Pokémon GO di tahun 2019 ini telah menginjak usia tiga tahun, dan tampaknya Niantic masih belum berhenti meraup keuntungan besar darinya. Di awal tahun 2019 ini, perusahaan data aplikasi mobile Sensor Tower mengungkap bahwa Pokémon GO telah meraih keuntungan senilai kurang lebih US$795 juta, atau sekitar Rp11,2 triliun. Kini, Sensor Tower kembali melaporkan bahwa game tersebut berhasil mencapai sebuah milestone baru, yaitu revenue sebesar US$3 miliar (sekitar Rp42 triliun) sepanjang masa.
Angka tersebut didapat oleh Sensor Tower dari platform analisis download dan perkiraan revenue milik mereka, yang disebut Store Intelligence. Tentu saja karena ini adalah layanan pihak ketiga, dan bukan laporan resmi dari Niantic (developer Pokémon GO), angkanya hanya berupa perkiraan dan belum tentu akurat. Akan tetapi Sensor Tower memiliki reputasi sebagai salah satu penyedia layanan ASO (app store optimization) yang cukup terpercaya dan banyak digunakan oleh developer.
Whilst not the best comparison, here is one way to put this into perspective.
Pokemon Go grossing $3 billion is the equivalent of selling 50 million copies of a game at $60.
That's more than Pokémon X/Y, Sun/Moon, Omega Ruby/Alpha Sapphire combined. And those games were $40. https://t.co/Kq63mnyVWs
— Daniel Ahmad (@ZhugeEX) October 29, 2019
Pokémon GO pertama kali diluncurkan pada bulan Juli 2016. Hingga saat ini, game augmented reality berbasis lokasi tersebut diperkirakan telah diunduh sebanyak 541 juta kali, dengan revenue rata-rata senilai US$5,6 per unduhan. Sepanjang tahun 2019 hingga Oktober, nilai revenue yang mereka peroleh adalah US$774,3 juta. Masih ada sisa dua bulan lagi sebelum tahun ini berakhir, dan Sensor Tower memperkirakan bahwa revenue Pokémon GO di tahun 2019 akan bisa melampaui rekor tertinggi mereka di tahun 2016, yaitu senilai US$832,4 juta.
Dari seluruh revenue tersebut, 54,4% di antaranya berasal dari pemain di Android/Google Play. Sementara pemain di iOS/App Store menyumbang sebesar 45,6%. Menariknya, jumlah pengguna di Android jauh lebih tinggi dari iOS, yaitu 424,6 juta unduhan. Sementara di App Store aplikasi ini hanya diunduh 116 juta kali. Artinya meskipun jumlah pemainnya lebih sedikit, rata-rata pengguna iOS lebih banyak melakukan in-app purchase daripada pengguna Android.
Mengapa game ini bisa sedemikian populer? Sensor Tower memperkirakan alasan yang mendorong tingginya revenue itu adalah banyaknya update menarik yang diberikan oleh Niantic. Para pemain Pokémon GO tahun ini memang bisa dibilang cukup dimanja, dengan kemunculan konten Team GO Rocket di bulan Juli lalu, kemunculan monster unik Armored Mewtwo, evolusi dari region Sinnoh, hingga event kolaborasi dengan film Detective Pikachu.
Di awal tahun 2020 nanti Niantic juga berencana meluncurkan fitur yang sangat menarik terutama bagi penggemar PvP, yaitu GO Battle League. Fitur ini memungkinkan pemain untuk bertarung melawan pemain lain dari belahan dunia mana pun secara online. Ini merupakan pengembangan dari fitur Trainer Battle yang sudah dirilis di pertengahan 2019 ini. Bedanya, Trainer Battle hanya bisa digunakan untuk bertarung melawan pemain yang berdekatan atau berada di Friend List. Sementara GO Battle League akan menggunakan sistem matchmaking, menjadikannya lebih aksesibel bagi pemain yang ingin bertanding.
Pokémon GO juga memiliki komunitas grassroot yang setia dan gemar bermain secara kompetitif. Meski tanpa ada sirkuit kompetisi resmi, penggemar di seluruh dunia telah menjalankan berbagai turnamen sendiri, bahkan mendirikan liga esports tak resmi yang disebut Silph League Arena. Musim perdananya baru saja diluncurkan pada bulan Januari 2019 kemarin, dan liga ini juga sangat aktif di Indonesia. Anda dapat menyimak perjalanan mereka dalam artikel berikut.
Sumber: Sensor Tower