menanamkan tiga atau empat investasi. Secara keseluruhan, mereka ingin memberikan 20 investasi hingga semester pertama 2021. Namun, Hiro Capital tak akan menghabiskan keseluruhan modal mereka. Mereka akan menyimpan 40 persen dari total dana mereka untuk diberikan pada tahap pendanaan berikutnya. Dana investasi ini akan diprioritaskan untuk startup yang bisnisnya berjalan dengan baik.
“Perusahaan game kekurangan modal,” kata Livingstone. “Banyak pemilik perusahaan yang harus menjual properti intelektual atau perusahaan mereka untuk mendanai proyek mereka. Beberapa game blockbuster buatan Inggris justru dimodali asing dan kami ingin membantu para pemilik perusahaan untuk meningkatkan kepemilikan mereka atas perusahaan sebelum mereka menjualnya ke perusahaan lain. Hal ini akan mendorong pertumbuhan industri game di Inggris dan Eropa,” kata Livingstone. Investasi sebesar €100 juta hanyalah awal bagi Hiro Capital. Walau Livingstone dan Alvarez akan fokus pada penanaman modal dalam dua tahun ke depan, mereka memperkirakan, mereka akan melanjutkan usaha mereka ini jika masalah permodalan di dunia game dan esports tetap tak teratasi.