Game Sepak Bola dari EA akan Ganti Nama, Apa Dampaknya?

Sejak putus hubungan dengan FIFA, EA akan menamai game sepak bolanya EA Sports FC

Tahun lalu, Electronic Arts mengumumkan bahwa mereka akan berhenti bekerja sama dengan FIFA. Hal ini berarti, EA harus mengganti judul dari game sepak bola mereka. Per 2023, game sepak bolah EA tidak lagi dinamai FIFA, tapi EA Sports FC. Selain perubahan judul game, putusnya hubungan EA dengan FIFA juga berarti, perusahaan game itu tidak akan bisa menggunakan beberapa Intellectual Property (IP) di bawah naungan FIFA, termasuk Piala Dunia dan FIFA Global Series.

Satu hal yang pasti, kini EA tidak lagi menggunakan nama FIFA, mereka harus memastikan orang-orang tahu bahwa game sepak bola yang mereka buat telah berganti nama. Lalu, apa rencana EA di masa depan?

Rencana untuk EA Sports Club

Salah satu hal yang sudah EA lakukan untuk memperkenalkan EA Sports Club ikut serta dalam acara pembukaan lapangan sepak bola baru untuk sebuah SD di London, Inggris. Acara itu merupakan hasil kolaborasi antara EA dengan Premier League Foundation.

"Kami percaya, menanamkan minat akan olahraga dan game harus dilakukan sejak dini," kata David Jackson, VP of Brand, EA Sports FC pada Esports Insider. "Dan pada generasi muda, kami ingin memberikan tempat aman bagi mereka untuk berlatih sepak bola. Bagi banyak orang, minat akan sepak bola bertahan hingga seumur hidup."

Lapangan sepak bola yang EA Sports resmikan. | Sumber: The Sun

Sebagai franchise game, FIFA sangat sukses. Menurut New York Times, keuntungan yang dihasilkan oleh game FIFA mencapai lebih dari US$20 miliar. Jika dibandingkan dengan eFootball buatan Konami pun, seri FIFA punya jumlah pemain yang jauh lebih banyak. Per April 2023, jumlah concurrent dan average players FIFA mencapai delapan kali lipat dari eFootball.

Meskipun begitu, Konami tidak menyerah begitu saja. Perusahaan Jepang itu percaya, salah satu kunci untuk menaikkan jumlah pemain eFootball adalah dengan menjadikan game tersebut sebagai game gratis. Sebagai perbandingan, selama ini, EA tetap kukuh dengan strategi mereka dan menjadikan seri FIFA sebagai game premium. Meskipun begitu, di masa depan, EA bisa saja mengubah model bisnis yang mereka gunakan.

"Komunitas kami tidak keberatan dengan model bisnis yang kami gunakan," kata Jackson. "Tapi, jika opini mereka berubah, kami tetap terbuka dengan opsi lain."

Reaksi Komunitas di Indonesia

Putu Aditya Nugraha, videographer yang juga suka membahas tentang game FIFA di channel YouTube-nya, mengaku bahwa dia sudah tahu tentang keputusan EA untuk mengganti judul dari game sepak bola mereka. Dia mengatakan, komunitas pecinta game FIFA di Bali pun tahu akan hal tersebut. Faktanya, hal itu jadi salah satu topik obrolan komunitas.

Ketika ditanya apakah perubahan judul dari game sepak bola EA akan memberi dampak besar, Adit menjawab, "Menurut saya, hal itu tidak akan terlalu berpengaruh. Karena, trust yang komunitas punya ke game FIFA sebelumnya juga akan terbawa ke game yang baru. Sejelek-jeleknya FIFA 23, tetap saja komunitas akan tetap beli dan main EA Sports FC."

FIFA 23. | Sumber: Epic Games

Lebih lanjut Adit menjelaskan. Ada beberapa alasan mengapa komunitas akan tetap membeli game sepak bola EA. Pertama, karena mereka sudah familier dengan game buatan EA. Alasan lainnya adalah karena FIFA belum menunjuk developer yang akan mengembangkan seri game FIFA untuk menggantikan EA. Dan komunitas pun belum tahu tentang reputasi dari developer yang akan ditunjuk oleh FIFA.

"Sementara EA Sports sudah buat game FIFA sejak tahun 1990-an. Dan saya sendiri sudah main sejak game FIFA 98. Jadi, saya tahu benar kalau EA Sports itu sangat tahu apa yang fans olahraga mau, sehingga mereka akan beli game-nya setiap tahun," ungkap Adit.

Adit percaya, walau judul dari game sepak bolanya telah berganti, EA akan tetap menggunakan strategi yang sama terkait marketing. "Mereka akan mempromosikan teknologi baru dengan istilah bombastis dan gimmick-gimmick 'real' simulasi sepak bola," ujarnya.

"Tapi, menurut saya, kalau mereka mau merangkul komunitas, mereka harus memberikan perbaikan pada hal-hal yang banyak dikritik oleh komunitas FIFA 23, seperti button delay, ball bounce, constant pressure effect, dan meta tactics yang sangat menguntungkan pemain, meskipun tidak terlalu juga," kata Adit sambil tertawa.

FUT di FIFA 23. | Sumber; Early Games

Selama ini, Adit mengatakan, baik komunitas maupun kreator konten telah membahas tentang masalah yang dia sebutkan. Namun, EA tidak pernah memberikan tanggapan yang jelas. "Meskipun game EA Sports FC nantinya banyak yang beli, kalau game ini masih terasa seperti reskin dari FIFA 23, pelan-pelan, akan ada banyak fans yang mencari game sepak bola baru untuk mereka mainkan," katanya.

Pada saat yang sama, Adit merasa, game sepak bola EA masih tetap digemari oleh para fans sepak bola. Menurut Adit, salah satu alasannya adalah karena EA punya gimmick dan marketing yang menarik. "Marketing yang lebih menarik dan adanya mode kompetitif seperti FUT, yang membuat kita merasa bahwa kita bisa ber-progress di game ini," katanya.

Sementara itu, eFootball dari Konami -- salah satu pesaing EA -- sendiri sudah punya fanbase tersendiri, yaitu orang-orang yang memang suka dengan game simulasi sepak bola. "Saya lihat, lebih banyak pemain yang nongkrong di FUT daripada main Career Mode. Dan game mode ini mendatangkan banyak sekali uang dari pack yang dijual dengan FIFA Points," ujar Adit.

Adit melanjutkan, "Selain itu, EA bisa membuat game yang enak untuk dimainkan. Karena, kebanyakan streamer atau kreator konten lebih suka main game yang less arcade. Dan mereka juga punya suara yang besar di komunitas." Sambil tertawa, dia menambahkan, "Sangat aneh kalau lihat video buka pack lebih ramai daripada video gameplay."

Sumber header: Xbox