Game dan Iklan, Usaha Netflix untuk Tetap Relevan

Jumlah pelanggan Netflix diperkirakan akan terus berkurang. Game jadi salah satu fokus baru dari bisnis mereka

Netflix kehilangan 200 ribu pelanggan mereka. Hal ini diungkap dalam laporan keuangan terbaru mereka. Satu hal yang harus diingat, mereka kehilangan 700 ribu pelanggan ketika mereka memutuskan untuk memberikan sanksi pada Rusia dan berhenti beroperasi di sana. Hal itu berarti, sebenarnya, jumlah pelanggan Netflix bertambah 500 ribu orang. Meskipun begitu, angka ini tetap jauh lebih kecil dari prediksi Netflix, yang memperkirakan jumlah pelanggan mereka akan bertambah hingga 2,5 juta orang. Tak hanya itu, di kuartal ke-2 2022, Netflix memperkirakan, mereka akan kehilangan 2 juta pelanggan.

Salah satu alasan mengapa Netflix kehilangan pelanggan adalah karena semakin banyak studio film besar yang membuat layanan streaming film sendiri. Misalnya, Disney+ diluncurkan pada 2019, HBOX Max pada 2020, dan pada 2021, Paramount+ dirilis. Masalahnya, keputusan studio film untuk membuat layanan streaming sendiri berarti Netflix semakin kehilangan konten yang bisa mereka tayangkan. Pasalnya, studio-studio besar lebih memilih untuk menayangkan konten mereka di platform mereka sendiri. Tak berhenti sampai di situ, mereka juga harus menghadapi persaingan dari layanan streaming film lokal, seperti VIU di Asia atau Viaplay di Eropa Utara.

Turunnya jumlah pelanggan adalah kabar buruk bagi Netflix. Karena, biaya langganan bulanan pelanggan memberikan kontribusi sebesar 99,4% pada total pemasukan Netflix. Jadi, jika Netflix kehilangan pelanggan, hal ini akan memberikan dampak langsung pada pemasukan mereka. Karena itulah, Netflix mulai mempertimbangkan untuk menjajaki industri lain, seperti game.

Keseriusan Netflix di Game

Netflix memutuskan untuk menjajaki industri game pada Juni 2021. Ketika itu, mereka menjalin kerja sama dengan developer Finlandia, Next Games, untuk membuat mobile game dari Stranger Things. Beberapa bulan kemudian, pada November 2021, Netflix merilis beberapa game dalam aplikasi mereka. Dengan begitu, para pelanggan Netflix bisa mengakses game-game tersebut tanpa harus keluar dari aplikasi. Namun, pada awalnya, Netflix hanya menyediakan lima game.

Netflix menyediakan game yang bisa dimainkan di aplikasi.

Dengan menambahkan game ke dalam aplikasi mereka, Netflix berharap, hal ini akan membuat para pelanggan mereka menjadi lebih betah untuk menggunakan aplikasi streaming tersebut. Karena, para eksekutif Netflix mengatakan, mereka tidak hanya harus bersaing dengan platform streaming film lain, tapi juga dengan media hiburan lain, termasuk media sosial dan game. Dan tampaknya, Netflix mulai kehilangan daya tariknya, khususnya di kalangan pelanggan muda. Buktinya, berdasarkan data dari Ampere Analysis pada 2021, jumlah pelanggan Netflix di rentang umur 18-24 tahun cenderung stagnan atau bahkan menunjukkan sedikit penurunan.

"Dengan kata lain, orang-orang di rentang umur tersebut mulai meninggalkan Netflix dan beralih ke layanan lain, baik layanan streaming dari studio film besar atau mungkin, aplikasi media sosial, seperti TikTok," kata Richard Broughton, Research Director dari Ampere Analysis pada The Verge. Dengan menyediakan game pada aplikasinya, Netflix berusaha untuk memberikan layanan unik yang membedakan mereka dari para rival mereka. "Sejak lama, Netflix mengatakan bahwa game merupakan salah satu pesaing terbesar mereka. Saya rasa, karena Netflix tidak bisa menang melawan game, mereka justru memutuskan untuk terjun ke game."

Ketika mereka memutuskan untuk membuat game, Netflix mengungkap, mereka ingin membuat game bagi gamers dari segala kalangan, mulai dari pemain baru sampai gamers lama. Mereka juga menekankan, para pelanggan bisa memainkan game yang mereka sediakan tanpa harus menonton iklan atau membayar biaya ekstra. Mengingat Netflix punya jumlah pelanggan lebih dari 200 juta orang, mereka punya kesempatan untuk mempopulerkan diri sebagai penyedia layanan game berlangganan.

Masalahnya, belakangan, perusahaan-perusahaan game besar pun mulai menyediakan layanan langganan game masing-masing, seperti Microsoft dengan Game Pass atau Sony dengan PlayStation Plus. Meskipun begitu, hal itu tidak menghentikan Netflix untuk menjadikan game sebagai salah satu fokus bisnis mereka pada tahun ini. Dikabarkan, mereka akan meluncurkan hampir 50 mobile game di tahun ini.

Sejauh ini, Netflix telah mengakuisisi tiga studio game, yaitu Boss Fight Entertainment, Next Games, dan Night School Studio. Dengan mengakuisisi studio game, mereka tidak hanya ingin membuat mobile game sendiri, tapi juga menciptakan sinergi antara konten yang pelanggan tonton dengan game yang mereka mainkan. Karena itu, kemungkinan, Netflix akan mengadaptasi lebih banyak game ke dalam film, seri TV, atau animasi atau sebaliknya. Sekarang,  Netflix telah menampilkan beberapa seri TV atau animasi yang diadaptasi dari game, seperti The Witcher, Arcane dari League of Legends, Dragon's Blood dari Dota 2, dan Castlevania.

"Keputusan Netflix untuk masuk ke industri gaming menjadi bukti bahwa mereka harus membuat sumber pemasukan lain selain dari layanan streaming film untuk tetap bertahan," kata Joost can Dreunen, dosen dari bisnis game di NYU Stern School of Business, dikutip dari The Washington Post. "Pilihan Netflix untuk meluncurkan seri TV dan mobile game dari Exploding Kittens membuktikan bahwa mereka rela mencoba hal-hal baru. Tapi, hal ini bukanlah keputusan yang bisa menyelamatkan bisnis mereka."

Netflix Pertimbangkan untuk Gunakan Iklan

Turunnya jumlah pelanggan mereka membuat Netflix mempertimbangkan untuk menjadikan iklan sebagai sumber pemasukan mereka yang lain. Kepada investor, Co-founder dan CEO Netflix, Reed Hastings mengatakan bahwa selama ini, dia enggan untuk mengimplementasikan "sistem monetisasi iklan yang rumit" karena dia lebih suka sistem langganan yang lebih sederhana.

Netflix juga sedang mempertimbangkan untuk menggunakan iklan. | Sumber: Ad Age

"Tapi, walau saya lebih suka dengan sistem langganan, saya juga ingin memberikan opsi pada konsumen," kata Hastings, seperti yang dilaporkan oleh USA Today. "Bagi saya, masuk akal jika Netflix menyediakan pilihan bagi konsumen yang rela mengonsumsi iklan demi biaya berlangganan yang lebih murah." Namun, iklan di aplikasi Netflix baru akan muncul dalam satu atau dua tahun ke depan. Hanya saja, keputusan Netflix untuk menampilkan iklan mungkin akan dibenci oleh sebagian pelanggan mereka. Apalagi karena selama ini, salah satu daya tarik dari Netflix adalah ketiadaan iklan yang mengganggu ketika seseorang sedang menonton konten.

Satu hal yang menarik, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Forrester pada Desember 2021, 44% konsumen dewasa di Amerika Serikat mengaku tidak keberatan untuk mengonsumsi iklan jika hal itu berarti biaya langganan yang lebih murah. "Pada akhirnya, ketika konsumen memilih layanan streaming film, mereka akan memprioritaskan konten dan mempertimbangkan keuntungan yang mereka dapatkan ketika mereka berlangganan," kata Research Director and VP Forrester, Mike Proulx.

Sumber header: Pexels