Circle semakin mengecil, tersisa 13 orang dari empat tim. Meski tinggal tiga orang, RRQ.Athena berusaha semaksimal mungkin untuk menguasai area di dalam circle. Suara tembakkan datang dari berbagai sisi. Circle menutup, banyak korban berjatuhan sampai tersisa tim LHDouyu saja. Tim ini pun coba merangsek maju tapi terlambat, daerah circle sudah dikuasai RRQ.Athena. Mereka pun tinggal menembaki LHDouyu yang bergerak ke dalam circle secara ceroboh.
Cerita tadi adalah sepenggal petualangan heroik Chicken Dinner ronde ketiga pada hari pertama dari tim PUBG Mobile RRQ.Athena. Walau menyandang nama RRQ mereka tidak berasal dari Indonesia.
RRQ atau Rex Regum Qeon merupakan sebuah organisasi esports ternama yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Organisasi atau klub ini pertama kali membumbungkan namanya lewat esports Dota 2. Prestasi mereka sangat baik di Dota 2 namun mereka sama sekali tidak lengah melihat peluang untuk merekrut tim di game lain.
Ketika esports mulai booming di Indonesia, RRQ pun segera mencatut beberapa nama terbaik pada beberapa cabang game lainnya. Contohnya seperti tim Oxygen (O2) dari Mobile Legends, tim Endeavour dari Point Blank, membuat tim Arena of Valor, menarik Eggsy pemain terbaik di FIFA 19, sampai membuat tim PUBG Mobile.
Namun menyandang nama King of Kings, RRQ tak serta merta puas merajai Indonesia saja. Memasuki tahun 2018 terlihat RRQ mulai giat mencoba ekspansi, mencatut talenta terbaik internasional untuk membawa bendera mereka. Salah satunya adalah tim RRQ.Athena, tim PUBG Mobile asal Thailand yang berhasil menjadi juara dunia lewat kompetisi PUBG Mobile Star Challenge 2018.
Kita semua penggemar esports mungkin jadi penasaran. Sebuah organisasi esports yang berbasis di Indonesia mengelola sebuah tim di negara lain? Bagaimana caranya? Apa tantangannya?
Hal ini sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh organisasi esports lainnya. Nama besar seperti Fnatic contohnya. Mereka berbasis di Berlin, Jerman namun mereka mengelola tim esports di berbagai negara di dunia. Fnatic Dota berbasis di Kuala Lumpur Malaysia, Fnatic Rainbow Six berbasis di Australia, dan Fnatic, CS:GO berbasis di Swedia.
Namun untuk organisasi esports Indonesia, ini merupakan hal baru. Walau mungkin bukan yang pertama melakukannya di Indonesia, langkah RRQ ini terbilang sebagai langkah yang berani dan terbukti membuahkan hasil; membawa nama brand esports Indonesia jadi mendunia.
Maka dari itu, pada kesempatan Meet & Greet dengan tim RRQ.Athena yang Hybrid hadiri pada 10 Januari kemarin di Warunk Upnormal Grogol kemarin, kami pun menanyakan serba-serbi peran manajemen RRQ serta tantangan mengelola tim esports di luar Indonesia. Menjawab hal tersebut, Andrian Pauline (AP) selaku CEO tim RRQ pun angkat bicara.
Mengingat prestasi RRQ.Athena yang begitu gemilang, Hybrid cukup penasaran soal peran manajemen RRQ dalam mengelola tim tersebut. Menanggapi hal tersebut, AP pun mengakui bahwa sebenarnya kemenangan ini sepenuhnya ada di tangan tim Athena sendiri.
“Jadi kami kalau nggak salah baru 6 bulan caplok tim Athena ini, jadi saya akui peran RRQ cukup minim di sini. Gaming house gitu kami belum kasih, device pun baru beberapa bulan belakangan kami berikan. Jadi untuk kemenangan ini sepenuhnya ada di tangan tim Athena itu sendiri. Tambahan dukungan kami saat PMSC 2018 adalah dukungan moril dengan kehadiran manajemen RRQ di Dubai, Uni Emirat Arab, saat itu.” Cerita AP.
Mengelola tim berisikan pemain dari luar negeri, tentu memberi tantangan tersendiri; misalnya soal perbedaan bahasa ataupun budaya. Terkait tantangan ini, kami juga menanyakan hal tersebut kepada AP. Ia pun menjawab bahwa justru mengelola pemain yang berasal dari Thailand memberikan RRQ pengetahuan baru dan pengalaman baru.
“Iya, jadi yang kami cukup kaget adalah saat membahas kontrak ada klausul perkara lembur. Mereka (pemain Athena dari Thailand) cukup ketat soal ini dan memberi ketentuan bayaran lembur apabila latihan lebih dari jumlah jam yang diwajibkan manajemen. Ternyata dari situ ketahuan bahwa mereka latihannya sangat keras: diwajibkan 10 jam oleh manajemen, mereka latihannya malah sering overtime sampai 12 jam atau lebih.” Jawab AP.
Siapa yang sangka kalau ternyata disiplin serta etos kerja para gamers Thailand begitu keras dan juga punya tekad yang kuat. Tak heran RRQ Athena bisa menjadi juara di PMSC 2018 kemarin.
“Kami manajemen RRQ malah kaget, budaya esports para pemain Thailand ini luar biasa sekali: latihannya sangat keras, disiplin, juga sangat profesional. Maka dari itu mengetahui soal ini, kami pun ingin mencoba membawa budaya tersebut kepada divisi RRQ lainnya.” Tutup AP.
RRQ Athena adalah juara dunia kompetisi internasional PUBG Mobile yang bertajuk PUBG Mobile Star Challenge 2018 (PMSC 2018), di Dubai, Uni Emirat Arab tahun 2018 lalu. Tim yang berisikan pemain dari Thailand tersebut diakuisisi oleh Rex Regum Qeon, organisasi esport yang berbasis di Indonesia, setelah menunjukkan prestasi dan potensi permainannya.