Dark
Light

[Manic Monday] Menjual Produk HaKI Sepaket Dengan Produk Lain

1 min read
July 15, 2013

Relevansi model bisnis yang mengandalkan keuntungan dari penggandaan sudah sangat terkikis berhubung penggandaan lewat medium digital bisa dilakukan dengan mudah dan nyaris tanpa biaya tambahan, oleh siapa saja. Ini tidak berarti model bisnis ini akan hilang, tapi hanya berarti bahwa siapapun yang menjalankan model bisnis ini perlu lebih cermat dalam membuat produknya dan merencanakan distribusinya.

Ada yang mencoba sistem kontrol seperti DRM, ada juga yang membuat produk-produk fisik eksklusif dengan jumlah terbatas. Tapi perlahan, banyak perusahaan yang mulai meninggalkan ‘ketergantungan’ pada penggandaan. Ada beberapa layanan musik yang mengontrol akses ketimbang menawarkan download, seperti sebutlah Spotify, Deezer dan Rdio. Salah satu cara lain untuk mengembangkan pemasukan alternatif untuk perusahaan-perusahaan yang berbasis HaKI adalah bundling.

Bundling ini secara harafiah berarti memaketkan sebuah produk dengan produk lain, misalnya; beli handphone dapet musik, beli kopi dapet kode download lagu mp3, beli ayam goreng dapet CD dan sebagainya. Dan kelihatannya strategi ini sudah banyak digunakan oleh beberapa perusahaan rekaman, meski usaha seperti ini masih belum terlihat banyak untuk industri buku maupun film. Biasanya nanti dari penjualan produk itu, ada bagi hasil yang dilakukan dengan pemilik produk HaKI, sehingga produk HaKI itu ‘terasa gratis’ untuk pembeli, walaupun sebenarnya harganya sudah termasuk ke harga produk yang dibundling.

Bundling seperti ini tidak melulu harus dilakukan dengan produk ritel seperti makanan atau sabun – bisa juga ke layanan lain. Maskapai penerbangan jarak jauh biasanya akan menyediakan sebuah sentra hiburan pada kursi penumpang, yang dapat dilakukan untuk mengakses berbagai produk hiburan seperti film, film seri, musik, sampai game.

Biaya untuk penyediaan segala produk hiburan ini pastinya sudah dilakukan oleh sang maskapai langsung pada pemilik produk HaKI, sehingga sebenarnya biaya untuk menikmati segala produk hiburan tersebut sudah tersubsidi di dalam harga tiket pesawat. Ada juga yang melakukan program bahkan dengan bundling jalur distribusi, dengan membuat penjualan khusus suatu produk dengan pom bensin, waralaba toserba dan sebagainya.

Sebuah produk hiburan tak melulu harus dijual eceran, bahkan tak selalu harus ditawarkan melalui layanan-layanan berlangganan. Dengan perencanaan yang cermat dan penentuan rekanan yang pas, bundling dapat menjadi salah satu alternatif pemasukan bagi pemilik produk HaKI.

Ario adalah co-founder dari Ohdio, layanan streaming musik asal Indonesia. Ario bekerja di industri musik Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010, sebelum bekerja di industri film dan TV di Vietnam. Anda bisa follow akunnya di Twitter – @barijoe atau membaca blog-nya di http://barijoe.wordpress.com.

Header image dari Shutterstock

Previous Story

Facebook dan Google+ Jadi Pilihan Utama untuk “Social Login”

Next Story

[Manic Monday] Selling Intellectual Property Products Bundled With Other Products

Latest from Blog

Don't Miss

The Beatles pakai AI untuk rilis lagu baru

Berkat AI, The Beatles Siap Rilis Lagu Baru dengan Vokal John Lennon

Haruskah penggunaan AI dilarang di industri musik? Jawabannya sudah pasti
Google MusicLM

Google Pamerkan MusicLM, AI yang Mampu Menyulap Teks Menjadi Musik

Kemunculan DALL-E, Midjourney, dan sederet artificial intelligence (AI) jago gambar