Dark
Light

Wing Vasiksiri dari iSeed: Startup Indonesia Bisa Mencetak Billion-Dollar Exit Tanpa Harus Ekspansi

by
4 mins read
October 14, 2020

Lima bulan setelah mengumumkan dana investasi pada startup tahap awal di India, iSeed telah membentuk fund terpisah yang didedikasikan untuk pasar Asia Tenggara, ungkap perusahaan investasi itu.

Dimulai oleh Utsav Somani, yang memimpin dana investasi India berbasis di Amerika, AngelList, dan koleganya Wing Vasiksiri, iSeed SEA adalah dana mikro VC yang akan berinvestasi di sekitar 35 perusahaan rintisan dalam dua tahun, dengan cek sebesar USD 100.000 hingga 200.000.

iSeed tidak mengatakan target pendanaan yang ingin dikumpulkan. Perusahaan ini didukung oleh investor dan pendiri veteran seperti Naval Ravikant, pendiri dan pemimpin AngelList; Kunal Bahl, pendiri dan CEO Snapdeal; Jonathan Swanson, pendiri dan pemimpin Thumbtack; dan lain-lain.

Sementara Somani mengelola investasi di India, Vasiksiri berbasis di Bangkok dan bertanggung jawab atas investasi di Asia Tenggara. Vasiksiri mengatakan kepada KrASIA bahwa ia menargetkan investasi pada startup yang berbasis di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Thailand.

Berikut adalah hasil interview yang berhasil dirangkum.

KrASIA (Kr): Bagaimana Anda berdua terhubung untuk memulai iSeed? Apa perbedaan iSeed dari perusahaan investasi lain?

Wing Vasiksiri (WV): Utsav dan saya sedang melakukan penelitian tentang pasar Asia Tenggara, mencoba mencari tahu peluang investasi, karena AngelList ingin memperluas cakupannya di sini. Saat kami berbicara dengan berbagai pendiri dan investor, kami menyadari ada celah di pasar untuk dana seed. Para pendiri membocorkan bahwa investor memakan waktu sangat lama untuk menandatangani kesepakatan, dan beberapa hal berjalan sangat lambat. Dari sisi investor, kami diberi tahu bahwa pendanaan seed mengering karena sebagian besar sudah tumbuh dan membutuhkan asupan yang lebih besar.

Kami dapat secara tegas membedakan jati diri kami dari fund lainnya, dalam artian, kami memiliki akses ke jaringan investor dan pendiri dengan ragam pengetahuan dan masukan yang tidak dimiliki fund lain. Sekelompok orang ini adalah pendiri dan investor yang telah sukses di Amerika dan India. Jadi, kami melihat diri kami sebagai jembatan antara Amerika, India, dan Asia Tenggara.

Kr: Apakah ada sektor spesifik yang menjadi target?

WV: Kami lebih kepada sektor agnostik yang berfokus pada pendiri. Kami terbuka untuk berinvestasi di perusahaan dalam produk konsumen, B2B, SaaS, bahkan hardware. Pada titik ini, kami terbuka untuk segalanya. Yang benar-benar kami pedulikan adalah mendukung para pendiri hebat di awal perjalanan mereka. Dengan keyakinan bahwa lebih baik memiliki pendekatan yang  berfokus pada individunya. Sangat sulit untuk menjadi investor yang digerakkan oleh pasar karena ilmu terkadang meleset.

Kr: Negara-negara di Asia Tenggara berada pada tahap pertumbuhan yang berbeda, apakah ada satu negara yang Anda targetkan secara khusus?

WV: Tidak juga. Pertama-tama, kami akan fokus pada empat pasar — Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Thailand.

Indonesia jelas merupakan pasar terbesar dan paling menarik sejauh ini, karena jumlah populasinya. Kami yakin startup yang tumbuh di Indonesia, bahkan tanpa harus berekspansi ke pasar lain, bisa mencetak miliaran dolar. Hal ini tidak terpikir untuk terjadi di area lain. Misalnya, startup di Thailand harus berekspansi ke pasar lain di beberapa titik untuk mewujudkan potensi mereka yang sebenarnya.

Kr: Berapa rata-rata angka investasi dari iSeed SEA?

VW: Investasi kami berkisar antara USD 100.000 hingga 200.000. Kami ingin masuk secepat mungkin. Dalam beberapa kasus, bahkan dengan senang hati masuk ke tahap pra-produk. Kami ingin mengenal para pengusaha sejak hari pertama. Inti dari fund tersebut adalah seed, tetapi bisa saja beberapa diantaranya tahap lanjut.

Sejauh ini, kami telah melakukan dua investasi dan berkomitmen untuk dua lainnya. Investasi pertama yang kami lakukan adalah sebesar USD 400.000 di sebuah perusahaan Indonesia, memang sedikit lebih besar dari yang biasanya kami lakukan. Investasi kedua ada di Singapura, sekitar USD 100.000. Dua kesepakatan yang akan menyusul ada di Thailand dan Singapura.

Wing Vasiksiri. Dokumentasi iSeed

Kr: Bagaimana dengan angka dana kelolaan?

WV: Kami masih aktif mengumpulkan uang untuk fund tersebut, jadi kami belum bisa berbicara banyak tentang targetnya. Yang dapat saya bagikan adalah dananya mungkin tidak masif. Kami ingin memastikan bahwa debut fund kami berjalan dengan baik. Lebih mudah untuk memetakan prosesnya jika dana yang tersedia tidak banyak, dan kami tidak ingin bersaing dengan investor besar. Jika kita menulis cek senilai USD 100.000–200.000, kita bisa berkolaborasi daripada memperebutkan alokasi.

Kr: Bagaimana konsep micro venture fund ini?

WV: Konsep ini sudah sejak lama dimulai di Amerika oleh Sequoia. Ada begitu banyak persaingan di Amerika sehingga, untuk membedakan dirinya, mereka meluncurkan program penyuluhan di mana mereka akan memberikan uang penyuluhan untuk diinvestasikan atas nama Sequoia. Seiring waktu, mereka tidak hanya ingin menjadi bagian dari Sequoia, tetapi ingin membangun merek sendiri dan melakukan investasi sendiri, jadi mereka mulai mengumpulkan dana kecil dari LP dan dana ventura.

Salah satu alasan debutnya adalah karena dana mikro ini menghasilkan keputusan yang sangat cepat. Hanya ada satu atau dua pembuat keputusan. Kami melihat tren ini muncul di Amerika dan ingin membawa model ini ke Asia Tenggara dan India.

Kr: Apakah sudah ada banyak VC mikro di Southeast Asia?

WV: Kami yakin bahwa ada ruang terbuka untuk dana seed dan mikro VC. Ada beberapa orang yang telah kami ajak bicara dan mereka orang-orang hebat. Namun tidak ada jumlah pasti yang cukup untuk seluruh wilayah, mengingat startup baru yang terus bermunculan. Lebih banyak modal jelas lebih baik untuk ekosistem; begitu itu terjadi, akan ada lebih banyak eksperimen yang terjadi di Asia Tenggara.

Satu hal yang unik bagi kami adalah kami telah membawa dana dari Amerika dalam putaran pendanaan ini. Bisa jadi, dana ini belum terlihat dalam transaksi di Asia Tenggara, tetapi mereka mempercayai kami. Kami hanya mendatangkan investor yang menurut kami cocok untuk startup. Hal ini turut membawa modal tambahan dariAmerika, yang belum tentu akan tersedia bagi para pendiri di Asia Tenggara.

Selain itu, kami memiliki sesuatu yang disebut “dewan pengetahuan,” yang pada dasarnya adalah sekelompok wirausahawan yang telah berhasil dengan sangat baik di Amerika dan siap untuk berbagi ilmu dengan perusahaan portofolio kami, dan menyelenggarakan lokakarya serta sesi pribadi tentang topik tertentu. Dewan tersebut termasuk Sriram Krishnan, mantan pimpinan produk di Twitter; Prasanna Sankar, salah satu pendiri Rippling; Sahil Lavingia, pendiri Gumroad; dan Anne Dwane, pendiri Village Global; serta lainnya. Mereka berkomitmen untuk bekerja dengan pendiri portofolio kami untuk menghadirkan praktik terbaik dari AS ke India dan Asia Tenggara.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Previous Story

Kuartet iPhone 12 Resmi Diperkenalkan, Usung Desain Baru tapi Tanpa Charger dalam Boks

Next Story

Realme C17: Smartphone Entry Level to Mainstream Dua Jutaan dengan Storage 256 GB

Latest from Blog

Don't Miss

Niko Partners: Pertumbuhan Industri Game Indonesia di 2023 Melambat

Game menjadi salah satu industri yang justru tumbuh selama pandemi
Bekerja di OPPO

Seperti Ini Pengalaman Bekerja Sebagai Trainer di OPPO Indonesia

Deni Suwasta sudah bekerja selama delapan tahun di OPPO Indonesia,