Dark
Light

Potensi Monetisasi untuk Aplikasi Mobile Masih Besar

1 min read
April 14, 2015
Editor in Chief Addiction Aulia Masna & MD Tapjoy David Chun/DailySocial
Editor in Chief Addiction Aulia Masna & MD Tapjoy David Chun/DailySocial

Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan pengguna ponsel yang tinggi, hal ini tentu mendorong industri mobile app bermunculan baik dari hasil besutan anak bangsa hingga yang berasal dari luar. Tentu saja ini kabar baik bagi developer untuk mengembangkan bisnisnya serta menghasilkan uang dari mobile. Topik ini menjadi bahasan dalam sesi diskusi panel kedua di Echelon Indonesia 2015 yang diisi oleh Managing Director Tapjoy David Chun dan moderator Editor in Chief Addiction Aulia Masna.

Sebagai gambaran, potensi monetisasi bagi developer adalah Indonesia diprediksi posisinya dalam belanja iklan akan menyusul Argentina, Brazil, Italia, spanyol dan Perancis.

eMarketer memperkirakan pengiklan akan menghabiskan lebih dari $ 11 miliar di Indonesia pada tahun ini, naik 16,0% dibandingkan 2014. Pertumbuhan ini pun diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2019, ketika total pasar iklan media di negara ini akan mencapai lebih dari $ 19 miliar

Belanja iklan internet, sementara itu, akan tiga kali lipat tahun ini di Indonesia, bahkan eMarketer memperkirakan mayoritas belanja iklan akan dihabiskan untuk ponsel.

Menjawab pertanyaan bahwa ada kondisi pengguna internet di Indonesia lebih memilih aplikasi yang gratis, sedangkan di sisi lain developer perlu menghasilkan uang untuk menjalankan bisnis untuk tetap berjalan maka iklan menurut David tetap sebuah sumber penghasilan dana yang harus dipikirkan dan dieksplorasi. Hal ini sejalan dengan tren yang diprediksikan, developer juga bisa mengambil porsi belanja iklan digital sebagai sumber revenue mereka.

Tapjoy sebagai penyedia platform untuk membantu developer untuk dapat menghasilkan uang dari aplikasinya. Touchten adalah salah satu kliennya dari Indonesia.

“Mungkin ada kekhawatiran akan (iklan) mengganggu pengguna. Namun kita bisa tetap menyediakan iklan yang bisa dipilih sendiri oleh pengguna. Banyak teknologi yang tersedia untuk mengetahui iklan seperti apa yang cocok untuk pengguna Anda. Anda hanya perlu berhati-hati memilihnya,” jelas David.

David mengatakan sebagai Managing Director Tapjoy untuk Tiongkok bahwa di ekosistem mobile ada perbedaan dari Tiongkok dan Indonesia,  mulai dari infrastruktur hingga peraturan pemerintah. Namun ada juga banyak persamaan, bahwa Tiongkok dan Indonesia menghasilkan banyak entrepreneur muda yang menghasilkan banyak produk mobile yang dibutuhkan pasar. Dengan persamaan ini Indonesia bisa belajar dari Tiongkok dalam membangun ekosistem digital, termasuk cara menghasilkan uang dari produk yang dihasilkan.

 

Previous Story

Trailer Huawei Honor 4X Ini Bukan Trailer Biasa, Seperti Apa?

Next Story

Paktor Ungkap Peran Dating App dalam Menghubungkan Masyarakat di Asia Tenggara

Latest from Blog

Don't Miss

Rencana Pengembangan Apple Innovation Center dan Urgensi Pemenuhan TKDN

Setelah proses negosiasi panjang antara pemerintah dengan pihak Apple Inc.

Apakah BlackBerry Masih Bisa Diterima Seperti Dulu Lagi

BlackBerry telah memutuskan untuk tidak membangun handset-nya sendiri dan di Indonesia