Kalau diperhatikan, di sepanjang tahun 2012 kemarin nyaris tak ada terobosan atau gebrakan yang dilakukan oleh Bakrie Telecom (BTEL). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, operator CDMA dengan merek Esia ini seperti tenggelam di tengah kompetisi selular yang ketat. Disinyalir, salah satu musababnya adalah hengkangnya Erik Meijer yang kini bergabung di Indosat. Di tahun 2013 ini, perusahaan milik grup Bakrie tersebut berusaha untuk bangkit dengan strategi baru.
Jika sebelumnya hanya fokus ke segmen retail atau konsumer dengan kartu Esia-nya, sekarang mereka akan merambah segmen korporat. Itulah strategi baru yang akan diterapkan. Ekspansi ini rupanya tak lepas dari peran orang baru di lingkungan BTEL, yaitu Ardian Asmar, VP Enterprise Sales Bakrie Telecom. Sebelumnya, pria ini telah berkecimpung cukup lama di IBM dan Oracle yang memang lebih cakap di bermain di segmen korporasi.
Dalam wawancara yang kami lakukan, Ardian mengemukakan alasan untuk membidik pelanggan korporat. Sektor ini menurutnya memiliki peluang yang besar karena belum digarap maksimal oleh operator. Hanya Telkom yang dianggap serius bermain di sini, padahal semua operator memiliki infrastruktur dan teknologi yang mendukung, namun tidak proaktif dalam menawarkan layanannya. Selain itu, jika hanya bermain di retail, pihaknya tidak akan mampu menandingi kedigdayaan tiga operator terbesar.
Meski akan lebih serius menggarap korporasi, Ardian juga menyatakan bahwa perusahaan tidak akan meninggalkan bisnis intinya. Bisnis retail seperti penjualan kartu perdana, voucher, dan pemaketan produk akan terus berjalan, beriringan dengan bisnis korporasi yang Ia rintis. Agar lebih fokus, BTEL membuat divisi baru yang diberi label Esia Bizmax sebagai payung untuk produk-produk yang menyasar korporat. Brand Esia Bizmax sendiri dikatakan segara diluncurkan dalam waktu dekat ini.
Untuk tahap awal sekaligus penjajakan pasar, pada bulan Januari ini pihaknya merilis produk baru yang bernama Esia Audio Conference. Layanan konferensi berbasis suara ini diklaim menghemat biaya percakapan telepon hingga 29% dibanding kompetitor (Telkom). Setelah Audio Conference, serangkaian layanan solusi korporat juga akan segera diperkenalkan seperti VPN, Leased Line, dan sebagainya.
Strategi baru yang dilakukan BTEL dengan ekspansi ke solusi korporat terlihat menarik karena berani keluar dari kotak, namun apakah Esia Bizmax akan diterima oleh pasar? Selama ini brand Esia sudah terlanjur dicap sebagai operator CDMA dengan pasar menengah ke bawah yang tarifnya murah meriah, sehingga wajar jika ada keraguan ketika mereka mengarah ke segmen ini.
Selain itu, pemain yang membidik segmen perusahaan bisa dibilang sangat banyak, dari pemain kecil hingga yang berskala global, dan layanan yang dimiliki seperti audio conference, VPN, Leased Line, dan lainnya juga bukan barang baru lagi. Sepertinya, jalan yang akan ditempuh perusahaan ini masih terjal dan berliku. Bagaimanapun, ini menjadi tantangan bagi BTEL jika ingin tetap bermain di industri telekomunikasi massal di Indonesia.