Dark
Light

Alasan Yang Bagus Untuk Menghapus Account Facebook Anda

1 min read
May 22, 2010

Belakangan ini Mark Zuckerberg mungkin sedang pusing kepala, berbagai macam masalah yang menimpa dirinya dan juga perusahaannya yang kini bernilai 10 milyar dollar. Facebook adalah sebuah layanan yang dimulainya dari proyek iseng bersama beberapa rekannya saat berkuliah di Harvard, Universitas yang sama ketika Bill Gates memulai Microsoft.

Di masa awal pengembangan Facebook, situs itu ditujukan sebagai sarana komunikasi antar mahasiswa Harvard, sebuah niche social network yang sedikit banyak mengambil konsep Friendster kala itu. Namun tentu saja Zuckerberg menambahkan banyak fitur yang menjadikan TheFacebook, namanya saat itu, menjadi sangat populer di kalangan mahasiswa Harvard sampai akhirnya menjadi konsumsi global.

Namun sejak masa awal dibangunnya Facebook, beberapa orang sudah memiliki kekhawatiran mengenai fungsi beberapa fitur yang populer dan disukai pengguna yaitu pengguna dimampukan untuk mengupload data dan informasi ke situs tersebut. Data dan informasi ini tentu sangat berharga, dan para pengguna justru dengan senang hati dan (sepertinya) ikhlas mengupload banyak hal ke dalam Facebook. Isu privasi di Facebook sudah melanda sejak pertama kali dikembangkan, dan reaksi Zuckerberg kala itu :

They “trust me”. Dumb fucks.

Mungkin kalau waktu itu Zuckerberg tahu bahwa Facebook akan menjadi sebesar seperti sekarang, dia akan mencari jawaban yang lebih diplomatis dan tidak menyebut pengguna setianya sebagai “dumb fucks”. Namun nyatanya hingga sekarang kebanyakan pengguna yang sangat apatis dan terkesan tidak peduli dengan isu privacy yang kian parah melanda Facebook. Dumb fucks.

Did you know : setiap konten yang kalian upload ke Facebook (foto, video, status, notes, etc) secara hukum menjadi kepunyaan dari Facebook?

Belum lagi ada berita terbaru yang menyatakan bahwa Facebook ternyata memberikan data pengguna kepada advertiser yang memasang iklan di situsnya. Menurut sebuah laporan di BusinessInsider, Facebook memberikan nama, umur, hometown dan pekerjaan pengguna yang mengklik sebuah iklan kepada para advertisernya. Ini benar-benar pelanggaran hak privasi user.

Ini masalah serius, mungkin beberapa orang yang saya temui justru berkilah masalah privasi semu di Internet. There’s no such thing as privacy on the internet, begitu katanya. Kalau mau menjaga privasi sepenuhnya di Internet ya jangan melakukan apapun di internet, bahkan jangan terkoneksi ke internet sama sekali. Mungkin ada benarnya, namun disini saya tidak membicarakan internet, karena pada kenyataannya masih banyak situs web yang tidak memiliki masalah dengan privasi para penggunanya. Twitter, Flickr, Wikipedia, Digg, etc. Semuanya situs yang bergantung pada data dan informasi yang diberikan oleh user, namun setidaknya privasi user masih dijaga dan hak kepemilikan masih ada di user.

Sebenarnya itu menjadikan anda memiliki dua alasan untuk menghapus account Facebook anda. Lalu, apakah saya sendiri akan menghapus account Facebook saya? Not right now. It’s a Work thing. Saya harus rela menjadi “dumb fucks” untuk beberapa bulan ke depan, semoga tidak terlalu lama.

Bagaimana dengan anda? Akan menghapus atau tetap menggunakannya? Ayo dong, kasi tau alasannya di kolom komentar.

Rama Mamuaya

Founder, CEO, Writer, Admin, Designer, Coder, Webmaster, Sales, Business Development and Head Janitor of DailySocial.net.

Contact me : [email protected]

21 Comments

  1. Hahaha, iya, gw juga mesti jadi “dumb fucks” selama belum ada Social Media lain yg bisa menjalin koneksi dengan temen-temen gw yang udah 10 tahun ga pernah ketemu.

  2. Mas Rama, mau nanya:

    1. User info data itu kan diminta hampir semua site yang mengharuskan kita login. Bukan cuma FB kan ya. Saya gak paham kenapa yang di FB bisa berbahaya bagi user, sementara site lain tidak (atau saya keliru nangkep pesan di post ini?). Minta penjelasan lebih lanjut dong.
    2. Soal “konten jadi milik Facebook,” harusnya gak boleh gitu ya? Di site lain juga?
    3. Ada gak hukum internet (kaya license itu lho) yang mengatur soal privacy dan user info data?
    4. Bukannya account FB gak bisa dihapus ya? Cuma bisa deactivated setahu saya, dan sewaktu-waktu bisa di-reactivated. Dulu pernah coba pas masih main game, semua data nggak kehapus lho.
    4. Minta saran solutif dong, kalau inaktifkan account FB, untuk freelancer seperti saya ini, networking sebaiknya di mana? Karena setahu saya Linkedin sudah tidak seheboh dulu, Twitter pun masih kalah dari FB (berdasar jumlah pengguna).

    Maaf nanya banyak. Saya juga, tadinya kan daftar FB buat main game, trus buat networking. Sekarang gak yakin lagi, tapi mau hapus juga… Orang-orang masih pada pakai FB.

  3. Soal info login sih wajar, cuma soal konten yang kita upload : foto, notes, video, status itu secara legal jadi milik Facebook. Nah karena secara “legal” jadi milik Facebook, dia jadi berhak memberikan data-data sensitif kita ke para advertiser yang membayar Facebook untuk iklan.

    Saya pribadi sih berfikir kalau data-data pribadi (info, pekerjaan, umur, keluarga) itu kan sensitif sekali ya, nggak etis banget kalau dijual sama Facebook meskipun kita pake Facebook juga gratis.

    Solusinya untuk saya pribadi : i will stop uploading sensitif info to Facebook. Saya nggak akan upload foto dan video kesana, mending ke Flickr or YouTube. Soal networking, selama belum muncul yang baru ya jadi sulit toh? One reason kenapa masih banyak yang bertahan meskipun sudah tahu resikonya.

  4. Diaspora is a dream. Itu cuma konsep yang di-overhype. 4 orang mahasiswa punya impian dan konsep untuk dunia internet yang lebih baik, minta duit untuk mewujudkan konsep itu dan berakhir dengan ratusan ribu dollar yang disumbangkan dari banyak pihak.

    We'll see ke depannya gimana, tapi sekarang Diaspora is just a concept and a dream. That's it.

  5. Soal info login sih wajar, cuma soal konten yang kita upload : foto, notes, video, status itu secara legal jadi milik Facebook. Nah karena secara “legal” jadi milik Facebook, dia jadi berhak memberikan data-data sensitif kita ke para advertiser yang membayar Facebook untuk iklan.

    Saya pribadi sih berfikir kalau data-data pribadi (info, pekerjaan, umur, keluarga) itu kan sensitif sekali ya, nggak etis banget kalau dijual sama Facebook meskipun kita pake Facebook juga gratis.

    Solusinya untuk saya pribadi : i will stop uploading sensitif info to Facebook. Saya nggak akan upload foto dan video kesana, mending ke Flickr or YouTube. Soal networking, selama belum muncul yang baru ya jadi sulit toh? One reason kenapa masih banyak yang bertahan meskipun sudah tahu resikonya.

  6. Memang facebook ini cukup aneh menurut saya. Agak egois juga ada malahan. Lihat saja dari jumlah setting yang mencapai 50 dengan 170an opsinya. Saya quote dari bcc, http://www.bbc.co.uk/blogs/thereporters/maggies

    <quote>A graphic by the New York Times shows just how confusing and bewildering Facebook's privacy policy is with 50 settings and 170 options.

    The paper also reveals that the policy is longer than the United States' constitution with 5,830 words</quote>

    Ini facebook adalah web 2.0 atau ingin membangun dinasti? hmm.. lihat saja kedepannya bagaimana

  7. mas rama, mau tanya juga… content berupa foto, video, notes itu manfaatnya untuk advertiser nya facebook apa aja ya mas? kalo status mungkin untuk trend topic seperti pada tweeter kali ya?

    data yang facebook berikan adalah data yang meng-klik iklan, member group brand pengiklan sajakah?

  8. Jadi miris sekaligus dan terkadang tidak ambil pusing hal ginian.. setidaknya sampai beberapa bulan kedepan *mengutip akhir tulisan sampean 🙂

  9. bener2 walled garden, mereka menyediakan option untuk memproteksi privasi dengan 50an setting meski mereka tahu bahwa pengguna tidak akan mau repot melakukannya.

  10. Saya pikir para advertiser lebih bisa mempelajari behavior target audience-nya dengan lebih baik dengan cara seperti ini, ternyata peminat produk saya rata2 di kota X, bekerja sebagai X dan memiliki X anak. Penting, tapi berbahaya.

    namun lagi-lagi, tidak dengan membeberkan data sensitif milik pengguna.

  11. ga dulu deh kayaknya gwa mau jadi “dumb fucks” untuk beebrapa bulan ke depan. jujur saja penghasilan gwa lewat facebook 3 – 5 kali gaji first graduate. sorry to say nih gwa ga ikut2an dulu hehehe..

  12. yang pasti harus lihat Terms Of Agreement atau semacam persetujuan yang ada di FB, baca dulu dan pilah2 mana konten yang bisa diupload mana yang tidak…

    agak setuju dengan statement privacy di internet itu bias dan cenderung gak ada, sekali kita upload konten ke internet, maka privacy itu hilang, tapi sebenarnya kalau mau rajin lihat agreement yang ditawarkan oleh penyedia layanan aplikasi, kita bisa mendapatkan informasi akan seperti apa konten kita diperlakukan oleh aplikasi tersebut

    dan untuk FB, agaknya mereka memang agak 'ngaco' dengan masalah privacy ini terutama dengan memberikan data pada pengiklan, saya sendiri setuju dengan rama, pilih2 untuk konten yang akan di upload,kalo gak bisa meninggalkan FB karena pekerjaan, tok pekerjaan juga tidak terlalu membutuhkan konten dengan kadar privacy berlebihan, jangan terlalu mengekspos konten di FB, kalo emang niat mau blak-blakan di internet pilih situs yang benar2 bisa menjaga privacy, atau, ya tanggung sendiri resikonya…

  13. makanya kalo daftar apapun dibiasakan baca privacy policy dong, jangan asal next2 aja
    la kalo para pembaca DS ini aja banyak yg belom tau masalah ini, trus gimana dng anak2 SD,SMP,SMA yg banyak banget bertebaran di afcebook itu??!!

    mereka aja ga ngerti bedanya Wall sama Status…parah!!

  14. Emang banyak banget ya, yang kurang peduli sama privasi. Apalagi anak-anak sekolahan seperti saya. Makanya saya jarang mengupload content pribadi di situs apapun.

  15. Lebih banyak manfaatnya dibanding tidak bermanfaatnya 🙂 privasi adalah sesuatu yg semu baik di dunia maya maupun nyata, jadi get used to it lah, don’t complain :p

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Merayakan Ulang Tahun Pac-Man Yang Ke-30 Bersama Google

Next Story

Augmented Reality : Istri Ketiga, Keempat dan Kelima

Latest from Blog

Don't Miss

Meta sedang siapkan chatbot AI untuk produk-produknya

Meta Segera Luncurkan Chatbot AI dengan Banyak Kepribadian

Sejak ChatGPT diluncurkan November tahun lalu, chatbot AI terus menjadi
Meta generative AI

Meta Siap Integrasikan Generative AI ke WhatsApp, Messenger, dan Instagram

Meta bakal mengintegrasikan generative AI ke berbagai produknya. Kabar tersebut