Kenapa Game Battle Royale Populer?

Game battle royale memenuhi kebutuhan pemain akan validitas diri

Game battle royale mulai populer pada 2018. Ketika itu, ada banyak game yang mengusung gameplay yang mengadu banyak pemain sekaligus, baik game yang sama sekali baru atau game yang menjadi bagian dari franchise yang sudah populer, seperti Battlefield atau Call of Duty. Menurut data Newzoo, pada 2019, 41% gamers di Amerika Serikat memainkan battle royale, seperti Apex Legends, Fortnite, atau PUBG.

Menariknya, popularitas genre ini bisa bertahan selama bertahun-tahun. Buktinya, sampai sekarang, masih ada beberapa game yang dimainkan oleh banyak orang. Karena itu, dalam artikel ini, saya akan mencoba untuk membahas karakteristik dari fans game battle royale dan alasan mengapa genre itu bisa begitu populer.

Karakteristik Pemain

Pada 2018, Newzoo mencoba untuk mencari tahu karakteristik dari pemain battle royale. Untuk itu, mereka mengadakan studi pada gamers di rentang umur 10-65 tahun dan berasal dari 16 negara di Amerika Utara, Eropa, dan Amerika Latin. Berdasarkan studi tersebut, diketahui bahwa pemain cenderung menghabiskan waktu dan uang lebih banyak untuk bermain game daripada core gamers sekali pun.

Meskipun begitu, jumlah pemain battle royale masih kalah jika dibandingkan dengan jumlah core gamers, yaitu orang-orang yang memainkan game multiplayer kompetitif, seperti Call of Duty, CS:GO, Dota 2, Hearthstone, League of Legends, Overwatch, Rainbow Six, dan Rocket League. Dari semua gamers yang Newzoo survei, sebanyak 50% dari mereka merupakan core gamers. Sementara itu, jumlah pemain genre ini hanya mencapai 19%. Meskipun begitu, sebanyak 18% responden mengaku bahwa mereka memainkan core games dan juga game battle royale.

CS:GO adalah salah satu game yang dianggap sebagai core game. | Sumber: Steam

Hal lain yang Newzoo temukan adalah pemain battle royale menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain game, baik di konsol maupun di PC. Sebanyak 40% dari pemain menghabiskan waktu setidaknya 3 hari dalam seminggu untuk bermain game di konsol dan 30% dari mereka bermain game konsol setidaknya 6 jam seminggu. Sementara itu, di kalangan core gamers, jumlah pemain yang bermain game setidaknya 3 hari dalam seminggu hanya mencapai 29% dan gamers yang menghabiskan setidaknya 6 jam untuk bermain dalam seminggu hanya mencapai 25%.

Tren serupa muncul di kalangan gamers PC. Persentase pemain battle royale bermain game PC setidaknya 6 jam dalam seminggu mencapai 40%. Sementara di kalangan core gamers, angka itu hanya mencapai 32%.

Sebelum beranjak ke bagian berikutnya, mungkin Anda tertarik mencari tahu rekomendasi 15 game battle royale di PC yang menarik dicoba di 2022.

Persentase pemain battle royale dan core gamers yang menonton konten live-streaming. | Sumber: Newzoo

Pemain battle royale tidak hanya menginvestasikan waktu lebih banyak untuk bermain game, mereka juga lebih terbuka untuk menghabiskan uang di game. Sebanyak 88% pemain pernah membeli items dalam game. Sebagai perbandingan, di kalangan core gamers, hanya 75% gamers yang menghabiskan uang dalam game.

Selain itu, pemain battle royale juga lebih suka untuk menonton konten esports. Dalam sebulan, persentase pemain yang menonton konten esports lebih dari 1 kali mencapai 28%. Angka ini hanya mencapai 19% di kalangan core gamers. Selain konten esports, pemain battle royale juga suka menonton konten game secara live. Berdasarkan data dari Newzoo, sebanyak 81% pemain suka menonton siaran langsung dari streamer game. Sementara itu, jumlah core gamers yang senang menonton live-streaming hanya mencapai 67%.

Ketika genre battle royale booming pada 2018, banyak game yang muncul. Menariknya, sampai sekarang, ada lebih dari satu game battle royale yang bertahan. Sebagai contoh, di Indonesia saja, PUBG Mobile dan Free Fire bisa eksis berdampingan. Menurut Newzoo, salah satu alasan mengapa game-game battle royale tidak saling menganibal satu sama lain adalah karena pangsa pasar yang berbeda. Misalnya, kebanyakan pemain Fortnite cenderung masih muda, sementara PUBG terlihat lebih menarik bagi para core gamers.

Karakteristik dari para pemain battle royale. | Sumber: Newzoo

Dari gamers yang disurvei oleh Newzoo, sebanyak 40% responden memainkan Fortnite dan PUBG. Sementara jumlah responden yang hanya memainkan Fortnite mencapai 35% dan jumlah gamers yang hanya memainkan PUBG mencapai 25%. Tampaknya, alasan mengapa jumlah pemain Fortnite lebih banyak adalah karena game itu bisa dimainkan secara gratis. Sementara PUBG baru menjadi game gratis di semua platform pada Januari 2022.

Buat yang suka bermain di mobile, apakah Anda sedang mencari game alternatif selain PUBGM dan Free Fire?

Daya Tarik dari Game Battle Royale

Sebelum genre battle royale menjadi mainstream pada 2018, genre itu telah hadir di Minecraft terlebih dulu. Mod "Hunger Games" dirilis untuk Minecraft pada 2012. Selain itu, game-game seperti Day Z dan H1Z1 juga punya peran dalam mengenalkan genre battle royale. Pada 2017, PUBG dirilis. Begitu juga dengan Fortnite dan Free Fire. Satu tahun kemudian, popularitas genre battle royale pun meledak.

Pertanyannya, apa yang membuat genre battle royale begitu menarik di mata para gamers? Salah satunya, karena game battle royale cenderung fokus pada pencapaian para pemain sebagai individual. Kebanyakan game kompetitif mengadu pemain sebagai tim. Alhasil, taktik tim tidak kalah penting dari kemampuan para pemain. Namun, di battle royale, pemain harus bisa bertahan sendiri. Walau memang, genre ini juga punya mode untuk bermain dalam tim.

Karena game-game battle royale cenderung fokus pada solo achievement, maka konten dari game itu menjadi menarik untuk ditonton. Bukan kebetulan bahwa Ninja, salah satu streamer paling populer, meraih popularitasnya setelah membuat konten Fortnite. Alasan lain mengapa game ini populer adalah karena kebanyakan bisa dimainkan dengan gratis.

Tak berhenti sampai di situ, ia menjadi digemari karena ia bisa memenuhi sejumlah kebutuhan manusia. Hal ini diungkapkan oleh Rogelio E. Cardona Rivera, yang belajar tentang Entertainment Arts di University of Utah.

"Game battle royale biasanya akan menggabungkan elemen eksplorasi, survival, scavenging, dan crafting," kata Rivera pada WIRED. "Dari segi psikologis atau berdasarkan evolusi manusia, battle royale memenuhi semua kebutuhan dasar manusia."

Berdasarkan Hierarchy of Needs dari Maslow, kebutuhan paling dasar bagi manusia adalah kebutuhan fisik dan rasa aman. Dua kebutuhan ini biasanya akan bisa dipenuhi oleh kebanyakan game. Misalnya, banyak game yang mengharuskan pemainnya untuk menghindari atau mengalahkan musuh demi mendapatkan rasa aman.

Selain itu, banyak game yang juga menerapkan mekanisme looting untuk memenuhi kebutuhan fisik. Di dunia nyata, sandang, pangan, dan papan merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar. Di game, sandang bisa digantikan oleh kebutuhan akan equipment, pangan oleh healing potion atau consumable items lainnya.

Hierarchy of Needs dari Maslow. | Sumber: Wikipedia

Namun, tidak banyak game yang bisa memenuhi kebutuhan manusia yang ada di tingkat lebih atas pada piramida Maslow, yaitu love, esteem, dan self-actualization. Game online mungkin bisa memenuhi kebutuhan akan love dan esteem -- jika Anda menemukan teman bermain yang cocok. Namun, memenuhi kebutuhan akan aktualisasi diri, sangat sedikit game yang bisa memenuhi kebutuhan yang satu ini. Dan genre ini jadi salah satu dari sedikit game tersebut.

Di game battle royale, pada awal permainan, semua pemain akan ada di keadaan yang sama: tanpa equipment dan senjata. Pemain pun didorong untuk mencari items yang mereka perlukan. Setelah itu, pemain bisa menggunakan strategi apapun untuk mencapai tujuan mereka, yaitu bertahan hidup. Dengan menjadi satu-satunya pemain yang bertahan hidup pada akhir permainan, pemain seolah-olah mendapatkan validasi bahwa dia telah menjadi yang terbaik. Dan kebutuhan akan aktualisasi diri bisa dipenuhi ketika seseorang merasa bahwa dia telah menjadi versi terbaik dari dirinya.

Sumber header: Den of Geek