Entertainment Software Association, organisasi dagang yang merepresentasikan game publisher di Amerika Serikat, mengumumkan bahwa mereka akan mulai menawarkan beasiswa untuk para pemain esports di tingkat perkuliahan. Sejak didirikan pada 2020, ESA telah memberikan dana beasiswa sebesar lebih dari US$23 juta.
Sayangnya, tidak banyak perempuan atau golongan minoritas lain yang menerima beasiswa dari ESA. Karena itu, beasiswa baru ini akan ditujukan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dan golongan minoritas lain di dunia esports. Selain itu, beasiswa tersebut juga diharapkan akan bisa membuka jalan bagi perempuan dan kelompok minoritas lain untuk bisa mengembangkan karir di dunia video game.
Pada tahun lalu, National Association of Collegiate Esports (NACE) membuat laporan yang menyebutkan, dari tahun 2016, total beasiswa di bidang esports yang telah diberikan US$16 juta. NACE memiliki anggota sebanyak lebih dari 170 institusi pendidikan, yang memiliki lebih dari 5.000 atlet esports, menurut laporan Polygon.
“ESA Foundation mendedikasikan diri untuk memberdayakan kreator game generasi berikutnya. Kami juga ingin membuat industri yang memungkinkan para kreator game untuk merefleksikan para pemain dari game mereka,” kata Anastasia Staten, Executive Director, ESA Foundation, seperti dikutip dari Bleeding Cool. “Kami senang kami dapat mengembangkan program beasiswa kami sehingga kami bisa merangkul para siswa dari kelompok minoritas yang tertarik dengan esports, yang kini menjadi bentuk hiburan yang semakin populer.”
Selain dari organisasi seperti ESA, beasiswa esports biasanya datang dari developer. Terkadang, para developer, seperti Blizzard, bekerja sama dengan jaringan klub esports di universitas seperti Tespa, untuk menawarkan beasiswa bagi pemain esports dari game-game yang dibuat developer itu sendiri. Ada juga developer yang menawarkan beasiswa langsung ke universitas, seperti Riot Games. Meskipun begitu, para penerima beasiswa esports bukannya tak memiliki masalah tersendiri. Salah satu masalah yang penerima beasiswa esports hadapi di Amerika Serikat adalah mereka tidak dianggap sebagai atlet. Jadi, terkadang mereka kesulitan untuk membagi waktu latihan dengan waktu belajar.
Di Indonesia, ada sekitar 20 kampus dan sekolah yang memiliki program pendidikan game. Sayangnya, belum ada program khusus esports. Meskipun begitu, RRQ telah mengadakan kelas singkat untuk membantu para peserta yang tertarik untuk masuk ke dunia profesional.
Sumber header: Colin Young-Wolff/Riot Games via PC Gamer