Dark
Light

Porting Game ke Mobile: Hal-Hal yang Harus Diperhatikan

3 mins read
November 30, 2022
porting game mobile
Porting mobile dari Apex Legends berhasil menarik perhatian gamers.

Setiap gamers memiliki preferensi akan perangkat gaming yang mereka gunakan. Sebagian gamers menggunakan lebih dari satu platform gaming, sementara sebagian yang lain hanya menggunakan salah satu platform gaming. Satu hal yang pasti, setiap platform gaming memiliki fanbase-nya sendiri.

Hal itu berarti, developer bisa memperluas target pasar dari game yang mereka buat dengan merilis game di berbagai platform. game yang dirilis di multiplatform memiliki jangkauan paling luas. Masalahnya, membuat game di satu platform saja sudah sulit, apalagi memastikan game bisa berjalan di lebih dari satu platform. Dan di sinilah peran porting.

Tips untuk Porting ke Mobile dari Mojiken

Untuk mengetahui tentang seluk beluk di balik proses pembuatan porting, khususnya ke mobile, saya mewawancarai Eka Pramudita, CEO dari Mojiken Studio. Sebagai developer, Mojiken telah menghasilkan sejumlah game populer, seperti When the Past Was Around dan Ultra Space Battle Brawl. Versi mobile dari When the Past Was Around bahkan memenangkan Indonesia Game Awards 2022 untuk kategori Best Mobile Game.

Namun, tidak semua game buatan Mojiken dirilis ke mobile. Sebelum memutuskan untuk melakukan porting ke mobile, Mojiken punya pertimbangan sendiri. Eka menceritakan, hal yang mereka perhatikan sebelum membuat porting mobile dari sebuah game adalah game itu sendiri, apakah ia cocok untuk dimainkan di mobile. “Karena ada beberapa genre game yang kurang cocok jika dimainkan secara mobile, menggunakan layar sentuh,” ujar Eka pada Hybrid.co.id, melalui email.

“Pertimbangan selanjutnya adalah dari segi market,” terus Eka. “Apakah ada potensi market yang bisa kami dapatkan di platform mobile. Dan apakah kebiasaan pengguna mobile sesuai dengan desain game yang kami sudah buat.” Dia menjadikan model bisnis pada game sebagai contoh. Model bisnis yang Mojiken biasanya gunakan adalah premium.

Namun, game premium belum tentu populer di kalangan mobile gamers. Pasalnya, mobile gamers cenderung lebih suka untuk memainkan game freemium, alias game gratis yang memiliki in-app purchase (IAP).

Terkait proses porting itu sendiri, Eka menjelaskan, Mojiken menggunakan jasa third party untuk melakukan porting dari beberapa game mereka. “Untuk staf, kebetulan karena game kami termasuk game kecil, pihak third party hanya menurunkan satu programmer saja dan beberapa orang tester/QA dari publisher kami ikut membantu,” ujar Eka.

Lebih lanjut dia menjelaskan, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses porting beragam. “Tergantung pada berapa banyak adjustment atau fitur yang ditambahkan pada game-nya,” katanya. “Contoh, menambahkan touch support, fitur IAP, merombak UI, optimasi, dan lain sebagainya.”

Tampilan When the Past Was Around di mobile.

Proses porting berbeda dengan proses pembuatan game. “Porting lebih bertujuan untuk memastikan bahwa game yang bersangkutan bisa dijalankan di platform yang dituju. Misalnya, dengan menambahkan fitur controller support, melakukan optimasi agar ukuran game-nya kecil dan bisa dijalankan di platform tertentu, dan lain sebagainya,” ungkap Eka. “Sementara pembuatan game lebih bertujuan untuk merancang permainannya dan memastikan permainan tersebut fun dan entertaining bagi pengguna.”

Terkait proses porting, Eka mengatakan, salah satu masalah yang Mojiken sering temui adalah terkait masalah ukuran file. Selain itu, UI/UX dan optimasi performa menjadi kendala lain yang sering mereka temui. Menurut Eka, hal ini terjadi karena platform utama untuk game-game Mojiken adalah PC dan konsol, yang memiliki spesifikasi yang cukup tinggi dan processing power yang mumpuni.

“Sedangkan, di mobile, kami harus memastikan agar ukuran file dari game cukup kecil sehingga ia bisa diunduh dengan cepat,” kata Eka. “UI/UX juga perlu disesuaikan agar bisa dimainkan di layar sentuh.” Terakhir, aset visual dalam game juga tidak bisa serta-merta ditampilkan semua. Alasannya, spesifikasi smartphone lebih beragam.

Apa yang Bisa Dipelajari dari Porting Apex Legends

Tak terbatas pada game buatan developer indie, game-game dari developer AAA pun kini banyak yang di-porting ke mobile. Misalnya, PUBG: Mobile, Call of Duty: Mobile, sampai Apex Legends: Mobile.

Versi mobile dari Apex Legends dirilis secara global pada 17 Mei 2022. Dalam waktu 30 hari sejak Apex Legends: Mobile dirilis, ia telah diunduh sebanyak 21,8 juta kali, menurut data dari Appmagic. Sementara pemasukan yang Electronic Arts dapatkan dari game tersebut mencapai US$11,6 juta.

Total downloads dan pemasukan dari Apex Legends: Mobile merupakan bukti bahwa EA telah berhasil melakukan porting Apex Legends ke mobile dengan baik. Salah satu kunci di balik kesuksesan EA adalah keberadaan konten eksklusif di versi mobile. Apex Legends: Mobile menawarkan gameplay yang sama dengan versi konsol atau PC. Namun, versi mobile ini juga memiliki beberapa perbedaan.

Fade, karakter eksklusif untuk Apex Legends: Mobile.

Setiap hero dalam Apex Legends menawarkan pengalaman bermain yang berbeda. Karena itulah, EA merilis hero khusus untuk mobile, Fade. EA mengambil langkah ini dengan tujuan untuk membuat pemain konsol dan PC dari Apex Legends tertarik mengunduh versi mobile dari game tersebut. Untuk mendapatkan Fade, pemain bisa menggunakan Apex Coins atau terus memainkan Apex Legends: Mobile hingga pemain bisa mengaksesnya.

Selain karakter eksklusif, EA juga memperkenalkan mode khusus di Apex Legends: Mobile. Ialah mode klasik, permanent deathmatch, yang pernah menjadi game mode dalam waktu terbatas. Keberadaan mode khusus di Apex Legends: Mobile akan mendorong fans setia game itu untuk memainkannya di mobile, seperti yang disebutkan oleh GamesIndustry.

Untuk membuat para pemain Apex Legends: Mobile betah memainkannya, EA memasukkan progressive elements ke dalam game , seperti XP untuk karakter dan senjata.

Memang, bagi fans genre battle royale, mastery merupakan salah satu alasan utama mereka bermain. Dengan kata lain, para gamers battle royale ingin melihat progression kemampuan mereka. Dan memang, Apex Legends: Mobile memiliki fitur mastery levels untuk setiap karakter. Untuk meningkatkan mastery level tersebut, para pemain harus memainkan karakter tertentu. Dengan menaikkan mastery level, pemain juga akan mendapatkan perks tertentu.

Selain fitur untuk menunjukkan progression pemain, EA juga memasukkan elemen sosial dalam Apex Legends: Mobile. Pasalnya, elemen sosial juga merupakan motivator bagi fans battle royale untuk terus bermain.

Dalam satu tahun terakhir, in-game currency khusus untuk mode sosial dan integrasi dengan media sosial mengalami kenaikan 13% di kategori shooter game. Tak hanya itu, fitur sosial — seperti guild, chat, dan kawasan khusus untuk hangout — juga menjadi semakin populer di berbagai genre.

Blacklist International Dota 2
Previous Story

Blacklist International Resmi Terjun ke Dota 2 dengan Roster Full Filipina

Contoh NFT Porsche
Next Story

Porsche Siap Luncurkan Koleksi NFT, Utamakan Kolaborasi Kolektor dan Artis

Latest from Blog

Don't Miss

H3RO Land dari Bima+, Teman Mabar Anak Esports

Salah satu bentuk dukungan untuk perkembangan esports di tanah air

Pentingnya Industri Telekomunikasi untuk Kembangkan Industri Game dan Esports

Nilai dari industri game meroket selama pandemi COVID-19. Bahkan setelah