Ketika disiarkan di NBC Universal, upacara pembukaan Olimpiade Tokyo hanya ditonton oleh 16,7 juta orang. Dengan ini, jumlah penonton upacara pembukaan Olimpiade Tokyo menjadi yang paling kecil dalam 33 tahun terakhir. Sebagai perbandingan, jumlah penonton Olimpiade Rio De Janeiro 2016 mencapai 26,5 juta dan Olimpiade London 2012 mencapai 40,7 juta. Hal itu berarti, jumlah penonton Olimpiade Tokyo menurun 37% jika dibandingkan dengan Olimpiade Rio dan turun 59% dari jumlah penonton Olimpiade London.
Kabar baiknya, NBC tidak hanya menayangkan acara pembukaan Olimpiade Tokyo di channel televisi mereka, tapi juga di platform mereka yang lain, seperti NBCOlympics.com dan aplikasi NBC Sports. Menariknya, walau jumlah penonton TV turun, jumlah penonton streaming di platform lain justru naik, seperti yang disebutkan oleh Kontan. Jumlah penonton Olimpiade Tokyo di platform streaming NBC naik 76% dari jumlah penonton Olimpiade PyeongChang 2018 dan naik 72% dari jumlah penonton Olimpiade Rio.
Naiknya Jumlah Downloads Aplikasi Olimpiade Tokyo
Setelah ditunda karena pandemi, Olimpiade Tokyo akhirnya dimulai pada 23 Juli 2021. Meskipun begitu, larangan untuk berkerumun masih berlaku. Alhasil, tidak banyak orang yang bisa menonton pertandingan Olimpiade secara langsung. Hal ini berujung pada meningkatnya jumlah download aplikasi terkait Olimpiade, seperti IOC Olympics dan Peacock. Dalam waktu dua bulan menjelang Olimpiade Tokyo, jumlah downloads dari aplikasi IOC Olympics menunjukkan tren naik. Pada puncaknya, di 25 Juli 2021, aplikasi itu diunduh sebanyak 325 ribu kali dalam sehari.
Menurut data dari App Annie, Tiongkok menjadi negara dengan pertumbuhan jumlah downloads paling besar. Peak downloads dari aplikasi terkait Olimpiade terjadi pada 23-25 Juli 2021. Ketika itu, total downloads aplikasi Olimpiade di Tiongkok naik 2270% jika dibandingkan dengan jumlah downloads rata-rata pada satu minggu sebelumnya. Korea Selatan menjadi negara dengan pertumbuhan downloads aplikasi Olimpiade Tokyo terbesar kedua, mencapai 1750% dan India di posisi ketiga dengan pertumbuhan 940%.
Selain aplikasi terkait Olimpiade, aplikasi streaming pertandingan Olimpiade Tokyo juga mengalami kenaikan. Di Rusia, aplikasi Олимпиада Токио alias Olimpiade Tokyo, dirilis pada 16 Juli 2021. Pada puncaknya, di 23-25 Juli 2021, total downloads dari aplikasi itu naik 1305% jika dibandingkan dengan jumlah downloads rata-rata harian pada satu minggu setelah aplikasi diluncurkan.
Di Eropa, jumlah downloads dari aplikasi Eurosport naik 1040% sejak upacara pembukaan Olimpiade Tokyo digelar. Sementara di Jepang, yang menjadi tuan rumah dari Olimpiade Tokyo, aplikasi NHKプラス mengalami pertumbuhan jumlah downloads sebesar 510%. Pada 23-25 Juli 2021, aplikasi itu duduk di peringkat 11 dalam daftar aplikasi dengan jumlah downloads terbanyak . Padahal, 3 hari sebelumnya, aplikasi tersebut ada di peringkat 79.
Game Kasual Tingkatkan Jumlah Downloads
Selain tren terkait total downloads aplikasi Olimpiade Tokyo, App Annie juga membahas tentang tren downloads game dan aplikasi streaming di laporan terbaru mereka. Pada 2021, total belanja mobile gamers diperkirakan akan mencapai US$120 miliar. Angka ini lebih besar 1,5 lipat dari total belanja oleh gamers di platform lain.
Tahun lalu, core gamers memberikan kontribusi terbesar dalam hal spending. Dari total belanja mobile gamers, core gamers memberikan kontribusi sebesar 66%. Sementara itu, kasual gamers hanya memberikan kontribusi sebesar 23% dari total belanja mobile gamers, dan casino gamers sebesar 11%. Jika dibandingkan dengan gamers kasual dan pemain game kasino, core gamers juga menghabiskan waktu paling banyak untuk bermain game. Namun, dari segi jumlah downloads, gamers kasual menjadi kontributor terbesar. Dari total downloads pada 2020, sebanyak 78% berasal dari gamers kasual, 20% dari core gamers, dan 2% dari casino gamers.
Dalam laporannya, App Annie membagi mobile game ke dalam 112 subgenre. Dari semua subgenre ittu, subgenre kasual, simulasi, dan sandbox mendapatkan market share paling besar pada 2020. Secara total, pangsa pasar dari ketiga subgenre itu hampir mencapai 7%, naik 1,9% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, kasual, arcade, dan other arcade jadi subgenre dengan pertumbuhan waktu main paling besar. Pada 2020, total hours spent dari ketiga subgenre tersebut mencapai 4,5 miliar jam, naik 300% dari tahun 2019.
Pada 2020, salah satu hal yang mendorong para mobile gamers untuk berbelanja dalam game adalah keberadaan events. Secara global, total pemasukan dari events yang didapat oleh industri mobile game mencapai US$53 miliar. Fitur lain yang membuat gamers terdorong untuk menghabiskan uang dalam game adalah fitur kustomisasi dan leaderboards. Total spending berkat fitur kustomisasi mencapai US$47,1 miliar dan total belanja dari fitur leaderboards mencapai US$46,8 miliar.
Fitur events, leaderboards, dan kustomisasi sangat populer di kalangan mobile gamers Amerika Utara dan Eropa. Meskipun begitu, fitur-fitur tersebut justru tidak terlalu populer di kalangan mobile gamers di Asia Pasifik. Misalnya, di Tiongkok, dua fitur yang mendorong jumlah belanja para gamers adalah fitur chat serta klan dan guild. Di Jepang, daily & logins menjadi salah satu fitur dalam game yang bisa mendorong para pemain untuk menghabiskan uang. Dan di Korea Selatan, competitive multiplayer menjadi fitur yang meningkatkan total belanja para gamers.
Kebiasaan Menonton Aplikasi Streaming Video
Selama pandemi, banyak orang yang menjadi lebih sering bermain mobile game. Selain bermain game itu, mereka juga menghabiskan lebih banyak waktu mereka untuk menonton konten di platform streaming. Buktinya, pada 2020, total jam yang dihabiskan orang-orang untuk menonton konten streaming naik 40%.
Di Asia Pasifik, negara yang menghabiskan paling banyak waktu untuk menonton konten streaming adalah Tiongkok, diikuti dengan India dan Indonesia di posisi ketiga. Pada Q4 2020, total jam yang dihabiskan masyarakat Tiongkok untuk menonton aplikasi streaming mencapai 90,82 miliar jam. Sementara di India, total hours spent menonton konten streaming mencapai 47,21 miliar jam, dan di Indonesia 8,33 miliar jam. Secara global, total waktu yang dihabiskan untuk menonton konten streaming adalah 239,1 miliar jam.
Dengan Tiongkok sebagai pengecualian, YouTube menjadi aplikasi streaming paling populer di semua negara yang App Annie survei. Selain YouTube, Twitch juga cukup populer. Hal ini menunjukkan, konten esports dan livestreaming kini semakin digemari.
Pada 2020, durasi menonton rata-rata dari pengguna YouTube Indonesia mencapai 25,9 jam setiap bulan, naik dari 21,8 jam per bulan pada 2019. Selain itu, lama waktu yang dihabiskan masyarakat Indonesia untuk menonton konten di YouTube Go juga mengalami kenaikan: dari 12,7 jam per bulan pada 2019 menjadi 15,5 jam per bulan pada 2020. Selain YouTube dan YouTube Go, tiga aplikasi streaming video lain yang populer di Indonesia adalah MX Player, Netflix, dan Viu.