Dark
Light

5G dan Implikasinya Terhadap Fitur-Fitur Gadget

5 mins read
February 19, 2021

Hari demi hari, kita semakin sering mendengar kata 5G disebut. Teknologi jaringan seluler generasi kelima ini memang masih belum bisa dibilang mainstream, tapi cepat atau lambat hal itu pasti akan terjadi, sama halnya seperti ketika 4G mengambil alih status mainstream dari 3G.

Di titik ini, sebagian besar dari kita mungkin sudah paham betul mengenai kelebihan yang ditawarkan 5G, tapi tidak ada salahnya kita mengingat kembali. Satu keunggulan utamanya tentu adalah soal kecepatan. Dalam skenario yang paling ideal menggunakan spektrum mmWave (millimeter wave), 5G tercatat bisa mencapai kecepatan download setinggi 1,8 Gbps, dan ini rupanya masih jauh dari kapabilitasnya secara teoretis.

Namun seperti yang saya bilang, kita semua mungkin sudah tahu soal itu. Yang lebih menarik untuk dibahas adalah bagaimana implikasi 5G dapat berujung pada lahirnya fitur-fitur baru yang spesifik pada beragam gadget yang kita gunakan sehari-harinya.

Kalau kita ingat-ingat, dulu sebelum ada jaringan 3G, ponsel hanya kita gunakan untuk sebatas mengirim SMS atau MMS. Barulah ketika 3G sudah mainstream, aplikasi chatting macam BBM atau WhatsApp mulai bertambah populer. Kemudian pada saat 4G sudah tersedia, giliran fitur video call yang jadi pilihan khalayak. Ini membuktikan bahwa setiap generasi akan menghadirkan fitur-fitur anyar yang bermanfaat, dan 5G tentu tidak akan luput dari itu.

Guna mengeksplorasi topik ini lebih jauh, saya pun memutuskan untuk berkonsultasi dengan dua sosok yang sudah mengikuti perkembangan industri telekomunikasi sejak lama, khususnya di Indonesia. Mereka adalah Shannedy Ong, Country Director Qualcomm Indonesia, dan Lucky Sebastian, seorang pakar yang sudah tidak asing lagi di kalangan komunitas pencinta gadget.

Dari penerus VoLTE sampai hilangnya expansion slot smartphone

Layanan cloud gaming seperti Microsoft xCloud bakal sangat terbantu oleh adanya 5G / Microsoft
Layanan cloud gaming seperti Microsoft xCloud bakal sangat terbantu oleh adanya 5G / Microsoft

Kita mulai dari yang paling sederhana dulu, yakni fitur panggilan telepon (audio). Di saat 5G sudah menjadi mainstream, panggilan telepon kemungkinan besar akan dialihkan ke jaringan 5G sepenuhnya, meneruskan standar VoLTE (Voice over LTE). Untuk panggilan video, hampir bisa dipastikan 5G bakal meningkatkan kualitasnya secara cukup signifikan. Kita tidak perlu terkejut seandainya video call dalam resolusi 4K bakal menjadi standar ke depannya.

Lanjut ke aspek lain, yaitu gaming, Lucky berpendapat bahwa 5G bakal menjadikan layanan cloud gaming seperti Google Stadia atau Microsoft xCloud kian populer lagi. Pasalnya, seperti yang kita tahu, layanan-layanan semacam ini benar-benar bergantung pada sepenuhnya kecepatan dan kestabilan koneksi internet, dan dua hal tersebut memang merupakan keunggulan utama yang ditawarkan oleh 5G.

Ketika gaming sudah bisa disalurkan melalui cloud, itu berarti smartphone tidak lagi memerlukan chipset yang luar biasa kencang, sebab semua pemrosesannya berjalan di server. Namun itu bukan berarti spesifikasi smartphone 5G ke depannya bakal lebih jelek daripada yang ada sekarang.

Justru sebaliknya, spesifikasi smartphone 5G kelas low-end nantinya malah bisa setara dengan ponsel kelas mid-end sekarang. Tren ini sudah mulai dibuktikan dengan munculnya chipset Qualcomm Snapdragon 480, yang kalau menurut Lucky arsitekturnya sudah bisa disetarakan dengan chipset Snapdragon seri 6 atau 7.

Kalau gaming bisa dialihkan ke cloud, bagaimana dengan produktivitas? Saya membayangkan kehadiran 5G nantinya bisa membantu memopulerkan layanan cloud video editing. Jadi bukan sekadar menyimpan videonya ke cloud saja, tapi juga langsung menyuntingnya secara online menggunakan perangkat apapun yang memiliki browser.

Proses rendering bisa dipercepat berkali-kali lipat karena mengandalkan keperkasaan komputer server, bukan perangkat yang kita gunakan, dan hasilnya bisa langsung diunduh dalam hitungan detik berkat 5G. Dalam skenario seperti ini, seorang video editor profesional pada dasarnya dapat bekerja di mana saja dan kapan saja, tidak perlu harus membawa-bawa laptop seharga puluhan jutanya ke mana-mana.

Satu hal menarik diungkapkan oleh Shannedy. Ia membayangkan bagaimana nantinya kombinasi 5G dan AI (artificial intelligence) dapat mewujudkan skenario video atau voice call dengan lawan bicara yang berbeda bahasa. Jadi kita hanya perlu berbicara menggunakan bahasa ibu masing-masing, dan smartphone kita akan menerjemahkannya secara instan, bukan lagi sebatas menampilkan caption terjemahan secara real-time.

Bisa dibayangkan betapa bergunanya fitur terjemahan instan ini untuk bidang-bidang seperti pendidikan atau kesehatan. Seandainya saya tertarik mengikuti kelas online mengenai winemaking, saya bisa langsung berguru pada para ahlinya di Itali, dan interaksi kami tidak akan terganggu sama sekali berkat fitur terjemahan instan semacam ini.

Standalone VR headset macam Oculus Quest 2 bakal 'naik kelas' dengan bantuan 5G / Oculus
Standalone VR headset macam Oculus Quest 2 bakal ‘naik kelas’ dengan bantuan 5G / Oculus

Kedua narasumber juga sependapat mengenai dampak positif 5G terhadap perkembangan teknologi virtual reality. Menurut Lucky, salah satu problem yang dialami konsumen saat ini adalah resolusi konten VR yang terbilang rendah. Di saat kecepatan download dan upload sudah tidak lagi menjadi penghambat, konten VR dalam resolusi 8K pun dapat disajikan dengan mudah.

Ketika problem-problem seputar teknologi VR ini sudah bisa diatasi dengan adanya 5G, tentu kita juga akan menyaksikan kemunculan berbagai layanan baru berbasis VR dari berbagai bidang. Dalam kasus kursus winemaking saya tadi, bukan tidak mungkin kelasnya dilangsungkan lewat medium VR, sehingga sesi belajar membuat wine yang saya ikuti bisa semakin interaktif lagi ketimbang sebatas video call biasa.

Juga menarik adalah opini Lucky mengenai kuota data. Ia memperkirakan bahwa ke depannya sistem kuota data kemungkinan akan hilang di saat 5G sudah benar-benar matang. Dengan kata lain, paket internet 5G dapat kita gunakan tanpa batasan kuota sedikit pun, dan itu dimungkinkan berkat bandwidth 5G yang lebar, serta dapat menampung koneksi berkali lipat lebih banyak.

Di titik itu, 5G tentu dapat menjadi fondasi yang sangat kuat untuk machine-to-machine communication. Keberadaan perangkat seperti 5G CPE (atau bisa juga kita sebut 5G router) bakal membantu mewujudkan konsep rumah pintar yang benar-benar wireless. Jadi ketimbang sepenuhnya mengandalkan internet kabel, konsumen juga punya opsi untuk menggunakan 5G sebagai sumber koneksi internet utama di kediamannya masing-masing.

Sebaliknya, apakah kehadiran 5G juga bakal berdampak pada ditinggalkannya sejumlah fitur lawas? Bisa jadi demikian. Salah satu yang langsung terpikirkan adalah expansion slot pada smartphone. Menurut Lucky, kehadiran 5G akan membuat fitur ini jadi tidak lagi relevan. Pasalnya, kecepatan akses ke cloud menggunakan jaringan 5G akan sama gegasnya dengan kecepatan perangkat mengakses media penyimpanan internal.

Di awal tahun 2021 ini, kita bahkan sudah melihat semakin banyak pabrikan yang tak lagi menyertakan expansion slot pada smartphone bikinannya. Lihat saja Samsung; dari tiga model Galaxy S21 yang mereka rilis, tidak ada satu pun yang bisa konsumen jejali dengan kartu microSD. Bukti lainnya datang dari OPPO; Reno5 5G yang mereka luncurkan belum lama ini tidak dilengkapi slot microSD, sedangkan Reno5 biasa punya.

Sepenting itukah 5G?

5G jadi kian relevan di era perekaman video 8K / Samsung
5G jadi kian relevan di era perekaman video 8K / Samsung

Pertanyaan di atas boleh dibilang adalah pertanyaan klise yang sebelumnya juga sering ditanyakan ketika 4G baru mulai diimplementasikan. Memang mudah sekali mengabaikan premis yang ditawarkan suatu teknologi baru jika kita belum pernah mencobanya, tapi begitu kita sudah menjajal, mungkin akan sulit untuk kembali ke skenario sebelumnya.

Sekarang mungkin kita sudah cukup puas dengan kecepatan menggunggah video 1080p menggunakan jaringan 4G. Namun kenyataannya sudah semakin banyak smartphone yang mampu merekam video 4K maupun 8K, dan ukuran video yang semakin besar ini bakal membuat 4G megap-megap.

Di setiap pergantian generasi, selalu ada yang namanya masa transisi. 5G tidak akan langsung menggantikan 4G dalam sekejap, sebab cakupan areanya juga akan diperluas secara bertahap sebelum akhirnya mampu menjangkau semuanya.

Menurut Shannedy, ketika 5G sudah mencapai skala ekonominya, semua smartphone dari kelas premium hingga low-end akan menawarkan konektivitas 5G. Di saat 5G sudah tersedia secara luas dan harga smartphone-nya sudah sangat terjangkau, maka tidak ada lagi alasan untuk tetap menggunakan smartphone 4G. Sama halnya dengan saat ini, hampir tidak ada lagi smartphone yang hanya memiliki konektivitas 3G.

Kesimpulannya, 5G mungkin belum terkesan penting sekarang, dan saya tidak heran seandainya sebagian besar konsumen masih bersikap tidak acuh. Namun satu hal yang harus selalu kita ingat adalah, 5G itu tidak akan hanya dinikmati oleh pengguna smartphone saja. Jaringan infrastruktur transportasi, kesehatan, industri berat, pertanian, dan lain sebagainya, semuanya juga akan terbantu oleh kehadiran 5G.

Di artikel ini pun saya baru membahas mengenai fitur-fitur anyar yang bisa 5G hadirkan di smartphone maupun gadget lain secara umum. Saya sama sekali belum membahas dampak positifnya di segmen lain, seperti misalnya otomotif. Mungkin ini bisa jadi topik pembahasan kita berikutnya.

Gambar header: Depositphotos.com.

Previous Story

Seperti Supercar, Laptop VAIO Z Unggulkan Bodi yang Sepenuhnya Terbuat dari Serat Karbon

Next Story

Panasonic dan Leica Umumkan Sepasang Lensa L-mount

Latest from Blog

Don't Miss

Dapat-Update-Selama-6-Tahun,-Pasti-Aman-Pakai-Samsung-Galaxy-A16-5G

Aktivitas di Dunia Digital yang Pasti Aman Pakai Samsung Galaxy A16 5G

Di era digital saat ini, rasanya sulit membayangkan hidup tanpa
Pre-order-Huawei-Pura-70-Ultra-Dibuka,-Ini-5-Fitur-Kamera-Utamanya

Pre-order Huawei Pura 70 Ultra Dibuka, Ini 5 Fitur Kamera Utamanya

Huawei mengumumkan dimulainya sesi pre-order untuk smartphone flagship terbarunya, Huawei