Bank Yudha Bhakti (BBYB) sudah ada di depan mata untuk bertransformasi menjadi bank digital. Perubahan identitas menjadi Bank Neo Commerce adalah salah satu strateginya.
Kepada DailySocial, Direktur Utama Bank Yudha Bhakti Tjandra Gunawan mengatakan, dalam transformasi ini perseroan mengalihkan keseluruhan proses kerja dan model bisnis sebagai bank konvensional menjadi digital. Tak terkecuali keberadaan kantor cabang yang jumlahnya bakal dibatasi dan ditransformasi menjadi spot menarik untuk menarik nasabah merasakan pengalaman perbankan digital seperti apa dan bagaimana.
Dalam mempersiapkan keseluruhan itu, dia menuturkan internal menyiapkan tim profesional yang solid dan terbuka untuk merekrut lebih banyak talenta baru di berbagai keahlian di bidang teknologi. Dibantu juga lewat kerja sama dengan dua perusahaan teknologi tersohor asal Tiongkok, yakni Huawei dan Sunline.
“Kami percaya dengan kerja sama ini, BBYB dapat lebih berinovasi dalam menciptakan produk-produk digital terutama dengan penyediaan infrastruktur serta integrasi sistem yang lengkap. Sehingga ke depannya dapat memberikan dukungan yang baik bagi perkembangan digital BBYB, serta dapat menjamin pertumbuhan di masa mendatang,” kata Tjandra.
Dia mengaku, proses transformasi ini bukan perkara mudah apalagi buat bank yang sudah berusia 30 tahun dan melayani segmen pensiunan TNI. Meski digitalisasi sebenarnya adalah hal yang positif, tapi dalam perubahan selalu menjadi tantangan tersendiri.
“Kami menyikapi dengan pikiran terbuka dan dengan suatu perencanaan yang matang. Gap demografi, golongan, dan generasi adalah yang terpenting yang harus dijembatani. Oleh karenanya kami terus mengadakan sosialisasi, komunikasi, dan evaluasi secara berkesinambungan.”
Sedari awal, sambungnya, visi awal perseroan adalah menjadi bank ritel yang solid, tumbuh, dan berkembang secara berkelanjutan. Adapun misinya adalah mengkreasi suatu nilai yang optimal bagi pemegang saham dan stakeholder pada umumnya.
“Visi dan misi ini masih sejalan dengan rencana BBYB menjadi bank digital, yaitu pengembangan teknologi yang berkesinambungan dan berkelanjutan dalam meningkatkan produk-produk ritel yang ada serta meningkatkan acquisition user yang lebih luas.”
Butuh permodalan kuat
Bermain di bisnis digital, tentunya membutuhkan kapital yang tidak sedikit. Akulaku memainkan peran di dalam tubuh perseroan untuk menginjeksinya agar visi dan misi terwujud.
BBYB sudah naik kelas menjadi bank BUKU II (modal inti Rp1 triliun-Rp5 triliun) setelah melakukan rights issue atau Penarawan Umum Terbatas III (PUT) dengan raihan dana sebesar Rp150 miliar pada Juli 2020. Penambahan modal ini melenggangkan rencana ekspansi bisnis yang berkaitan dengan teknologi digital.
Per Juni kemarin modal inti BBYB masih berada di angka Rp936,43 miliar. Secara berangsur-angsur modal inti BBYB terus menanjak naik dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp702,75 miliar.
Setiap pergelaran rights issue dilakukan, selalu diikuti oleh Akulaku sebagai pembeli siaga untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya. Akulaku pertama kali menggenggam saham BBYB pada Maret 2019 dengan kepemilikan 8,9% yang dibeli dari pemegang saham pengendali pada saat itu PT Gozco Capital.
Adapun per Juli 2020, struktur kepemilikan saham di BBYB terdiri atas PT Akulaku Silvrr Indonesia (24,98%), PT Gozco Capital (20,13%), PT Asabri (Persero) (18,62%), Yellow Brick Enterprise Ltd (11,10%), dan publik (25,17%).
Mengutip dari keterbukaan informasi BEI, perseroan kembali menggelar rights issue PUT IV pada September mendatang. Perseroan akan menjual 5 miliar saham baru seharga Rp100 per lembarnya, dana segar yang ditargetkan dari putaran ini sebesar Rp500 miliar.
Tjandra menyebut Akulaku akan kembali masuk sebagai pembeli siaga di sini dan segera menjadi pemegang saham mayoritas. “Rencananya begitu. Memang mereka sangat serius sekali bekerja sama dengan kami membangun BNC (Bank Neo Commerce) untuk jadi The Best Digital Bank in Indonesia. We may not be the 1st Digital Bank in Indonesia, but we are aiming to be the best.”
Pengaruh Akulaku dan pengembangan produk berikutnya
Gelombang bank digital tidak hanya disasar oleh BBYB saja, tapi juga perbankan lainnya dalam waktu yang bersamaan. Tjandra mengaku, perseroan memiliki proposisi yang berbeda dibandingkan yang lainnya, terutama didukung oleh kehadiran salah satu pemegang saham utamanya yakni Akulaku yang bergabung ke dalam ekosistemnya.
Perseroan bersama Akulaku akan melakukan kombinasi segmen pasar, selama ini hanya fokus pada pensiunan dan pegawai saja, akan merambah pada pembiayaan mikro dan ritel. Oleh karenanya, saat ini perseroan sedang dalam persiapan untuk mengoptimalkan pengembangan teknologi dan digitalisasi Loan Origination System dan Online Financing terkait proses pemberian persetujuan dan penyaluran kredit.
“BBYB juga sedang mengembangkan open banking di sistem pembayaran melalui perumusan Standar Open API, maka itu menjadi salah satu competitive advantages kami. Dan tentu, ke depannya proses transaksi dan identifikasi konsumer kami akan jauh lebih seamless dan transaction cost bagi para konsumer akan sangat minim.”
Tak lupa, aplikasi mobile banking juga tengah dipersiapkan. Menurut Tjandra, kehadiran aplikasi ini nantinya akan membuka pintu lebar-lebar sinergi lebih jauh antara perseroan dengan pemegang sahamnya tersebut.
“Di mana system cross selling antar platform ataupun aplikasi yang dimiliki masing-masing juga akan lebih terintegrasi. Hal tersebut sekaligus menjadi pintu masuk untuk kerja sama BBYB dengan perusahaan-perusahaan sejenis lainnya, sehingga ekosistem kami akan semakin luas.”
Agenda lainnya bersama Akulaku adalah sedang berlangsungnya uji coba sistem untuk produk-produk keuangan BBYB yang nantinya bisa diakses melalui platform Akulaku dalam waktu dekat.
Baik aplikasi maupun open banking API ini rencananya akan dirilis pada kuartal keempat tahun ini. “Tentunya akan ada beberapa fase dalam implementasinya, tapi diharapkan semuanya akan rampung pada kuartal I tahun depan,” tandasnya.
Adapun saat ini, berdasarkan kinerja perseroan per Juli 2020, disebutkan BBYB memiliki produk kredit, antara lain kredit komersial, konsumer, dan UKM. Tidak seluruh kredit konsumer disalurkan ke Akulaku, melainkan dalam bentuk channeling melalui PT Akulaku Finance Indonesia. Kredit channeling ini memperkuat kinerja kredit BBYB. Per Juli mencapai Rp53,67 miliar dengan NPL 0,47%.