Gojek Group, melalui anak usahanya GoPay (PT Dompet Anak Karya Bangsa), resmi mengumumkan investasinya di PT Bank Jago Tbk. Sebagaimana disampaikan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), investasi ini berupa penyertaan saham sebesar 22%.
Dengan masuknya GoPay, komposisi pemegang saham pengendali di Bank Jago lainnya adalah PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology (WTT) dengan porsi saham 51%. Sisanya dimiliki publik sebesar 27%.
Ditemui dalam media briefing, CEO Bank Jago Karim Siregar mengatakan, bergabungnya Gojek sebagai pemegang saham baru dinilai menjadi kemitraan sinergis untuk mewujudkan visi perusahaan sebagai tech-based bank.
“Kita semua melihat layanan keuangan berbasis digital meningkat karena Covid-19. Jadi, ini timing-nya baik ketika Bank Jago ingin mulai menjadi tech-based bank. Di sisi lain, kami menilai visi kami sejalan dengan visi Gojek yang nanti tercermin pada produk dan solusi ke depan,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam keterangan resminya, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengatakan bahwa investasi di Bank Jago merupakan kemitraan jangka panjang yang diharapkan dapat memperkuat pertumbuhan Gojek ke depan.
Adapun tujuan utama kolaborasi strategis ini adalah mengakselerasi inklusi keuangan. Salah satu inisiatifnya adalah menghadirkan layanan perbankan di platform Gojek. Dengan begitu, jutaan pelanggan Gojek diharapkan dapat membuka rekening langsung di Bank Jago.
Bank Jago resmi berganti nama dari Bank Artos pada Juni 2020. Rebranding ini merupakan salah satu strategi Bank Jago bertransformasi menjadi bank digital pasca akuisisi oleh grup investor yang dipimpin Jerry Ng dan Patrick Waluyo lewat MEI dan WTT.
Kolaborasi antara GoPay dan Bank Jago diklaim sebagai sinergi pertama antara bank digital dan platform super app di kawasan Asia Tenggara.
Deputy CEO Bank Jago Arief Harris menambahkan, tetap akan ada transfer knowledge melalui sinergi tersebut. Namun, mengingat GoPay bukanlah saham pengendali, tidak akan ada perubahan dari sisi manajemen.
“Kami tidak memiliki experience di startup, demikian juga Gojek tidak ada experience di banking. Di sini kami saling mengisi satu sama lain,” tuturnya.
Memperkuat kolaborasi di ekosistem digital
Lebih lanjut, ungkap Karim, Bank Jago akan mengomersialisasikan aplikasi keuangan Life Finance Solution (LFS) yang ditargetkan meluncur pada awal 2021. Platform ini diharapkan mampu menjembatani kebutuhan keuangan dan gaya hidup masyarakat dalam satu aplikasi.
Sedangkan layanan Business Finance Solution (BFS) disebut masih dalam tahap pengembangan. Layanan ini akan menghadirkan digital lending yang fokus terhadap pinjaman di sektor UMKM dan retail. Menurut Karim, ada beberapa partner yang akan menjadi institutional lender pada digital lending ini.
Untuk mewujudkan visinya, Karim mengungkapkan pihaknya akan memperkuat kolaborasi dengan berbagai pelaku di ekosistem digital. Jika melihat studi kasus di Tiongkok dan Korea Selatan, ujarnya, model bisnis seperti ini dapat berhasil karena kolaborasi dan tidak berjalan sendiri-sendiri.
“Sektor perbankan dulu masih berpikir bahwa mereka harus ada di setiap customer touch point. Sekarang tidak lagi karena ada kolaborasi. Makanya kuncinya ada pada kemampuan teknologi yang akan tercermin pada strategi kami di omnichannel. Kami membangun teknologi sendiri dan team kami cukup strong untuk bangun ini,” paparnya.
Salah satu fokus Bank Jago adalah mengoptimalisasi kolaborasi lewat Open API yang akan menghubungkan layanannya dengan ekosistem digital. Saat ini Open API masih dalam pengembangan dan ditargetkan terealisasi di 2021.