8 November 2017

by Yoga Wisesa

Di Tahun 2017 Ini, Nilai Pasar Game Mobile dan Online di Asia Tenggara Diestimasi Sentuh Angka $ 2,2 Miliar

Faktor pendorong pertumbuhan game mobile dan online terbesar di Asia Tenggara tentu saja adalah eSport.

Belakangan, Anda mungkin melihat banyak sekali peluncuran produk gaming hingga dilangsungkannya turnamen-turnamen eSport kelas regional tanah air. Meski ekosistem gaming terlihat sangat ramai, para produsen hardware dan publisher selalu bersikeras bilang bahwa Indonesia masih menyimpan potensi yang begitu besar - menanti untuk dioptimalkan.

Indonesia ialah salah satu negara dengan jumlah populasi gamer terbesar, menyumbang persentase signifikan di Asia Tenggara. Pertumbuhan kawasan ini juga disebut-sebut sebagai yang paling cepat di dunia (diperkuat oleh data Acer), melampaui Amerika Latin. Dan berdasarkan laporan terbaru dari tim Niko Partners, nilai pendapatan dari ranah permainan mobile dan online di Asia Tenggara berpeluang mencapai US$ 2,2 miliar di akhir 2017.

Angka menakjubkan tersebut tentu saja diiringi oleh kenaikan jumlah gamer di Asia Tenggara. Niko Partners mengestimasi, akan ada 300 juta penikmat permainan video online dan mobile di penghujung 2017. Mereka juga memperkirakan, angka itu terus bertambah hingga menyentuh 400 juta jiwa di tahun 2021 nanti. Angka tersebut lebih banyak dari penduduk Indonesia, Malaysia, ditambah Filipina.

Lalu bagaimana dengan gamer PC? Apakah jumlahnya akan berkurang karena game mobile dan online jadi kian populer? Tidak menurut Niko Partners. Mobile gaming hanya jadi faktor penambah, dan tidak akan menggerus ekosistem PC.

Dari hasil analisis Newzoo di bulan April silam, PC diestimasi menjadi  platform ketiga dengan pemasukan terbesar setelah mobile (US$ 46 miliar) dan console (merupakan jumlah dari sistem gaming berbeda, US$ 33,3 miliar), menghasilkan US$ 29,4 miliar di tahun 2017. Newzoo juga melampirkan proyeksi urutan wilayah yang paling besar menghasilkan keuntungan: Asia Pasifik (US$ 51,2 miliar), Amerika Utara (US$ 27 miliar), baru Eropa, Timur Tengah dan Afrika dengan nilai US$ 26,2 miliar.

Menurut pengamatan Niko Partners, metode distribusi game mobile di Asia Tenggara berbeda dari negara-negara Barat. Di Amerika atau Eropa, mayoritas pengguna biasanya memanfaatkan Apple app store atau Google Play buat mengakses konten. Namun di Asia Tenggara, banyak gamer mengunduh langsung permainan dari developer/publisher serta platform app Android third-party lokal. Satu nama paling besarnya adalah Garena.

Lisa Cosmas Hanson selaku managing partner Niko Partners menyampaikan bahwa faktor pendorong pertumbuhan game mobile dan online utama di Asia Tenggara tentu saja ialah eSport, khususnya berkat meledaknya kepopularitasan genre multiplayer online battle arena di sana.

Sumber: VentureBeat. Header: Vainglory.com.