Bagi pelaku industri game, pandemi virus corona pada 2020 juga membawa berkah di balik musibah. Jika dibandingkan dengan pada 2019, industri game pada 2020 tumbuh 12%, menurut laporan Super Data. Pada Januari dan Februari 2020, pertumbuhan industri game hanya mencapai 6%. Setelah lockdown mulai diberlakukan di berbagai negara pada Maret 2020, angka ini lalu naik menjadi 14%.
Pemasukan industri game tumbuh pesat di kawasan Amerika Utara dan Eropa. Tak heran, sekitar 55% masyarakat di Amerika Serikat mengaku bahwa mereka menghabiskan waktunya selama lockdown fase pertama dengan bermain game. Alasan masyarakat AS bermain game beragam, mulai dari untuk menghilangkan rasa bosan atau mengisi waktu, sebagai pelarian dari kenyataan, sampai untuk bersosialisasi.
Pada 2020, kebiasaan membeli game dari para gamer juga akan berubah. Mereka jadi lebih sering membeli game secara digital. Pasalnya, pandemi menyebabkan banyak toko game lokal tutup. Selain itu, pengiriman game fisik — berupa disc dan cartrdige — juga tertunda akibat pandemi. Menurut Super Data, sekitar 27% gamer di AS menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli game digital. Sebaliknya, sekitar 29% gamers AS mengeluarkan uang lebih sedikit untuk membeli game secara fisik.
Industri Game Free-to-Play
Pemasukan industri game digital pada 2020 diperkirakan mencapai US$126,5 miliar, berdasarkan laporan dari Super Data. Game gratis alias free-to-play menyumbangkan US$98,4 miliar, sekitar 78%, pada total pemasukan industri game digital pada tahun lalu. Meskipun begitu, pertumbuhan pemasukan game gratis hanya mencapai 9%. Sebagai perbandingan, pendapatan dari game premium naik hingga 28%.
Dalam segmen game free-to-play, mobile masih mendominasi. Buktinya, pemasukan dari mobile game gratis mencapai sekitar US$73,8 miliar. Sementara itu, game PC free-to-play memberikan kontribusi sebesar US$22,7 miliar dan konsol US$1,8 miliar. Dari segi wilayah, segmen game free-to-play tumbuh pesat di Asia. Sekitar 59% pemasukan game gratis berasal dari benua terbesar tersebut.
Dalam daftar 10 game free-to-play terpopuler, 8 di antaranya merupakan mobile game. Honor of Kings — yang diluncurkan dengan nama Arena of Valor secara global — menjadi game free-to-play dengan pemasukan terbesar pada tahun lalu. Game milik Tencent itu mendapatkan US$2,45 miliar pada 2020. Sementara posisi kedua diduduki oleh Peacekeeper Elite, alias PUBG Mobile, dengan pemasukan US$2,32 miliar. Pada 2020, League of Legends menjadi game gratis non-mobile dengan pemasukan terbesar. Game buatan Riot Games itu duduk di peringkat enam dengan pemasukan US$1,75 miliar.
Secara umum, mobile game juga memberikan kontribusi besar pada industri game. Tahun lalu, sekitar 58% dari total pemasukan industri game berasal dari segmen mobile game. Tak hanya itu, industri mobile game juga masih tumbuh. Pada 2020, industri mobile game mengalami pertumbuhan 10% dari tahun 2019. Menariknya, mobile gamer di Barat dan Timur punya genre favorit yang berbeda. Para gamer di Amerika Utara dan Eropa lebih senang bermain game kasual seperti Pokemon Go dan Candy Crush Saga di platform mobile. Sementara gamer Asia lebih memilih untuk memainkan game yang lebih kompetitif, seperti Free Fire.
Industri Game Premium
Sama seperti industri game free-to-play, industri game premium juga naik pada 2020. Tahun lalu, industri game premium bernilai US$24,5 miliar, naik 28% dari tahun sebelumnya. Dengan pendapatan sebesar US$1,9 miliar, Call of Duty: Modern Warfare menjadi game premium yang memiliki pemasukan terbesar pada tahun lalu. Sementara itu, FIFA 20 duduk di posisi kedua dengan pemasukan US$1,08 miliar dan Grand Theft Auto di posisi ketiga dengan US$911 juta.
Super Data menyebutkan, salah satu hal yang mendorong pemasukan Modern Warfare adalah peluncuran mode battle royale pada Maret 2020. Setelah mode yang dinamai Warzone itu diluncurkan, jumlah pemain Modern Warfare naik. Alasannya karena Warzone bisa dimainkan secara gratis. Meskipun begitu, sebagian pemain Warzone juga tetap mengeluarkan uang untuk membeli item. Tak hanya itu, sebagian dari mereka juga berakhir membeli Modern Warfare.
Dari 10 game premium dengan pemasukan terbesar pada 2020, 4 di antaranya merupakan game olahraga. Tren ini muncul karena banyak kompetisi olahraga yang harus ditunda atau dibatalkan sepanjang tahun lalu. Bermain game olahraga, atau menonton pertandingan esports olahraga, menjadi salah satu cara gamer untuk melampiaskan kerinduan mereka akan kompetisi olahraga di dunia nyata. Berdasarkan data dari Super Data, sekitar 36% gamers mengaku, mereka bermain game karena tidak bisa menonton bioskop atau pertandingan olahraga.
Pada 2020, game single-player juga masih diminati. Buktinya, DOOM Eternal masuk dalam daftar 10 game dengan pemasukan terbesar pada 2020. Game itu terjual sebanyak 3 juta unit saat peluncuran, 3 kali lipat lebih banyak dari pendahulunya.
Jumlah Penonton Konten Gaming Naik
Pandemi tidak hanya membuat orang-orang menjadi semakin sering bermain game, tapi juga menonton konten game. Jumlah penonton konten game pada 2020 naik 18% menjadi 1,2 miliar orang. Party game yang bisa dimainkan oleh banyak orang, seperti Fall Guys: Ultimate Knockout dan Among Us, menjadi salah satu genre favorit di kalangan penonton konten gaming.
Jumlah penonton berbanding lurus dengan pemasukan industri konten gaming. Seiring dengan naiknya jumlah penonton pada 2020, total pemasukan industri konten gaming juga naik. Pada 2020, total pemasukan industri konten gaming diperkirakan mencapai US$9,3 miliar. Twitch menguasai 22% dari total pemasukan konten gaming, sementara YouTube menguasai 18%. Sebesar 60% sisanya dikuasai oleh berbagai platform streaming game lain, seperti Facebook Gaming serta DouYu dan Huya dari Tiongkok.
Meskipun jumlah audiens konten gaming bertambah pada tahun lalu, platform streaming dari Microsoft, Mixer, justru harus berhenti beroperasi. Tutupnya Mixer berarti sejumlah streamers populer — seperti Tyler “Ninja” Blevins dan Michael “Shroud” Grzesiek — kembali untuk melakukan streaming di Twitch. Sementara itu, di Tiongkok, dua platform streaming game terbesar, Huya dan DouYu, setuju untuk melakukan merger.
Industri Game Augmented Reality dan Virtual Reality
Sayangnya, pada 2020, pengiriman headset VR justru mengalami penurunan sebesar 15%. Hal ini terjadi akibat pandemi yang membuat pasokan headset VR tersendat. Selain itu, segmen VR mobile premium — mencakup Samsung Gear VR dan Google Daydream — juga dianggap mati. Samsung mengungkap, mereka akan mematikan layanan VR mereka per September 2020. Sementara Google mengaku, mereka akan berhenti memberikan update untuk Daydream. Tak berhenti sampai di situ, penjualan PlayStation VR juga turun karena tidak ada konten baru yang dirilis.
Kabar baiknya, total penjualan headset VR naik 19% berkat Oculus Quest 2. Selain itu, orang-orang yang sudah memiliki headset VR menghabiskan waktu lebih banyak untuk menggunakan headset itu pada tahun lalu. Sementara pemasukan game VR juga naik 25% pada 2020. Peluncuran Half-Life Alyx menjadi faktor utama yang membuat pemasukan game VR naik. Game PC itu terjual sebanyak 1,9 juta unik dalam waktu 6 bulan setelah diluncurkan.