Investree mengincar Filipina sebagai negara ketiga yang akan disasar perusahaan, rencana ini akan direalisasikan pada tahun depan. Di samping itu, perusahaan menyiapkan strategi dengan membentuk beberapa anak usaha patungan untuk mengakselerasi penyaluran pembiayaan UKM.
Co-Founder dan CEO Investree Adrian A. Gunadi menjelaskan, rangkaian ekspansi ke ASEAN ini memperlihatkan isu yang sama dialami oleh pengusaha UKM di manapun mereka berada, bahwa semua masih underserved belum terlayani oleh bank. Peluang tersebut menjadi kesempatan untuk digarap oleh Investree.
“Masalahnya di sana sama, banyak UKM yang belum terlayani oleh bank. Ini jadi cukup menarik, bahwa fintech Indonesia bisa ke ASEAN. Sebab banyak dari mereka yang akhirnya mencontoh apa yang sudah dilakukan di Indonesia baik dari segi produk dan tatanan regulasi,” ucapnya, kemarin (21/5).
Ekspansi ke Filipina bakal dilakukan pada tahun depan, namun sekarang perusahaan sudah bertemu dengan calon mitra lokal yang akan bantu operasionalnya. Bahkan calon mitra tersebut sudah melakukan kunjungan ke Indonesia untuk melihat langsung kondisi di lapangan.
Pada awal tahun ini, Investree sudah mengumumkan Thailand sebagai negara tujuan pertama. Di sana, dengan brand eLoan, perusahaan telah menggandeng mitra lokal dan melakukan soft launch sebulan lalu.
Sembari menunggu, perusahaan aktif bangun koneksi dengan beberapa ekosistem dengan teknologi agar lebih cepat. Kendati demikian, belum melakukan bisnis karena harus masuk ke dalam regulatory sandbox dari otoritas Thailand.
“Bulan ini kita mau daftar ke dalam regulatory sandbox agar bisa mulai menyalurkan pembiayaan.”
Vietnam, sambungnya, jadi negara kedua yang disambangi perusahaan. Akan tetapi, regulasi di sana belum ada sehingga model bisnis yang dipakai adalah masih manual, belum ada integrasi teknologi. Namun di sana, Investree mengklaim telah menyalurkan pembiayaan hingga US$10 juta (sekitar Rp144 miliar).
“Vietnam belum host-to-host karena belum ada regulasinya jadi seperti Investree di empat tahun lalu, masih manual saat upload datanya. Namun di sana regulatornya mau percepat buat sandbox di semester dua ini karena mereka tidak mau ketinggalan dari Indonesia.”
Menurut Adrian, ketika seluruh rencana ekspansi ini lancar tentunya perusahaan akan melakukan pendanaan seri C. Adapun untuk tahap awal masih menggunakan dana dari pendanaan seri B pada tahun lalu yang dipimpin SBI Holdings.
Bangun beberapa anak usaha
Untuk pengembangan bisnis Investree di Indonesia, perusahaan akan mendirikan beberapa anak usaha patungan dengan mitra yang memiliki ekosistem di bidang logistik, supply chain, dan lainnya yang prospektif sebagai jalur pembiayaan ke UKM.
Adrian tidak menyebut secara spesifik berapa anak usaha yang akan dibangun, dia hanya menuturkan beberapa anak usaha, sehingga bisa lebih dari dua perusahaan baru. Namun dia memastikan pengumuman akan dilakukan setelah Juni 2019.
“Nanti akan bentuk kerja sama strategis, sehingga sifatnya strategis. Jadi kita punya pangsa pasar captive.”
Dengan anak usaha ini, perusahaan dapat lebih efisien dalam mengakuisisi UKM karena tidak perlu mendatangi satu per satu. Ketika masuk dalam ekosistem, tentunya bisa beri nilai tambah buat jaringan yang ada di dalamnya.
Dari segi capex pendirian usaha pun, menurutnya, akan lebih mudah terkontrol karena perusahaan yang akan digaet Investree sudah berbasis teknologi. Hanya cukup saling mengintegrasikan sistemnya antara satu sama lain.
Secara kumulatif hingga April 2019, Investree telah menyalurkan pembiayaan sampai Rp2,1 triliun, tumbuh 82% secara year-on-year. Sementara, Investree Syariah sendiri terhitung telah menyalurkan Rp69 miliar tumbuh 311% sejak diluncurkan pertama kali delapan bulan lalu.
Jumlah pemberi pinjaman ritel di Investree mencapai 14.375 orang dan terdapat beberapa datang dari institusi seperti BRI dan Credit Saison. Sementara jumlah penerima pinjaman mencapai 1.084 usaha, sekitar 70% diantaranya adalah repeat consumer.