Pandemik virus Corona memengaruhi banyak industri, tak terkecuali industri game dan esports. Di satu sisi, semakin banyak orang yang bermain game dan menonton streaming game karena mereka disarankan untuk tidak keluar rumah. Di sisi lain, banyak turnamen esports yang harus ditunda atau bahkan dibatalkan. Organisasi esports juga terkena dampak dari virus Corona. Sebagian dari mereka mau tidak mau harus mengurangi jumlah tim esports mereka atau bahkan merumahkan sejumlah karyawannya.
“Ya, ini adalah masa yang sulit. Tapi, satu hal yang kami yakini adalah kesehatan dan keamanan semua orang adalah prioritas utama,” kata CEO dan pendiri NRG Esports, Andy Miller pada The Esports Observer. Dia juga merupakan salah satu pemilik dari tim basket yang berlaga di NBA, Sacramento Kings. Jadi, dia bisa melihat dampak dari pandemik virus Corona pada tim olahraga dan organisasi esports. “Semoga, kita bisa melewati masa sulit ini tanpa harus mengorbankan keselamatan orang-orang,” ujarnya.
Miller dan tim eksekutif Sacramento Kings telah memutuskan bahwa mereka akan tetap membayar gaji para pekerja mereka selama pertandingan NBA dihentikan. Sebanyak 800 orang pekerja masih akan mendapatkan gaji. Sayangnya, organisasi esports tidak dapat melakukan hal yang sama, mengingat pendapatan mereka tidak sebesar tim NBA.
“Organisasi esports tidak memiliki kas hingga jutaan dollar seperti tim NBA yang bisa mendapatkan uang tersebut dari kontrak hak siar dengan stasiun televisi. Organisasi esports juga harus membayar gaji pemain, membiayai operasi markas mereka dan lain sebagainya,” ungkap Miller. “Bagi sebagian organisasi esports, ini berarti ada yang harus mereka korbankan. Tapi, itu bukanlah sesuatu yang buruk. Penyesuaian ini memang sudah harus terjadi, bahkan sebelum pandemik virus Corona.”
Memang, beberapa pemilik tim esports mengaku, organisasi esports kini menghabiskan uang dalam waktu yang lebih cepat dari sebelumnya. Salah satu alasannya adalah karena gaji pemain yang terus naik. Ini mengharuskan para pemilik tim esports untuk melakukan penyesuaian, seperti dengan memecat karyawan atau menghapus sebagian tim yang ada. Namun, seperti yang disebutkan oleh Miller, esports berbeda dengan olahraga tradisional karena pertandingan esports masih bisa diselenggarakan secara online. Ini, menurut Miller, akan menjadi kunci bagi industri esports untuk bertahan.
“Ketika Anda membatalkan liga olahraga tradisional, Anda akan kehilangan uang dari penjualan tiket dan sumber pemasukan lain,” ujar Miller. “Satu hal yang bisa membuat esports bertahan di masa sulit seperti ini adalah karena untuk menyelenggarakan pertandingan esports, para pemain tidak harus ada di ruangan yang sama untuk bermain. Para penonton juga tidak harus menonton di tempat untuk bisa menikmati pertandingan esports.”
Saat ini, memang belum ada pemecatan karyawan besar-besaran oleh organisasi esports. Namun, jika pandemik virus Corona terus berlanjut dan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang dibatasi, hal ini akan membuat turnamen esports kehilangan sebagianpenontonnya, yang akan merugikan sponsor. Dan jika ini terjadi, kemungkinan, organisasi esports memang harus membuat keputusan sulit.