Akankah Game Blockchain Jadi Populer?

Blockchain adalah teknologi yang cukup baru untuk diterapkan dalam industri game

Jumlah gamers kini mencapai lebih dari sepertiga populasi dunia. Namun, game tidak serta-merta menjadi kegiatan favorit miliaran orang. Awalnya, bermain game merupakan kegiatan yang hanya digemari oleh sekelompok orang. Perlahan tapi pasti, seiring dengan semakin mudahnya seseorang untuk bisa bermain game, jumlah gamers pun terus bertambah.

Industri game masih terus berevolusi. Dengan mengadopsi teknologi terbaru, muncul genre atauย  bahkan model bisnis baru dalam dunia game. Di tengah hype akan Web3, sejumlah developer game menunjukkan ketertarikan untuk mengimplementasikan teknologi blockchain ke dalam game.

Pertanyaannya, apakah game blockchain juga akan bisa populer dan diterima oleh masyarakat luas?

Platform Baru Dorong Perubahan di Industri Game

Game elektronik pertama kali diperkenalkan pada 1950. Ialah Bertie the Brain, arcade game dari permainan tic-tac-toe yang dibuat oleh Josef Kates untuk dipamerkan di Canadian National Exhibition. Meskipun begitu, video game baru mulai populer pada tahun 1970-an dan 1980-an. Pasalnya, di era tersebut, masyarakat bisa memainkan game di arcade, konsol game, dan juga komputer.

Space Invaders dan Pac-Man dianggap sebagai dua game yang mempopulerkan arcade game di kalangan masyarakat umum. Di era itu, walau game semakin diminati, gaming masih dianggap sebagai kegiatan bagi sekelompok orang saja, yaitu orang-orang "kurang pergaulan" alias kuper.

Sampai sekarang pun, stigma yang melekat pada diri gamers tidak hilang sepenuhnya. Namun, persepsi akan game kembali berubah ketika game olahraga muncul. Keberadaan game olahraga membuat para non-gamers sekali pun tertarik untuk memiliki konsol.

Space Invaders adalah salah satu game yang mempopulerkan arcade. | Sumber: Den of Geek

"Sejatinya, setiap ada platform game baru, maka akan ada perubahan dalam paradigma akan game," kata John Welch, Pendiri dan CEO dari Making Fun, menurut laporan VentureBeat. "Satu hal yang penting, Anda harus mengerti tren apa yang akan terus bertahan dan tren mana yang akan berubah sama sekali."

Keberadaan konsol dan beragamnya jenis game memunculkan tipe gamers baru. Mendadak, muncul gamers yang hanya setia pada satu genre game saja, seperti game olahraga atau game shooting. Hal serupa juga terjadi ketika game mobile muncul.

Game mobile memang memiliki grafik dan gameplay yang jauh lebih sederhana daripada game konsol atau game PC. Namun, hal itu tidak mengubah fakta bahwa game-game kasual seperti Farmville, Candy Crush, dan Angry Birds memiliki fans tersendiri. Dengan adanya game kasual, generasi yang lebih tua pun tertarik untuk bermain game. Pada akhirnya, hal inilah yang mendorong pertumbuhan jumlah gamers.

Dan kini, muncul teknologi baru yang bisa diimplementasikan dalam game, termasuk blockchain.

Apa yang Bisa Buat Game Blockchain Populer?

Blockchain merupakan bagian dari Web3, sama seperti cryptocurrency. Alhasil, banyak orang yang menganggap bahwa blockchain dan cryptocurrency merupakan satu kesatuan. Padahal, blockchain dan cryptocurrency adalah dua hal yang berbeda.

Blockchain merupakan sistem penyimpanan transaksi digital terdesentralisasi menggunakan jaringan peer-to-peer. Sementara cryptocurrency bisa didefinisikan sebagai mata uang digital yang dibuat dan disimpan di blockchain, menggunakan teknik enkripsi untuk verifikasi transaksi dan membatasi jumlah unit yang dibuat.

Pemahaman tentang cryptocurrency. | Sumber: PWC

Jadi, cryptocurrency memang menggunakan blockchain. Tapi, penggunaan blockchain tidak terbatas pada cryptocurrency. Blockchain juga bisa digunakan untuk hal lain, termasuk game. Dan menurut VentureBeat, blockchain membutuhkan "killer app" agar ia tidak melulu dikaitkan dengan crypto. Sementara untuk mempopulerkan game blockchain, diperlukan game yang tidak hanya bisa diakses oleh banyak orang, tapi juga memiliki gameplay yang menarik. Dengan begitu, banyak orang akan senang untuk memainkan game tersebut.

Menurut Co-founder dan CEO dari Arsanesia, Adam Ardisasmita, blockchain bukanlah genre game, tapi merupakan teknologi yang bisa digunakan dalam game. Dia menyebutkan, ada beberapa genre game yang akan bisa memanfaatkan teknologi blockchain secara maksimal. Salah satunya, genre Collectible Card Game (CCG), seperti Hearthstone, Magic The Gathering, dan YuGiOh.

Dia menambahkan, saat ini, ada banyak developer yang tengah mencari mekanisme game yang cocok untuk disandingkan dengan teknologi blockchain. Harapannya, teknologi blockchain tidak lagi menjadi "gimmick", tapi teknologi penting yang memang dapat membuat pengalaman bermain game menjadi yang lebih menyenangkan.

"Game-game MMORPG seperti World of Warcraft itu sudah pasti akan cocok untuk menggunakan blockchain," kata Adam pada Hybrid melalui pesan singkat. "Karena tanpa blockchain sekali pun, orang-orang telah melakukan transaksi items di auction secara real kok." Contoh lain yang Adam berikan adalah Animal Crossing. Para fans game itu memiliki "ecommerce" tersendiri untuk memperjualbelikan items dalam game. Dia menjelaskan, sistem ini serupa sistem di Pokemon, yang memungkinkan para pemain untuk menukar Pokemon dalam game.

Fans Animal Crossing memiliki sistem jual beli sendiri. | Sumber: How to Geek

Sayangnya, Adam mengatakan, membuat sistem jual-beli dalam game tidak murah. "Nah, blockchain itu memungkinkan semua orang mengakses infrastruktur seperti itu. Jadi lebih murah," ungkapnya. "Karena sekarang teknologi itu sudah semakin accessible, banyak developer yang mencoba untuk berinovasi: kita bisa bikin apa lagi ya? Ada developer yang mencoba untuk mengaplikasikan blockchain demi memperkaya mekanisme dari turn-based game, ada juga developer yang coba untuk menggunakan blockchain dalam sistem evolusi item atau karakter, dan lain sebagainya."

Adam percaya, di masa depan, teknologi blockchain akan bisa diakses oleh lebih banyak developer game. Dia merasa, baik developer indie maupun developer AAA tengah berlomba-lomba dalam membuat teknologi blockchain menjadi lebih accessible.

"Kalau ada indie yang berhasil menciptakan game dengan integrasi blockchain paling accessible, mereka akan menjadi pionir dan akan menjadi sebesar developer AAA," kata Adam. "Tapi, hampir semua studio game AAA juga sedang mengeksplorasi blockchain. Beberapa melakukan eksperimen secara diam-diam, beberapa sudah mengumumkan hal itu, seperti Square Enix, Sega, dan Ubisoft."

Beberapa developer game menunjukkan ketertarikan dengan game blockchain. | Sumber; Yahoo

Bagi Adam, saat ini, masalah terbesar yang membatasi jangkauan gameblockchain adalah proses onboarding. Karena, sebelum bisa memainkan game blockchain, gamers biasanya diharuskan untuk membuat wallet, menyimpan seed phrase dan lain sebagainya. "Selama ini kan, mindset kita, semua transaksi digital akan memiliki pihak intermediary," ujarnya. "Konsep kalau wallet kita itu punya kita sendiri, masih banyak orang yang belum paham itu."

Masalah lainnya adalah maraknya berita tentang penyalahgunaan teknologi blockchain, termasuk untuk penipuan. "Jadi, gamers punya pandangan yang negatif," katanya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, teknologi blockchain juga membutuhkan literasi tinggi dari para penggunanya. Karena, jika pengguna salah melakukan transfer atau melupakan password, dia tidak bisa meminta bantuan customer service untuk memulihkan password-nya atau membatalkan transaksi yang dia buat.

Sumber header: TechCrunch