Beberapa waktu lalu, Twitter menjelaskan bahwa model bisnis Twitter akan diluncurkan pada akhir tahun, kemudian integrasi dengan Citysearch membuka sedikit tirai, bagaimana Twitter akan mengimplementasikan model bisnis yang paling relevan untuk mendapatkan revenue.
Dengan kerjasama yang didapatkan Twitter untuk Google dan Bing, memang memberikan suntikan dana bagi Twitter, tapi bisnis model yang sebenarnya belum bisa dilihat secara jelas. Pertumbuhan pengguna aplikasi real-time sudah tidak usah diperbincangkan lagi karena memang terus bertambah, kini perbincangan bisa dialihkan pada bagaimana Twitter menjalankan model binis dan bagaimana pihak pengembang serta saingan mereka akan menanggapi apa yang dilakukan oleh Twitter.
Dan, dua hari yang lalu Twitter mengumumkan sebuah kemajuan baru, yang dinilai berbagai pihak sebagai model bisnis Twitter yang sebenarnya. Aplikasi monetize itu dinamai ‘Contributors’. Adalah aplikasi yang mungkin akan menjadi andalan Twitter untuk mendapatkan pemasukan. Aplikasi ini secara sederhana menjelaskan model bisnis Twitter yang akan memberikan jasa akun premium pada perusahaan atau pelaku bisnis.
Twitter menjelaskan di blognya, bahwa dengan aplikasi Contributors memungkinkan user dan pengguna bisnis yang memakai Twitter untuk mengelola relasi yang lebih nyata dan lebih manusiawi. Aplikasi ini juga
memungkinkan sebuah akun bisnis memunculkan orang-orang dibelakang layar bisnis itu.
Secara sederhana, aplikasi ini memungkinkan akun bisnis dikelola oleh banyak orang, yang memang
lazim terjadi untuk akun Twitter perusahaan atau akun Twitter yang memang diperuntukkan untuk bisnis. Mirip memang dengan mengelola multiple account yang tersedia di aplikasi Twitter lain, tapi dengan Contributors nama anda akan muncul disetiap ujung tweet dari akun perusahaan anda, dan tentu saja dengan aplikasi ini anda tidak perlu log in dan log out dari akun pribadi anda.
Aplikasi ini memang masih terbatas untuk pengguna tertentu, dan masih tahap testing. Twitter pun
dalam blognya memberi peringatan bahwa aplikasi ini ‘not ready for prime time’ dan masih butuh
banyak pengembangan. Dan kita juga masih menuggu integrasi seperti apa yang akan dilakukan pihak pengembang ketiga yang basis twiitnya sama yaitu bisnis, seperti CoTweet dan Hootsuite.
Mengingat pendapatan adalah salah satu hal penting dari sebuah startup, baik besar maupun kecil, model bisnis bisa menjadi perbincangan seru. Model bisnis juga bisa memberikan ide bagi para startup lokal untuk mempelajarinya dan menyesuaikannya dengan kultur Asia, terutama Indonesia, yang memang tidak akan selalu cocok dengan model bisnis startup internasional.
Twitter memang sudah masuk ke Indonesia dengan kerjasama lewat Axis, meski gembar-gembornya agak kurang terasa, dan efeknya mungkin belum besar juga.
Tapi setidaknya, setiap perkembangan dari Twitter bisa dilihat sebagai salah satu perkembangan yang akan berefek pada dunia internet di sini.
Bagaimana pendapat anda? Jangan lupa share komentar anda pada kolom komentar.
Disclaimer terlebih dahulu: saya bukanlah pengguna twitter yang religius jadi komentar saya berikut ini hanyalah berupa pendapat dari mata awam. Saya juga tidak tahu persis produk contributors nanti jadinya seperti apa, jadi komentar ini hanyalah cerminan dari apa yang ditulis di twitter blog
—
Ini poin yang sangat crucial:
“Dan kita juga masih menuggu integrasi seperti apa yang akan dilakukan pihak pengembang ketiga yang basis twiitnya sama yaitu bisnis, seperti CoTweet dan Hootsuite.”
Kalau kita pikir-pikir sejenak langkah ini (setidaknya untuk sekarang ini) seperti mengundermine kekuatan yang dimiliki oleh twitter developer. Sebagai developer, kalau mereka tidak come up dengan something yang remarkably different dibandingkan developer lainnya yang memanfaatkan twitter API, there's something significantly wrong.
Sebagai penyedia servis, seharusnya twitter bisa memiliki bisnis model yang above and beyond dari apa yang sudah didevelop oleh orang lain / third party. Sebuah bisnis model yang sangat fundamental dimana model bisnis bisa ditumbuh-kembangkan di atasnya.
Contoh: google adwords adalah model bisnis yang sangat fundamental, sehingga sebuah bisnis pembentukan platform untuk managing ads bisa dibuat. Langkah yang diambil oleh twitter untuk model bisnisnya sekarang ini sama seperti google menerjunkan diri dan membuat bisnis platform untuk managing ads juga.
Saya tidak tahu apakah ini:
1. desperate move dari twitter yang sampai saat ini belum bisa menemukan model bisnisnya?
2. temporary move – untuk sementara saja, ibarat tambal gigi sebelum akhirnya harus ditangani lebih serius
3. atau memang mereka akan memfokuskan diri untuk bisa mengembangkan platform ini sedemikian rupa sehingga ada fitur-fitur yang tidak bisa dicopy oleh provider lainnya
Pendapat mas Wiku sendiri bagaimana?
sebenarnya, Twitter lewat blognya menjelaskan bahwa mereka tetap melakukan perbincangan dengan para developer pihak ketiga yang berbasis Twitter seperti Hootsuite dan CoTweet, di blognya CoTweet juga sudah diumumkan bahwa aplikasi terbaru dari Twitter ini, yang berarti mereka akan bergerak bersama dan tidak saling melibas… 😀
selain pendapat yang ada di tulisan saya, saya memilih option kedua: temporary move, sebagai argumen tambahan, mengingat contributors hanya diberikan terbatas dan yang bisa mencoba aplikasi ini kebanyakan adalah perusahaan besar dan atau media-media besar.
terus terang saya merasa co-existence antara ketiganya dan konsep “saling berbagi” / “tidak saling melibas” cukup kontradiktif untuk konteks bisnis.. tapi semoga saja saya salah hehehe
temporary move: mungkin twitter melangkah ke arah yang sudah ditunjukkan oleh pihak ketiga bahwa bisnis model seperti ini sudah bisa menghasilkan uang dan kemudian mencoba memperluas bisnis model mereka.