E3 2023 Batal, ESA Jelaskan Alasannya

Pandemi membuat proses pengembangan game berubah

Tahun ini, Electronic Entertainment Expo (E3)batal digelar. Seharusnya, acara tersebut diadakan pada 13-16 Juni 2023 di Los Angeles Convention Center. E3 sendiri telah digelar sejak 1995. Namun, pada 2020, E3 harus ditiadakan karena pandemi COVID-19, menurut laporan IGN.

Pada 2021, E3 kembali diadakan. Namun, saat itu, E3 hanya hadir dalam format online. Di tahun lalu, E3 kembali dibatalkan. Alasannya adalah karena pihak penyelenggara, Entertainment Software Association (ESA) ingin fokus untuk merombak format E3 agar acara tersebut bisa menjadi standar baru untuk acara industri game yang menggunakan format campuran, online dan offline.

Kenapa E3 di 2023 Dibatalkan?

Untuk menggelar E3 2023, ESA sebenarnya telah menggandeng ReedPop sebagai rekan. CEO dan President ESA, Stanley Pierre-Louis percaya, ReedPop akan bisa membantu ESA untuk menggelar E3 yang berbeda, menyesuaikan dengan kebutuhan industri. Pasalnya, ReedPop punya rekam jejak dalam menggelar acara konsumen dan industri, seperti PAX, Comic Con, EGX, dan lain sebagainya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Pada akhirnya, ESA merasa bahwa E3 tahun ini tetap harus batal.

PAX East.

Dalam wawancara dengan GamesIndustry, Pierre-Louis menjelaskan sejarah singkat tentang E3. Selama ini, E3 merupakan platform bagi perusahaan game untuk mengumumkan game atau layanan baru yang sedang mereka buat. Tak hanya itu, E3 juga menjadi tempat bagi pelaku industri game untuk melakukan networking dan mencari kesempatan bisnis.

Kemudian, E3 berevolusi dan membuka pintu untuk para gamers yang tertarik untuk menghadiri acara tersebut. Meskipun begitu, pada akhirnya, fokus utama dari acara E3 adalah memenuhi kebutuhan bisnis dan marketing perusahaan game.

Pandemi mengubah lanskap industri game. Alhasil, kegiatan operasional perusahaan game pun ikut berubah, tak terkecuali strategi marketing mereka. Pierre-Louis mengatakan, saat ESA memutuskan untuk tetap menggelar E3 secara offline di 2023, mereka tahu bahwa mereka harus bisa memenuhi kebutuhan perusahaan game yang kini sudah berbeda.

E3 di 2021 diadakan secara online. | Sumber: Endgadget

"Awalnya, semua berjalan dengan baik. Baik pelaku industri game, media, maupun fans terlihat tertarik dengan E3," ujar Pierre-Louis. "Namun, pada akhirnya, tantangan yang ada terlalu sulit untuk kami hadapi." Secara garis besar, ada tiga tantangan yang harus ESA selesaikan jika mereka ingin tetap menyelenggarakan E3 secara offline.

Pertama, berubahnya jadwal pengembangan game karena pandemi COVID-19.  Hal ini tentunya mempengaruhi keputusan perusahaan terkait waktu untuk mengumumkan atau memulai marketing dari game yang mereka buat. Perubahan jadwal pengembangan game ini tidak hanya dialami oleh satu atau dua perusahaan game, tapi beberapa.

Masalah kedua, keadaan ekonomi global yang kurang baik. Potensi resesi memaksa perusahaan-perusahaan game untuk berpikir dua kali sebelum mereka ikut serta dalam acara marketing besar-besaran, seperti E3. Terakhir, perusahaan-perusahaan game kini berusaha untuk menyeimbangkan kegiatan marketing digital dengan acara offline.

Acara E3 di 2019. | Sumber: PCGamesN

"Perusahaan harus mengeluarkan sumber daya yang signifikan untuk bisa tampil di E3," kata Pierre-Louis. "Mereka tidak hanya harus membuat  acara yang akan mereka tampilkan di E3, mereka juga harus membawa orang-orang yang bisa merealisasikan kegiatan tersebut serta orang-orang untuk menjalin koneksi dengan orang lain." Menurutnya, persiapan yang harus perusahaan siapkan untuk ikut serta dalam E3 berbeda dengan kegiatan marketing lain yang mereka gunakan selama pandemi.

Apa yang ESA akan Lakukan di Masa Depan?

Ketika ditanya apakah E3 akan kembali diadakan pada 2024, Pierre-Louis menjawab, "Kami punya komitmen dalam menyediakan platform untuk marketing dan diskusi di industri game. Tapi, kami juga ingin memastikan bahwa kami telah menemukan format yang sesuai dengan kebutuhan industri." Dia meyakinkan, untuk mencari tahu format yang tepat, ESA akan mendengar opini dan saran dari para pelaku industri game.

"E3 akan berubah agar acara ini tetap bisa memenuhi kebutuhan dari perusahaan-perusahaan game yang memang ingin melakukan marketing di acara global," kata Pierre-Louis. "Hal ini berarti, kami harus mengubah cara orang-orang berinteraksi dalam E3. Kami ingin agar E3 bisa memenuhi kebutuhan perusahaan yang menganggap acara ini sebagai platform penting yang akan terus berubah di masa depan."

Stanley Pierre-Louis, President ESA. | Sumber: The Hollywood Reporter

Lebih lanjut, Pierre-Louis mengatakan, agar ESA bisa mengadakan E3 yang sesuai dengan kebutuhan di industri game, mereka akan terus bertanya pada perusahaan-perusahaan game tentang kebutuhan merkea. Pada saat yang sama, ESA juga akan mengamati bagaimana perusahaan game mendistribusikan aset yang mereka punya.

"Kami juga harus ingat bahwa sekarang, keadaan sudah berubah. Proses pengembangan game tidak lagi sama dan kita juga harus menghadapi masalah ekonomi," kata Pierre-Louis. "Jadi, kami ingin memastikan bahwa kami akan bisa membuat platform yang sustainable, baik di masa sekarang maupun di masa depan."

Pierre-Louis merasa, di tengah lanskap industri game yang terus berubah, ESA harus bisa menemukan formula yang tepat untuk E3. Apalagi karena perusahaan game juga terus menyesuaikan strategi marketing mereka. Kabar baiknya, dia menyebutkan, acara-acara game lain juga sudah mulai kembali diadakan secara offline.

"Acara-acara itu punya skala dan tingkat komitmen investasi yang berbeda dengan E3. Karena itulah, kami tetap harus terus memikirkan cara untuk membuat acara yang dinamis dan sustainable, yang bisa memenuhi kebutuhan pelaku industri game," ujar Pierre-Louis.

Sumber header: Rock Paper Shotgun