Bagaimana AI Digunakan Sebagai Pembawa Berita

Selain Indonesia, Tiongkok, Kuwait, dan India juga sudah mencoba menggunakan AI sebagai pembawa berita

Pada akhir April 2023, TvOne memperkenalkan tiga pembawa berita Artificial Intelligence (AI): Nadira, Sasha, dan Bhoomi. Ketiganya pun langsung hadir di TV. Nadira dan Sasya membawa berita tentang keadaan jalan tol trans Jawa selama Idul Fitur dan keputusan PDIP untuk menjadikan Ganjar Pranowo sebagai kandidat presiden. Sementara Bhoomi mengusung berita tentang gaya hidup, termasuk kuliner dan mode.

CEO TvOne, Taufan Eko Nugroho mengaku, saat ini, kualitas suara dari tiga presenter AI ini memang belum sebaik pembawa berita manusia. Meskipun begitu, kemampuan ketiga AI tersebut sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan enam bulan lalu. Lebih lanjut, dia menambahkan, AI kini berkembang dengan sangat pesat. Dia yakin, dalam enam bulan ke depan, presenter AI TvOne akan terus menjadi lebih baik, seperti yang disebutkan oleh Digination.

TvOne bukan satu-satunya perusahaan media yang menggunakan AI sebagai pembaca berita. Sebelum ini, Tiongkok telah melakukan hal yang sama. Selain itu, India dan Kuwait juga tertarik untuk menggunakan AI sebagai pembaca berita.

Tiongkok Sudah Mulai Gunakan Presenter AI di 2018

Xinhua, media asal Tiongkok, memperkenalkan pembawa berita AI pada November 2018. Ialah Qiu Hao, yang tampil sebagai pria dengan kemeja putih, dasi merah, serta jas. Sang pembawa berita AI ini mengatakan, "Tidak hanya saya bisa menemani Anda 24 jam dalam sehari, 365 hari dalam setahun, saya juga diproduksi secara massal, sehingga saya bisa menyampaikan berbagai berita pada Anda."

Qiu Hao merupakan AI yang menjadi pembawa berita. | Sumber; Xinhua News via The Guardian

Selain Qiu Hao, Xinhua juga menunjukkan presenter AI lain, yang bisa berbahasa Inggris. Dikutip dari The Guardian, ia mengungkap, "Industri media yang terus berkembang mengharuskan perusahaan untuk tidak hanya terus berinovasi, tapi juga mengintegrasikan berbagai teknologi baru dalam operasi mereka."

Kedua pembawa berita AI ini merupakan hasil kerja sama antara Xinhua dan perusahaan search engine Tiongkok, Sogou. Dikembangkan menggunakan machine learning, dua AI tersebut dapat meniru suara, raut wajah, dan gerakan dari pembawa berita manusia. Harapannya, pembawa berita AI itu akan tampil layaknya manusia.

Xinhua menjelaskan, kegunaan teknologi AI yang mereka punya tidak terbatas pada membaca berita. Mereka bisa menyesuaikan fungsi AI dengan kebutuhan klien, bahkan jika mereka berasal dari industri lain. Wang Xiaochuan, Head of Sogou, menjadikan aplikasi pembaca buku, Uncle Kai, sebagai contoh.

Xinhua bukan satu-satunya perusahaan media Tiongkok yang memiliki pembawa berita AI. Pada Maret 2023, People Daily juga mengumumkan keberadaan presenter AI mereka, yang dinamai Ren Xiaorong, menurut laporan Peta Pixel.

Sama seperti pembawa berita AI milik Xinhua, keunggulan utama dari Xiaorong adalah karena ia bisa terus bekerja sepanjang hari dalam setahun, tanpa istirahat. People Daily juga mengklaim, Xiaorong punya keahlian yang setara dengan "ribuan pembawa berita".

Kekhawatiran Awak Media di India akan AI

Mengikuti jejak Tiongkok, India juga menunjukkan ketertarikan untuk menggunakan AI di industri media. Bulan lalu, channel Aaj Tak -- yang ada di bawah naungan India Today Group -- memperkenalkan pembaca berita AI bernama Sana. Tugas dari AI ini adalah untuk memberikan berita terbaru sebanyak beberapa kali dalam sehari. Dilatih menggunakan teknologi text-to-speech, Sana memiliki tampilan layaknya manusia.

"Sudah pasti, AI akan punya dampak ke dunia jurnalistik secara umum," kata Shailaja Bajpai, kritikus media, menurut laporan The Hindu. "Namun, sekarang masih terlalu awal untuk mengetahui seberapa besar dampak dari penggunaan AI di industri media."

Lebih lanjut, Bajpai mengatakan, AI memang bisa digunakan untuk membacakan berita. Namun, ia tidak bisa berekspresi layaknya manusia. Selain itu, AI juga belum bisa digunakan sebagai moderator dari debat, seperti yang dilakukan oleh news anchor manusia.

Bajpai sadar, AI tetap menjadi ancaman bagi pekerja industri media. Namun, dia optimistis, di bidang jurnalisme, tetap ada beberapa hal yang hanya bisa dilakukan oleh manusia, seperti jurnalisme investigasi serta memberikan laporan langsung dari tempat kejadian.

Bajpai berkata, "Kita harus bersiap untuk berubah dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang muncul akibatnya teknologi baru seperti AI. Jika tidak, kita akan tergantikan."

Kekhawatiran Bajpai bukannya tidak berdasar. Saat ini, di bidang media, AI tidak hanya digunakan sebagai pembawa berita. Beberapa perusahaan media telah bereksperimen, menggunakan AI untuk menulis berita.

Kuwait News Perkenalkan Fedha

Tak mau ketinggalan, Kuwait News juga memperkenalkan pembaca berita AI, Fedha, melalui Twitter. Fedha hadir sebagai sosok perempuan yang mengenakan kaos putih dan jas hitam. Dalam bahasa Arab, Fedha memperkenalkan diri, "Saya Fedha, pembaca berita AI pertama di Kuwait. Saya bekerja untuk Kuwait News. Berita seperti apa yang Anda ingin tahu?"

Abdullah Boftain, Deputy Editof in Chief dari Kuwait News mengungkap, Fedha dibuat dengan tujuan untuk mencari tahu potensi AI di industri media. Harapannya, keberadaan AI seperti Fedha bisa membantu mereka untuk menawarkan konten baru dan inovatif. Lebih lanjut dia mengatakan, di masa depan, Fedha akan emberikan berita melalui akun Twitter Kuwait News.

"Dalam bahasa Kuwaiti, Fedha mengacu pada kata perak," kata Boftain, dikutip dari The Guardian. "Kami selalu menganggap, robot itu memiliki warna perak metalik. Jadi, kami menggabungkan kedua unsur itu ke dalam nama Fedha."

Sumber header: Digination