Dalam rangkaian Racing Simulator Festival, AMD turut menggelar acara GAMERS GATHERING WITH ZEN POWERED PC pada tanggal 24 Maret 2019 di Mangga Dua Mall. Selain memamerkan dan mengijinkan para pengguna untuk mencoba berbagai komponen AMD terbaru, mereka juga menggelar sebuah kompetisi yang sedikit berbeda dengan kebanyakan sponsor lain di ekosistem esports Indonesia.
Pasalnya, AMD menggelar turnamen untuk game simulasi balap, Assetto Corsa. Acara yang kali ini juga didukung oleh ASUS ROG, ASRock, AORUS, dan MSI Gaming adalah kali kedua AMD menggelar turnamen untuk esports yang kurang populer. Sebelumnya, AMD juga menggelar kompetisi untuk Fighting Games Community (FGC) yang bertajuk AMD eSports FIGHT! Championship 2018.
Genre Fighting dan Sim Racing, seperti yang saya tuliskan tadi, memang mungkin bukan jadi yang paling populer di Indonesia sekarang. Di platform PC, predikat genre esports terlaris masih dipegang oleh Dota 2 (MOBA). Itu pun juga sekarang masih kalah jauh popularitasnya dengan platform mobile dengan Mobile Legends (MOBA), PUBG Mobile (Battle Royale), dan Free Fire (Battle Royale) nya.
Lalu, kenapa AMD justru mau memberikan ruang kompetitif kepada genre yang kurang populer alias kaum-kaum yang termarginalkan? Hahaha… Apa tujuannya? Bagaimana juga AMD melihat esports sim racing di Indonesia? Kami pun mengajak berbincang Anes Budiman, Channel Manager untuk AMD Indonesia soal ini.
Kenapa sih AMD justru memilih genre esports yang bukan paling laris? Kemarin ada FGC, sekarang Sim Racing.
“Karena untuk eksplor genre esports yang sebenarnya ada dan hidup di Indonesia. Judul game yang dipertandingkan yang itu-itu terus sebenarnya baik juga karena semakin sering latihan/bertanding maka akan semakin baik juga hasilnya. Akan tetapi genre esports di seluruh dunia itu banyak dan beragam, berbanding lurus juga dengan jumlah penduduk di Indonesia yang juga banyak. Maka dari AMD selalu coba mengeksplor genre-genre yang kelihatannya kurang populer itu tadi padahal berprestasi, melalui kampanye global kami yakni AMD eSports.” Jawab Anes yakin.
Bagaimana AMD melihat esports sim racing di Indonesia?
Anes pun menjawab, “masa depannya cerah karena sudah bernaung langsung di bawah IMI (Ikatan Motor Indonesia); yang artinya racing simulator (atau eMotorsports menurut mereka) sudah diakui dan patut diapresiasi karena ada asosiasi langsung yang nantinya akan menjadi ‘gerbang’ ke arah yang lebih baik harapan ke depannya. Ditambah juga kita sudah punya atlet yang prestasinya sama sekali tidak bisa dianggap remeh, Andika Rama Maulana yang juga sebagai AMD Team Red (program AMD eSports di Indonesia) bersama dengan tim Alter Ego sejak tahun lalu.”
Ia pun menambahkan bahwa sim racing juga bisa digunakan sebagai sarana yang positif untuk mengenalkan anak muda ke dunia otomotif. Muasalnya, menurut Anes, sim racing sendiri juga sudah 100% berkaitan dengan dunia balap internasional. Hal ini senada dengan yang diucapkan oleh Indra Feryanto, Ketua Komisi eMotorsport dari IMI yang sebelumnya kami wawancarai.
“Siapa yang tahu kalau kita memiliki bibit lain yang bisa menjadi ‘the next’ Rifat Sungkar di reli ataupun Rio Haryanto yang berhasil menembus F1.” Sambungnya.
Lalu sebenarnya apa tujuan AMD membuat kompetisi spesifik untuk sim racing?
“Tujuan utamanya balik lagi seperti poin pertama: untuk mengeksplor genre esports yang sebenarnya hidup di Indonesia. Dan harapannya akan muncul gamer/atlet baru yang bisa bersandingan dengan Rama mengharumkan nama Indonesia di luar sana. Yang terakhir juga untuk mengenalkan teknologi dan produk AMD seperti CPU Ryzen dan GPU Radeon RX yang krusial bagi para antusias maupun atlet yang berkecimpung di Sim Racing PC. Karena secara platform, PC menawarkan fleksibilitas lebih jauh untuk mendalami Sim Racing itu sendiri.” Tutup Anes.
–
Strategi yang digunakan AMD ini memang sebenarnya sangat menarik karena memang berbeda dari kebanyakan sponsor esports yang lebih memilih mencari pusat keramaian. Namun, menurut saya pribadi, strategi ini juga sangat masuk akal.
Kenapa? Karena event esports sekarang sudah banyak jumlahnya. Tak jarang, event-event tersebut juga bertabrakan jadwalnya karena begitu banyak. Dengan begitu banyaknya event, bahkan juara turnamen-turnamen tadi saja sudah tak mudah diingat dalam waktu 3 bulan kemudian. Jika juaranya saja mudah terlupakan, apalagi sponsornya?
Mengeluarkan biaya untuk jadi sponsor event esports sendiri juga tidak murah. Tentunya, biaya tersebut jadi tidak sebanding dengan impact yang didapat jika 3 bulan berikutnya sudah terlupakan. Dengan memilih genre-genre yang tak disentuh oleh sponsor lain, AMD jadi lebih mudah diingat sebagai sponsor event untuk waktu yang lebih lama. Plus, dari pengalaman saya berkecimpung di industri ini selama 10 tahun, komunitas-komunitas kecil yang biasanya terpinggirkan akan lebih loyal terhadap mereka-mereka yang mau memberikan dukungan; ketimbang komunitas yang jumlahnya lebih masif.
Akhirnya, bagaimana kelanjutan AMD mendukung perkembangan ekosistem esports tanah air di 2019 ini ya? Kira-kira kapan lagi mereka akan menggelar turnamen untuk FGC ataupun sim racing? Atau apakah mereka akan memberikan dukungan ke game-game lainnya lagi yang kurang populer?