Dunia esports tidak hanya ramai di console, PC, dan mobile, tapi kini juga sudah merambah virtual reality. Oculus selaku salah satu produsen perangkat VR populer bahkan telah menggaet ESL untuk menciptakan liga esports VR pertama dan terbesar di dunia. Diluncurkan pada tahun 2017, liga ini awalnya mengusung nama VR Challenger League. Kini liga tersebut telah memasuki season ketiganya, dan dikenal dengan nama “VR League” saja.
VR League Season 3 terdiri dari kompetisi online berformat cup yang akan berjalan selama enam minggu di Eropa dan Amerika Utara, terhitung sejak tanggal 24 Maret 2019. Para pemenang kompetisi online itu, ditambah dengan pemenang dari last chance qualifier, kemudian akan bertanding secara offline dalam ajang Grand Final pada tanggal 8 – 9 Juni nanti. Grand Final ini rencananya digelar di gedung Haymarket Theatre, Leicester, Inggris.
ESL dan Oculus menawarkan total hadiah senilai US$250.000 (sekitar Rp3,5 miliar), ditambah dengan hadiah mingguan seiring berjalannya pertandingan. Hadiah ini dibagi ke dalam empat cabang game, dua di antaranya sudah ada di season sebelumnya dan dua lagi baru. Berikut ini daftar game yang dilombakan.
Echo Arena – Olahraga arena sejenis frisbee dengan lingkungan gravitasi nol. Game ini dikembangkan oleh Ready At Dawn Studios, kreator di balik game PS4 The Order 1886.
Echo Combat – Masih dari Ready At Dawn Studios, dan masih bertema gravitasi nol. Namun alih-alih olahraga, game ini justru memiliki genre first-person shooter.
Onward – Tactical shooter yang mengedepankan kerja sama, realisme, dan simulasi militer. Game ini menempatkan pemain dalam arena yang luas dan pertaruhan hidup yang menegangkan.
Space Junkies – Game bergenre arcade shooter karya Ubisoft. Mirip seperti Echo Combat, game ini juga menggunakan fitur gravitasi nol namun dengan lingkungan luar angkasa yang lebih realistis.
Seluruh kompetisi ini ini ditayangkan setiap akhir pekan di channel Twitch resmi VR League. Tersedia juga rekaman pertandingan di channel YouTube mereka bagi Anda yang berminat menonton namun ketinggalan.
Banyak pihak percaya bahwa virtual reality adalah industri yang masih terus berkembang dan memiliki masa depan cerah. Selain Oculus bersama ESL, HTC dan Hewlett-Packard juga telah mensponsori liga esports VR yang bertajuk Virtual Athletics League. Ini menunjukkan bahwa industri VR punya cukup peminat dan ada potensi untuk bermain secara kompetitif, bahkan profesional, di ekosistem ini.
Memang masih ada entry barrier yang cukup tinggi, terutama dari segi perangkatnya yang mahal. Namun teknologi akan selalu bertambah murah seiring perkembangan zaman, jadi hanya tinggal masalah waktu sampai kita bisa menikmati perangkat VR dengan harga terjangkau. Bila itu sudah terjadi, dan VR sudah memiliki jangkauan pasar yang lebih luas lagi, jangan kaget bila esports VR kemudian akan menjadi hiburan yang dinikmati banyak orang di seluruh dunia.
Sumber: VR League, The Esports Observer