OVO, layanan pembayaran yang dikembangkan Lippo Group, adalah salah satu perusahaan yang agresif menggarap pasar mobile payment. Meskipun merekrut sejumlah tenaga profesional asing, termasuk CEO Jason Thompson dari GrabPay, OVO mengaku pelokalan kultur perusahaan adalah hal penting untuk memahami pasar Indonesia.
Berbincang dengan DailySocial, Presiden Direktur OVO Adrian Suherman mengungkapkan, “Kita tidak ingin menerapkan apa yang mungkin berhasil diterapkan oleh perusahaan asing. Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda. Masing-masing daerah memiliki kebiasaan hingga kultur yang berbeda.”
Semangat tersebut yang kemudian diterapkan di manajemen OVO. Kultur perusahaan yang baru tercipta, menyesuaikan kondisi dan kebiasaan yang sudah ada.
“Saya melihat masyarakat di Jakarta memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang tinggal di Medan, Palembang dan kota lainnya. Untuk itu kultur yang kita terapkan harus unik dan tentunya menyesuaikan kearifan lokal,” kata Adrian.
Tentang “dualisme” kepemimpinan di OVO, Adrian memastikan dia dan Jason memiliki peranan yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama.
“Kita masing-masing memiliki visi dan misi yang sama, yaitu memimpin perusahaan untuk berkembang dan tentunya mencapai target yang telah ditetapkan. Semua tugas dijalankan secara profesional, baik untuk saya dan Jason.”
Pentingnya strategi digital
Sebagai perusahaan yang menjadi bagian Lippo Group, visi menjadi perusahaan digital adalah hal penting. Lippo Group sendiri memiliki bisnis menggurita di sektor ritel dan properti.
“Jika kita membicarakan Lippo Digital, tidak ada PT yang namanya Lippo Digital. Dari Lippo Group sendiri kita melihat bahwa digital itu adalah strategi yang penting,” kata Adrian.
Simak rekaman wawancara DailySocial berikut bersama Adrian tentang latar belakang pendirian OVO, masa depan pembayaran menggunakan QR code, dan fokus strategi di sisi offline yang saat ini dijalankan OVO.